cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology
ISSN : 20884230     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Psikologi Ulayat (JPU) [Indonesian Journal of Indigenous Psychology] is a peer-reviewed scientific journal in Psychology that publishes empirical based research articles of various topics related to psychology, particularly topics that emphasize indigenous values and cultures of Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat" : 7 Documents clear
HUBUNGAN ANTARA HARAPAN DAN KUALITAS HUBUNGAN PADA DEWASA MUDA YANG SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN Indrawati, Fenny; Sani, Riryn; Ariela, Jessica
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.397 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-98

Abstract

Abstract — Dating is an exclusive relationship between an individual and his or her partner. This romantic relationship is of great importance for individuals in early adulthood. Furthermore, recent studies found that related problems in dating can decrease an individual's mental health. Therefore, individuals need high hope to effectively resolve conflicts and maintain the relationship well. While going through a romantic relationship, individuals can evaluate their relationships positively or negatively, termed as relationship quality. This study aims to examine whether hope correlates with relationship quality on 200 young adults who are currently in a dating romantic relationship. The present study is a quantitative study using The Hope Scale and The Perceived Relationship Quality Component as measuring instruments. The result shows that there is a significant relationship between hope and relationship quality. In other words, with higher hope, relationship quality will be higher, and vice versa. Other related findings are discussed.Abstrak — Pacaran merupakan hubungan eksklusif yang dijalani oleh individu dan pasangannya. Hubungan pacaran sangat penting bagi dewasa muda. Terlebih lagi, studi-studi terkini menemukan bahwa permasalahan terkait hubungan pacaran dapat menurunkan kesehatan mental individu. Oleh karena itu, individu membutuhkan harapan yang tinggi untuk dapat menyelesaikan konflik dengan efektif dan menjaga hubungan pacarannya dengan baik. Ketika menjalani hubungan romantis, individu juga dapat mengevaluasi hubungan pacarannya secara positif ataupun negatif yang disebut dengan kualitas hubungan. Studi ini bertujuan untuk meneliti apakah harapan memiliki korelasi dengan kualitas hubungan kepada 200 dewasa muda yang sedang menjalani hubungan pacaran. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan instrumen yaitu The Hope Scale dan The Perceived Relationship Quality Component. Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara harapan dan kualitas hubungan. Dengan kata lain, semakin tinggi harapan, maka semakin tinggi juga kualitas hubungan, dan sebaliknya. Penemuan lain yang berkaitan dengan harapan dan kualitas hubungan juga turut didiskusikan.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN AGRESIVITAS PADA KOMUNITAS PEMUDA GEREJA Wijaya, Eirena Fiola; Aditya, Yonathan; Matahari, David
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.45 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-128

Abstract

Abstract — A lot of individuals have lived their lives with a strong attachment towards religion; however some of them still have a high aggressive behavior. This phenomenon is also evident in the youth communities within the church. The core teaching of the Christianity is love, in which love is supposed to inhibit individuals to initiate aggressive behavior. This study aims to explore the correlation between religiosity, which has two components (intrinsic religiosity orientation and extrinsic religiosity orientation), towards aggressive behavior in youth communities within the church. This study used quantitative method. To obtain and collect the data, we used the aid of questionnaire distributed through purposive technique towards 87 subjects. The instruments included the Verbal Aggressive Scale for the aggressive behavior, the I/E-R Scales to measure religious orientation, and Faith Development Scale to measure the development of faith in each individual. The result of this research pointed out that there is no significant correlation between intrinsic religious orientation and aggressive behavior and that is a positive correlation between extrinsic religious orientation and aggressive behavior.Abstrak — Banyak individu yang memiliki hidup dengan keterkaitan yang erat dengan agama, namun di sisi lain perilaku agresivitas mereka tetap tinggi. Fenomena ini juga terjadi dalam komunitas pemuda gereja. Inti dari ajaran agama Kristen adalah kasih, di mana idealnya kasih tersebut menahan individu untuk tidak melakukan perilaku agresif. Untuk menjelaskan fenomena ini, dilakukan penelitian mengenai hubungan antara religiositas, yang di dalamnya terdiri dari orientasi religiositas intrinsik dan ekstrinsik, dengan agresivitas pada pemuda gereja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner di mana sampel diambil dengan teknik purposive sampling kepada 87 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Verbal Aggressiveness Scale untuk mengukur agresivitas, I/E-R Scales untuk mengukur orientasi religiositas, dan Faith Developmental Scale untuk mengukur perkembangan iman. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara religiositas intrinsik dengan agresivitas, namun terdapatnya korelasi positif antara religiositas ekstrinsik dengan agresivitas.
GAMBARAN PROSES PENERIMAAN SAUDARA KANDUNG PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL Sudarji, Shanty; Cindy, Stephanie
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.301 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-129

Abstract

Abstract — Intellectual disability is a developmental disorder which is characterized by deficiency in the mental processing. This deficit leads to the inability in adaptation, which makes individuals unable to fulfill their own living standard and social responsibilities in many aspects of life. Siblings play an important role in the development of children diagnosed with intellectual disability. The existence of children with intellectual disability could affect their sibling in positive or negative way. The purpose of this research was to illustrate the siblings’ acceptance regarding their siblings whom were diagnosed with intellectual disability, the factors that affect their acceptance, and the process of how the acceptance formed. This qualitative study used phenomenological approach by doing observation and interview to the responsdents. This research was conducted on five adolescents (15-18 years old) whose sibling diagnosed with intellectual disability. The result of this research showed that three subjects have reached the acceptance phase, while two other subjects have not reached acceptance phase. This research also indicates good family communication, proper knowledge, and positive perception regarding intellectual disability as several factors that affect three successful subjects to reach the acceptance phase.  Abstrak — Disabilitas intelektual merupakan gangguan selama periode perkembangan yang ditandai dengan kurangnya kemampuan mental secara umum. Akibat dari kurangnya kemampuan ini adalah gangguan dalam beradaptasi, sehingga individu gagal memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial dalam satu atau lebih aspek kehidupan sehari-hari. Saudara kandung berperan penting bagi perkembangan anak yang menyandang disabilitas intelektual. Hadirnya anak yang menyandang disabilitas intelektual dapat memengaruhi secara positif ataupun negatif kehidupan dari saudara kandungnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai penerimaan saudara kandung penyandang disabilitas intelektual, faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan, dan proses dari penerimaan saudara kandung tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis fenomenologi dengan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data. Penelitian dilakukan kepada lima remaja berusia 15-18 tahun dan memiliki saudara kandung penyandang disabilitas intelektual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiga subjek telah mencapai tahap acceptance, sementara dua subjek lainnya belum dapat mencapai tahap acceptance. Subjek yang telah mencapai tahap acceptance dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, komunikasi yang baik dalam keluarga, memiliki pengetahuan dan informasi mengenai disabilitas intelektual, dan persepsi postitif terhadap penyandang disabilitas intelektual.
KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DAN INTENSI PLAGIARISME PADA MAHASISWA Fatimah, Dhaniar Gusna
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.554 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-177

Abstract

Abstract — Previous studies have related plagiarism with several situational factors than internal ones, which are actually interesting to be investigated, such as achievement motivation. The purpose of this study was thus to see the correlation between intention of plagiarism with achievement motivation factors (hope of success and fear of failure). In this study, 210 university students were asked to indicate their responses to the scale of hope of success, fear of failure, and intention of plagiarisme. The result shows a correlation between fear of failure with intention of plagiarism, while insignificant correlation was found between hope of success with intention of plagiarisme. It is concluded that individuals with intention of plagiarisme are more influenced by the feeling of fear of failure. Abstrak — Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaitkan plagiarisme dengan faktor situasional padahal terdapat faktor-faktor internal yang menarik untuk dikaji salah satunya faktor pembentuk motivasi berprestasi. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara faktor pembentuk motivasi berprestasi (harapan untuk sukses dan ketakutan akan kegagalan) dengan intensi plagiarisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional.Sebanyak 210 sampel diberikan skala hope of success, fear of failure, dan intensi plagiarisme. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan fear of failure dengan intensi plagiarisme. Sebaliknya tidak diperoleh hubungan antara hope of success dengan intensi plagiarisme. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa individu dengan intensi plagiarisme lebih dipengaruhi oleh perasaan takut akan kegagalan. 
PEMAAFAN PADA ISTRI DEWASA MUDA YANG SUAMINYA PERNAH BERSELINGKUH Steven, Yulius; Sukmaningrum, Evi
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.179 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-72

Abstract

Abstract — This study examined forgiveness process and factors affecting the process among young adult wives to overcome their spouse’s infidelity. This qualitative study was conducted using in-depth interviews to explore those variables and using two questionnaires – NEO PI-R and TRIM-18 – to measure the personality factor and the forgiveness motivation. Convenience sampling technique was used to recruit participant. This study showed that all three participants have not yet reached the final stage of forgiveness. Rumination was found in all participants as the barrier aspect that affects the process. Other factors that promote forgiveness process are reasons of forgiving, sincere apology from husband, relationship quality, and high motivation of benevolence. Furthermore, the cultural and religious factors play a major role in forgiving process. Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses pemaafan dan faktor-faktor yang berperan dalam pemaafan pada istri dewasa muda yang suaminya pernah berselingkuh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data utama melalui wawancara mendalam dan digunakan juga dua kuesioner, yaitu NEO PI-R serta TRIM-18 untuk melengkapi data wawancara. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 3 orang dan dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan belum sepenuhnya memaafkan suaminya yang pernah berselingkuh. Faktor yang dominan menghambat adalah adanya ruminasi, sedangkan faktor yang mendukung partisipan dalam proses pemaafannya ialah pertimbangan memaafkan, permohonan maaf yang ikhlas dari suami, kualitas hubungan, dan motivasi berbuat baik. Selain itu ditemukan juga adanya faktor budaya dan agama yang sangat kental yang berperan dalam proses pemaafan di ketiga partisipan.
PERAN TRAIT MINDFULNESS TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA Dyah, Ayu Suci Purnamaning; Fourianalistyawati, Endang
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.037 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-115

Abstract

Abstract ─ As individuals enter the elderly stage of development, they undergo many physical, social, spiritual, and psychological changes. Older adults who are not ready for the certain changes may be more susceptible to stress. Stressful conditions may reduce psychological well-being in the elderly. To deal with such issues, older adults need to have the ability to be aware of present experience, or is also called the trait mindfulness. This study attempted to see if the trait mindfulness has a significant role in psychological well-being. The sample of this research was retired older adults living in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (n = 120). This study used an adapted scale of the Five Facet of Mindfulness Questionnaire (FFMQ) to measure trait mindfulness and an adapted version of the Psychological Well-Being Scale to measure psychological well-being. Regression results indicate that four of the five dimensions of trait mindfulness have significant roles on some dimensions psychological well-being. Those dimensions of trait mindfulness are acting with awareness, describing, non reactivity, and non-judging. Observing is found not to have any significant role in psychological well-being.Abstrak ─ Memasuki masa lansia, individu mengalami banyak perubahan pada kondisi fisik, sosial, spiritual dan psikologisnya. Lansia yang tidak siap dengan perubahan tersebut akan rentan terhadap stres. Kondisi yang demikian dapat menurunkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada lansia.  Untuk  menangani  permasalahan  tersebut, lansia perlu mengembangkan sifat mindfulness  (kemampuan untuk berfokus pada apa yang terjadi saat ini) didalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah trait mindfulness berperan secara signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada lansia. Sampel penelitian  ialah orang-orang yang sudah tidak bekerja dan berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (n = 120). Penelitian  ini  menggunakan  adaptasi  skala  Five  Facet  Mindfulness Questionnaire untuk  mengukur  trait  mindfulness  dan  Scale  of Psychological Well Being untuk mengukur kesejahteraan psikologis. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan empat dari lima dimensi trait mindfulness berperan   signifikan   terhadap   beberapa   dimensi kesejahteraan psikologis. Dimensi-dimensi dari trait mindfulness tersebut yaitu acting with awareness, describing, non-reactivity, dan non-judging. Sementara itu, dimensi lainnya yang tidak berperan adalah observing.
MAKNA KEWIRAUSAHAAN PADA ETNIS JAWA, MINANG, DAN TIONGHOA: SEBUAH STUDI REPRESENTASI SOSIAL Sutanto, Okki; Nurrachman, Nani
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.314 KB) | DOI: 10.24854/jpu12018-75

Abstract

Abstract — The important link between culture and entrepreneurship has often been overlooked by psychological research on entrepreneurship. The present study explores the meaning of entrepreneurship among three ethnic groups in Indonesia: Javanese, Minangese, and Chinese. Using the perspective of social representation theory, especially the structural approach, this study employs the mixed-method design. By using quantitative approach with Hierarchized Evocation method on 122 subjects the attributes and structure of entrepreneurship’s social representation were discovered. The central core elements of the Javanese were autonomy and hard work, the Minangese were trading, products, capital, and autonomy, and for the Chinese were strategy and management and hard work. The qualitative approach using interview conducted on 11 entrepreneurs found that each ethnic group views entrepreneurship differently. The different views manifested on several aspects such as the motivation to start a business, the important values and views regarding entrepreneurship. Some attributes which were found to be unique for each ethnic were honesty and nrimo for the Javanese, observance to religion and belongingness to one’s hometown for the Minangese, and creativity and patience for the Chinese.Abstrak — Pentingnya kaitan budaya dalam kewirausahaan belum banyak digali oleh penelitian Psikologi di bidang kewirausahaan. Studi ini mengeksplorasi pemaknaan kewirausahaan pada tiga etnis di Indonesia yakni Jawa, Minang, dan Tionghoa, dengan menggunakan perspektif representasi sosial, khususnya pendekatan struktural. Desain penelitian mixed-method digunakan dalam studi ini. Pada pendekatan kuantitatif dengan teknik Hierarchized Ecovation pada 122 responden berhasil memetakan atribut dan struktur representasi sosial tentang kewirausahaan. Pendekatan kualitatif melalui wawancara pada 11 responden menemukan perbedaan pemaknaan kewirausahaan termanifestasi dalam tiga hal yakni alasan berwirausaha, nilai dan hal yang dianggap penting dalam berwirausaha, dan proses pelestarian nilai-nilai kewirausahaan. Ditemukan bahwa central core pada etnis Jawa adalah kemandirian dan kerja keras, sedang pada etnis Minang adalah berdagang, produk, modal, dan kemandirian, dan pada etnis Tionghoa adalah strategi dan manajemen serta kerja keras. Sejumlah atribut yang menjadi kekhasan masing-masing etnis yakni kejujuran dan nrimo pada etnis Jawa, kesalehan pada agama dan kecintaan pada kampung halaman pada etnis Minang, serta kreativitas dan kesabaran pada etnis Tionghoa.

Page 1 of 1 | Total Record : 7