cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuatika
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika" : 10 Documents clear
Penentuan Waktu Rigor Mortis Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) Berdasarkan Pola Perubahan Derajat Keasaman Evi Liviawaty; Eddy Afrianto
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.482 KB)

Abstract

Penelitian mengenai penentuan waktu rigor mortis berdasarkan pola perubahan derajat keasaman daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) yang disimpan pada suhu rendah telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu masuknya rigor mortis ikan nila merah berdasarkan derajat keasamannya. Penelitian menggunakan metode deskriptif berdasarkan pengamatan mulai saat ikan mati dengan selang waktu 30menit sekali selama 7jam, dan selanjutnya tiap 60menit sekali hingga 14jam. Parameter yang diukur adalah kekerasan ikan dan derajat keasaman daging. Berdasarkan hasil penelitian, ikan nila merah sampai 1,5jam setelah mati masih dalam fase pre-rigor mortis dengan rata-rata pH relatif konstan, yaitu 6,96 – 7,04 dan rata-rata kekerasan 0,80kg/cm².  Rata-rata nilai pH pada 2jam setelah mati mulai menurun menjadi 6,66 hingga pH 6,17 pada 10 jam setelah mati, dengan nilai rata-rata kekerasan 0,81kg/cm² - 0,89kg/cm².  Selanjutnya nilai rata-rata pH mulai 11 jam hingga 14jam setelah mati terjadi peningkatan menjadi 6,26- 6,32, sedangkan nilai rata-rata kekerasan sekitar 0,88kg/cm². Berdasarkan penelitian ini dapat dikatakan bahwa ikan nila merah mulai memasuki fase rigor mortis adalah 2 jam setelah mati dan mulai memasuki fase post-rigor mortis pada 12jam setelah ikan mati, namun hingga 14 jam setelah mati, daging ikan masih dalam kondisi segar.  
Pemodelan Tinggi Gelombang Akibat Keberadaan Hutan Mangrove di Desa Mayangan, Kabupaten Subang Ankiq Taofiqurohman
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.42 KB)

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadinya erosi dan abrasi di wilayah pesisir. Pohon mangrove mempunyai kemampuan untuk mengurangi energi gelombang yang datang ke daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi perubahan tinggi gelombang yang disebabkan oleh hutan mangrove di Desa Mayangan Kabupaten Subang. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa hutan mangrove dapat mengurangi tinggi gelombang dari 1,7 m menjadi 0,1 m. Jika tidak ada lagi hutan mangrove di Desa Mayangan, pemodelan memprediksi penjalaran gelombang dapat mencapai hingga 1,6 km dari tepi pantai. Kata Kunci : Desa Mayangan, gelombang, mangrove, pemodelan
Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya untuk Bahan Minuman Kesehatan Berbasis Kitosan Emma Rochima
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.129 KB)

Abstract

Kitin adalah biopolimer yang tersusun atas unit N-asetil-D-glukosamin dengan ikatan  Beta-(1,4) yang paling banyak dijumpai di alam setelah selulosa. Di Indonesia limbah kitin  yang belum dimanfaatkan sebesar 56.200 metrik ton per tahun. Limbah ini belum termanfaatkan secara baik dan berdaya guna, bahkan sebagian besar merupakan buangan yang juga turut mencemari lingkungan.Di pihak lain, buangan tersebut ternyata sangat potensil untuk  dimanfaatkan sebagai kitosan. Tujuan penulisan kajian ini adalah untuk menggambarkan pemanfaatan limbah rajungan menjadi kitosan lalu mengaplikasikan kitosan tersebut sebagai bahan minuman kesehatan.Hasil kajian kitosan dijarapkan akan dapat diterapkan sebagai bahan baku industri berbasis biota laut. 
Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Jangilus (Istiophorus Sp.) Rusky Intan Pratama; Iis Rostini; Evi Liviawaty
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.547 KB)

Abstract

Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference) dan karakteristik fisik yaitu kekerasandan kerapuhan.  Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujiankekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya.Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit[K1]  dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference)[K2]  dan karakteristik fisik yaitu kekerasan[K3] dan kerapuhan. [K4] Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan[K5]  penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujian[K6] kekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A).[K7] Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya. [K1]Mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit.... [K2]Pakai bhs indo.... Uky: Gatau bu emm padanan bhs indonesianya saya [K3]Pakai bhs indo [K4]Pakai bhs indo [K5]Pakai rancangan apa dan apa saja perlakuannya?  [K6]Kesimpulan dari penelitian ini bahwa yang karakteristik biskuit terbaik adalah yang ditambahkan tepung jangilus....% dengan karakteristik kimia dan fisik sbb....... Belum diubahUky: Tidak mencari yang terbaik bu emm, tujuannya baru sampai menjelaskan karakteristik kimia sama fisik secara deskriptif karena belum ada standar baku kekerasan dan kerapuhan biskuit rancangan digunakan cuma buat melihat penambahannya signifikan atau ngga dan itu juga cuma buat uji proksimatnya aja. Standar proksimat Cuma ada dari SNI  [K7]Apa itu E dan A? Beri penjelasan... Uky: Sudah di atas
Hubungan Filogenetik Molekuler Beberapa Jenis Mangrove di Pulau Penjarangan, Ujung Kulon, Provinsi Banten Indah Riyantini; Yuniar Mulyani; Mochamad Untung K. Agung
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.225 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis hubungan filogenetik secara molekular dari Beberapa Jenis Mangrove yang terdapat di P. Penjarangan Kawasan Ujung Kulon, yang merupakan kawasan konservasi. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa titik di P. Penjarangan dan analisis molekular dilakukan di laboratorium Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Metode penelitian merupakan metode survey, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif di laboratorium. Sampel daun mangrove diisolasi DNA, dan diamplifikasi dengan PCR-RAPD menggunakan 10 primer acak. DNA hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1,4% dengan menggunakan marker DNA Lambda yang telah dipotong dengan enzim EcoRI dan Hind III. Hasil elektroforesis menunjukkan pola larik yang  diterjemahkan ke dalam bentuk data numerik (1/0) dan dianalisis hubungan filogenetik dan keragaman genetiknya menggunakan program NTSYS-pc.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode RAPD menggunakan primer OPA 2 dan OPA 11 dapat menghasilkan polimorfisme pada DNA genom dari beberapa jenis mangrove di Pulau Penjarangan, Kawasan Ujung Kulon. Keanekaragaman genetik pada beberapa jenis mangrove cukup tinggi, dan analisis hubungan filogenetik molekular beberapa jenis mangrove yang ada di kawasan tersebut memiliki hubungan yang tidak berbeda dengan klasifikasi morfologinya.
Spesifisitas Substrat Dinoflagellata Epibentik Penyebab Ciguatera Fish Poisoning Berdasarkan Analisis Aku Dan Afk Di di Perairan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu Fachrul Razi; Riani Widiarti; Yasman -
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.554 KB)

Abstract

Ciguatera Fish Poisoning (CFP) yang disebabkan oleh Ciguatoksin, dihasilkan oleh beberapa jenis Dinoflagellata epibentik yang umumnya menempel pada makroalga. Dinoflagellata epibentik juga dapat menempel pada substrat lain, seperti pada sedimen atau pecahan karang. Penelitian mengenai Dinoflagellata epibentik telah dilakukan di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu pada bulan Maret 2013, di empat stasiun yang terletak di sisi timur, utara, selatan, dan barat pulau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifisitas substrat Dinoflagellata epibentik pada berbagai macam tipe substrat.Penelitian dilakukan dengan mengoleksi berbagai substrat di rataan terumbu setiap stasiun yaitu pasir, karang mati, lamun Thallasia, dan makroalga Padina, untuk kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik berisi air laut. Setelah itu, untuk melepaskan Dinoflagellata bentik dari substrat, dilakukan proses pengocokan. Sampel kemudian disaring dengan saringan bertingkat (125µm dan 20µm) dan diamati di bawah mikroskop. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Analisis Faktorial Koresponden (AFK) dan Analisis Komponen Utama (AKU).Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh dua belas spesies Dinoflagellata epibentik yang tujuh diantaranya merupakan spesies yang berpotensi toksik. Berdasarkan hasil analisis AFK dan AKU diketahui bahwa spesifisitas substrat dari Gambierdiscus toxicus adalah makroalga; Amphidiniopsis hirsutum, Prorocentrum concavum, Coolia sp., dan Amphidinium sp. adalah substrat pasir; Ostreopsis ovata, Ostreopsis lenticularis, dan Prorocentrum rhatymum adalah substrat lamun, karang, dan pasir; Ostreopsis siamensis, Prorocentrum lima, Prorocentrum emarginatum, dan Sinophysis microcephalus adalah substrat lamun, karang, dan makroalga.
Formulasi Skin Lotion Dengan Penambahan Karagenan Dan Antioksidan Alami Dari Rhizophora Mucronata Lamk. Sri Purwaningsih; Ella Salamah; Tika A. Budiarti
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.473 KB)

Abstract

Skin lotion merupakan produk  kosmetika yang berfungsi melembutkan dan menjaga kulit dari kekeringan. Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi terbaik dari penambahan karaginan dan ekstrak Rhizophora mucronata pada skin lotion.  Tahapan dalam penelitian ini adalah formulasi skin lotion dengan penambahan karaginan (0%; 1,5%; 1%; 1,5%; 2%) dan skin lotion terbaik ditambah ekstrak Rhizopora mucronata (0,5% dan 1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula skin lotion terbaik adalah penambahan karaginan 1,5%.  Karakteristik sensori skin lotion berkisar antara agak suka sampai suka;  nilai pH 7,62; viskositas 2500 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%;  dan total mikrob kurang dari 2,5 x 102 Cfu (log 2,39).  Skin lotion yang ditambah 1% ekstrak Rhizopora mucronata mempunyai aktivitas antioksidan terbaik (130,494 ppm). 
Profil Vertikal Oksigen Terlarut di Danau Pinang Luar (Oxbow Lake) Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Madju Siagian; Asmika H. Simarmata
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.456 KB)

Abstract

Kajian ini berada di danau Pinang luar dengan konsentrasi Dissolved Oxygen (DO) dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi DO di danau Pinang Luar, sebuah danau oxbow yang menerima air dari Sungai Kampar telah dilakukan pada Juni-Juli 2013 selama level air minimum . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode post facto survei . Ada 3 stasiun , yaitu Stasiun 1 (inlet), Station 2 (di bagian tengah danau) dan Station 3. Sampling vertikal pengambilan sampel diputuskan berdasarkan transparansi air, di permukaan, di 1,5 dan 2,5 kedalaman Secchi dan di dasar danau. Pengambilan sampel dilakukan sekali / minggu , untuk jangka waktu 3 minggu. Parameter yang diukur adalah DO, suhu , transparansi , pH , kedalaman dan kelimpahan fitoplankton . Hasil menunjukkan bahwa DO di permukaan adalah 5,20-6,40 mg / l , dalam 1,5 secchi adalah 4,00-4,40 mg / l , dalam 2,5 secchi adalah 2,93-4,00 mg / l dan di bagian bawah adalah 1,87-2,53 mg / l . Data profil DO menunjukkan bahwa penurunan tertinggi terjadi pada permukaan untuk kedalaman secchi 1.5 (0 m sampai 1,0 m kedalaman masing-masing) . Secara umum, konsentrasi DO di daerah antara permukaan air sampai kedalaman 2,5 Secchi sangat cocok untuk mendukung kehidupan organisme air .
Pengaruh Suhu dan Lama Blansing Terhadap Penurunan Kesegaran Filet Tagih Selama Penyimpanan Pada Suhu Rendah Eddy Afrianto; Evi Liviawaty; Otong Suhara; Herman Hamdani
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.093 KB)

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh suhu dan lama blansing terhadap penurunan kesegaran filet tagih selama penyimpanan pada suhu rendah telah dilakukan.  Tiga taraf perlakuan suhu blansing, 80o, 90o, dan 100oC dan tiga taraf lama blansing, 1, 3 dan 5 menit.  Paramater yang diamati selama penyimpanan filet tagih pada suhu rendah adalah populasi bakteri pembusuk, pH dan susut bobot.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa filet yang diblansing pada suhu 80oC selama 3 menit mampu menghambat penurunan kesegaran paling baik dengan populasi mikroba pada penyimpanan hari ke-10 sebanyak 6 x 10% CFU, peningkatan pH menjadi 6.55 pada hari ke-4 dan susut bobot pada hari ke-10 sebesar 4 persen.
Variabilitas Angin dan Gelombang Laut Sebagai Energi Terbarukan di Pantai Selatan Jawa Barat Noir Primadona Purba
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1129.332 KB)

Abstract

Wilayah selatan Jawa Barat yang langsung berhubungan dengan samudra Hindia memiliki potensi pengembangan energi yang berasal dari angin dan gelombang laut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pemenuhan energi yang berasal dari minyak bumi dan batubara. Pola angin dan gelombang memiliki hasil tunggang yang besar dimana pola kecepatan angin berkisar antara 5,305 – 12,604 m/s. Ketinggian gelombang dalam satu tahun didapatkan pada bulan Maret yaitu antara 1,95m sampai dengan 3,1m dan yang terkecil didapatkan pada bulan Februari yaitu antara 0,54m sampai dengan 1,04m. Nilai tunggang yang besar ini dikarenakan pola angin maupun gelombang mengikuti pola musiman (triwulan) akibat monsunal.

Page 1 of 1 | Total Record : 10