cover
Contact Name
Muhamad Agus
Contact Email
agus.muhamad0@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agus.muhamad0@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No. 3 Pekalongan
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
PENA AKUATIKA : JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Published by Universitas Pekalongan
ISSN : 02165449     EISSN : 2301640X     DOI : 10.31941
Pena Akuatika mempublikasikan artikel-artikel yang berisi ide, gagasan, hasil penelitian, kajian pustaka di bidang ilmu perikanan dan kelautan
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN" : 8 Documents clear
SISTEM BUDIDAYA BIOFILTER KEPITING BAKAU (S. Paramamosain) DENGAN RUMPUT LAUT (Caulerpa racemosa) YANG DIBERI PAKAN BUATAN DIPERKAYA VITAMIN E Istiyanto Samidjan; Diana Rachmawati; Hadi Pranggono; Heryoso Heryoso
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1327

Abstract

AbstrakTujuan penelitian untuk mengkaji rekayasa teknologi budidaya kepiting bakau yang dipelihara di wadah basket ditambak dengan diberipakan buatan diperkaya vitamin E dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau Scylla paramamosain. Metode penelitian menggunakan hewan uji kepiting bakau ukuran 145,5g±0.61 Metode yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan, dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A: diberi vit E dosis 0 g/100g pakan buatan dan tanpa rumput laut Caulerpa racemosa), B= diberi vit E 0,2g/100 g pakan pakan dan diberi 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), C =diberi vit E dosis 0,4g/100g dan 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), D=diberi vit E 0,6g/100g pakan dan diberi rumput laut Caulerpa racemosa bobot 100 g), selanjutnya lingkungan media biofilter system dari rumput laut di inlet air masuk tambak sebagai biofilter system dan diberi pakan sesuai perlakuan sebanyak 5% perbiomas perhari dan masing-masing kepiting dipelihara dalam wadah basket plastik ukuran 30x30x30 cm dan dipelihara selama 42 hari. Data yang diperoleh adalah data pertumbuhan biomassa mutlak, kelulushidupan, FCR dan data kualitas air (suhu, salinitas, amoniak, nitrit, nitrat, oksigen). Penelitian dilakukan di tambak milik petani Bp H.Chambali kelurahan Mangkang Wetan sebagai biofilter system manipulasi lingkungan menggunakan rumput laut Caulerpa racemosa kepiting soft shell seluas ± 1500 m2, dengan teknik budidaya monokultur sistem intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pakan buagtan yhang diperkaya dengan vit E pada  dosis berbeda dengan berbasis rumput laut sebagai biofilter system  memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh dari perlakuan C (58.75±1.010gr) dan kelulushidupan kepiting bakau perlakuan C (90.3333±2.309%%). Peran rumput laut Caulerpa racemosa sebagai biofilter system dapat memperbaiki kualitas air media pemeliharaan kepiting bakau, sehingga dapat meningkatkan kehidupan kepiting bakau yang ramah lingkungan. Kata kunci: biofilter system, mangrove, pakan buatan, Scylla paramamosain , Vit.E. AbstractThe aim of this research was to study the engineering technology of mud crab cultivation reared in basketry containers in a pond with artificial graft enriched with vitamin E with different doses on the growth and survival of Scylla paramamosain mud crab. The method used in this study was a test animal of mud crab size 145.5 g ± 0.61. The method used was an experimental method in the field, using a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, namely A: given vitamin E dose of 0 g / 100g artificial feed and seaweed Caulerpa racemosa), B = given vitamin E 0.2g / 100 g of feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), C = given vitamin E dose of 0.4g / 100g and 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), D = given 0.6g / 100g vit E feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), then the environment of the biofilter system media from seaweed in the water inlet enters the pond as a biofilter system and is given feed according to treatment as much as 5% per per day and respectively. Each crab was kept in a plastic basket measuring 30x30x30 cm and reared for 42 days. The data obtained are absolute biomass growth data, survival, FCR and water quality data (temperature, salinity, ammonia, nitrite, nitrate, oxygen). The research was conducted in a farm owned by Bp H. Chambali, Mangkang Wetan sub-district as a biofilter system for environmental manipulation using seaweed Caulerpa racemosa soft shell crabs covering an area of ± 1500 m2, with an intensive system cultivation technique. The results showed that the use of buagtan feed enriched with vitamin E at different doses from seaweed based as a biofilter system had a highly significant effect (P <0.01) on the growth and survival of mud  crabs. The highest absolute weight growth was obtained from treatment C (58.75 ± 1.010gr) and the survival rate of mud crabs in treatment C (90.33 ± 2.309 %%). The role of Caulerpa racemosaseaweed as a biofilter system can improve the water quality of the mud crab maintenance media, so that it can improve the life of the mangrove crab which is environmentally friendly. Keyword: biofilter system, mud crab, artificial feed, Scylla paramamosain, vitaminet E
ANALISIS KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN GASTROPODA SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI RAWA PENING Fian Anggrita Prabandini; Siti Rudiyanti; Wiwiet Teguh Taufani
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1267

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelimpahan gastropoda, konsentrasi bahan organik dan variabel pendukung kualitas perairan di Rawa Pening. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 menggunakan teknik purposive sampling dengan total 3 stasiun (inlet, center, outlet). Sampel yang diambil adalah substrat dasar perairan dan gastropoda. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi bahan organik berkisar antara 1,06 – 2,62% dengan konsentrasi bahan organik tertinggi terdapat pada stasiun 2 (center) dan konsentrasi bahan organik terendah pada stasiun 1 (inlet). Hubungan antara bahan organik dan kelimpahan gastropoda memiliki korelasi yang kuat dengan (r) sebesar 0,658. Jenis gastropoda yang ditemukan pada perairan Rawa Pening dikelompokan dalam 5 spesies yaitu Melanoides sp, Pila ampullacea, Pila polita, Pila scutata, dan Radix rubiginosa. Kelimpahan individu gastropoda berkisar antara 127 – 4619 ind/m3. Berdasarkan indeks keanekaragaman yang diperoleh, kondisi perairan di Rawa Pening mulai tercemar.Kata kunci: Gastropoda, Indikator Perairan, Kelimpahan, Keanekaragaman, Danau Rawa Pening ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the abundance of gastropods, the concentration of organic material and the suppoting variables of water quality on Rawa Pening. The research was conducted in October 2019 using purposive sampling technique with three stations (inlet, center, outlet). The samples taken  on the bottom substrate and gastropods. The results showed that the concentration of organic material ranged from 1.06% to 2.62% with the highest concentration of organic material at station 2 and the lowest concentration of organic material at station 1. The relationship between organic material and abudance of  gastropods had a strong correlation with (r) 0.658. The types of  gastropods which found in Rawa Pening waters are grouped into 5 species, namely Melanoides sp, Pila ampullaceal, Pila polita, Pila scutata, and Radix rubiginosa. The abundance of individual gastropods ranged from 128571 – 220000 ind/m3. Based on the diversity index obtained, the water conditions in Rawa Pening began to become polluted.Keywords: Gastropods, Water Indicator,  Abundance,  Diversity, Rawa Pening Lake
MASKULINISASI IKAN CUPANG (Betta splendens) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK PURWOCENG (Pimpinella alpina) PADA MEDIA PEMIJAHAN Siti Qotijah; Sri Hastuti; Tristiana Yuniarti; Subandiyono Subandiyono; Fajar Basuki
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1228

Abstract

ABSTRAK Ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan cupang yang berkelamin jantan mempunyai warna yang lebih menarik dan memiliki nilai komersial lebih tinggi daripada betina. Keistimewaan lain dari ikan cupang jantan adalah siripnya yang indah. Upaya untuk memperoleh persentase jantan dapat dilakukan dengan cara pengarahan kelamin dengan cara melakukan perendaman ikan pada media pemijahan yang mengandung ekstrak purwoceng. Tanaman purwoceng (Pimpinella alpina) merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang memiliki senyawa aktif stigmasterol yang mampu menimbulkan efek androgenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan maskulinisasi ikan cupang (B. splendens) dengan penambahan ekstrak purwoceng pada media pemijahan.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli  hingga September 2018 di CV Galaxy Aquatic Indonesia, Pedurungan, Semarang.Induk jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dan induk betina sebanyak 20 ekor dengan jumlah total 40 ekor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan dan 10 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan dosis purwoceng yang berbeda melalui perendaman pada media pemijahan. Perlakuan tersebut adalah A dosis 0 mg/L, perlakuan B dosis 20 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman menggunakan ekstrak purwoceng dengan dosis yang berbeda pada perendaman induk memberikan pengaruh nyata terhadap persentase jantan, betina dan kelulushidupan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap derajat penetasan dan pertumbuhan. Persentase kelamin jantan pada perlakuan A yaitu 34,80%, perlakuan B 84,54%. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya ikan cupang (B. splendens) yaitu suhu 26-280C; pH 6,5-7,0; dan DO 2,3-2,8 mg/L. Kata kunci:  dosis, Ikan cupang, ikan jantan, Purwoceng ABSTRACT Betta fish (Betta splendens) is one type the ornamental fish that has high economic value. Male betta fish has more attractive colors and higher commercial value than females. Another feature of male betta fish is its beautiful fin. Efforts to obtain percentage of male fish can be done by sex reversal through submersion spawning media with Purwoceng extract. Purwoceng (Pimpinella alpina) is one of the Indonesian endemic herbs which haves active compound stigmasterol which is able to make androgenic effect.  The purpose of this study is to determine the effect of the addition of purwoceng extract on spawning media to the male genital formation on Betta fish (B. splendens). This research was conducted from July to September 2018 at CV Galaxy Aquatic Indonesia, Pedurungan, Semarang. There were 20 male brooders and 20 female brooders with a total of 40 fishes. This research was conducted by using the experimental method and Completely Randomized Design (CRD) which are consisting of 2 treatments and 10 replications. The treatment in this study was the use of different purwoceng extract doses through submesrsion on spawning media. The treatments are A dose (0 mg / L) and B dose (20 mg / L). The result showed that immerstion using different doses of purwoceng extraxt gives a significant effect on percentage of male , female ang survival rate, but not significant on hatching rate and growth. Percentage value of male sex in treatment A was34,80% and treatment B was 84.54 ± 2.20%. Water quality in the breeding media that is suitable for Betta fish cultivation are temperature 26 – 28 0C, pH 6.5-7.0, and DO 2.3-2.8 mg / L.Keywords: Immersion, Betta fish, doses, Purwoceng, Male fish
KONDISI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN TANJUNG PISAU KABUPATEN BINTAN Raja Nina Haryati; Dedy Kurniawan
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1260

Abstract

ABSTRAKPerairan Tanjung Pisau, Kabupaten Bintan merupakan wilayah pesisir yang terdapat sebaran ekosistem lamun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis lamun, tingkat kerapatan dan tutupan lamun di Perairan Tanjung Pisau, Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2020, di Perairan Tanjung Pisau, Desa Penaga, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Penelitian dengan menggunakan metode survey, dengan mengamati secara langsung kondisi ekosistem padang lamun. Pengamatan lamun dengan menggunakan bantuan transek kuadran dengan ukuran 50 x 50 cm, disepanjang garis transek 50 meter dengan tiga garis transek. Transek kuadran diletakkan di garis transek dengan jarak 10 meter. Hasil penelitian didapatkan lamun yang ditemukan yaitu Thalassia hemprichii dan Enhalusa coroides. Nilai kerapatan lamun Thalassia hemprichii sebesar 136,7 tegakan/m2 dan Enhalusa coroides sebesar 33,1 tegakan/m2. Total kerapatan lamunse besar 169,8 tegakan/m2, tergolong kerapatan lamun yang rapat. Rata-rata penutupan lamun sebesar 52,43%, dengan kategori kondisi tutupan lamun yang padat. Jenis lamun yang ditemukan di Perairan Tanjung  Pisau yaitu Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Kondisi kerapatan lamun tergolong kerapatan lamun yang rapat, dengan kondisi tutupan lamun yang padat. Kondisi kualitas perairan di Perairan Tanjung Pisau masih mendukung untuk kehidupan lamun.Kata kunci: Bintan, Kerapatan, Padang Lamun, Tutupan LamunABSTRACT The waters of Tanjung Pisau, Bintan Regency, are a coastal area where the seagrass ecosystem is distributed. The purpose of this study was to identify the type of seagrass, density, and level of seagrass cover in Tanjung Pisau Waters, Bintan Regency. This research was conducted from August to September 2020 in Tanjung Pisau Waters, Penaga Village, Teluk Bintan District, Bintan Regency. This study uses a survey method, by looking at the condition of the seagrass ecosystem. Seagrass observations use quadrant transects measuring 50 x 50 cm, line transects along 50 meters with three transect lines. Quadrant transects are on the transect line with a distance of 10 meters. The results showed that the seagrass found were Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides. The density value of Thalassia hemprichii seagrass was 136.7 stands/m2 and Enhalus acoroides was 33.1 stands/m2. The total density of seagrass is 169.8 stands/m2 which is classified as a dense seagrass density. The average seagrass cover was 52.43% with the category of solid seagrass cover. The condition of seagrass density is classified as a dense seagrass density, with a dense condition of seagrass cover.The water quality condition of Tanjung Pisau waters still supports seagrass life.Keywords: Bintan, Density, Seagrass, Seagrass Cover
PEMANFAATAN IKAN RUCAH DAN FERMENTASI KOTORAN AYAM DALAM PAKAN LELE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUS HIDUPAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) Pinandoyo Pinandoyo; Muhammad Bahrus Syakirin; Tri Yusufi Mardiana
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1325

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah mengkaji penggunaan tepung fermentasi kotoran  ayam dengan tepung ikan rucah yang menghasilkan pertumbuhan dan kelulushidupan benih lele sangkuriang terbaik. Materi dan metode penelitian, Ikan uji yang digunakan adalah benih lele sangkuriang (Clarias sp.) ukuran 6 –7 cm dan bobot tubuh 3,5 ± 0,11 g.Padat penebaran yang digunakan dalam setiap wadah adalah 200 ekor/m3 dengan padat penebaran untuk masing-masing wadah 50 ekor/wadah.Pakanuji yang diberikan selama penelitian adalah pakan berbentuk pelet kering menggunakan sumber protein dari ikan rucah dan fermentasi kotoran ayam dengan persentase perbandingan berbeda yaitu A (70:30); B (60:40); C (50;50) dan D (40:60).   Pemberian pakan uji 3% dari bobotbiomassa ikan serta diberikan 3 kali sehari pada pukul 07.00, 12.00, dan 17.00. Wadah uji yang digunakan terbuat dari terpal sebanyak 12 buah yang berbentuk persegi (0,5 x 0,5 x 0,5m3). Data yang diteliti meliputi pertumbuhan biomassamutlak (G),laju pertumbuhan spesifik (SGR),kelulushidupan (SR), konversi pakan (FCR), dan protein efisiensi rasio (PER). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan yang terlalu jauh antara laju pertumbuhan mutlak,  laju pertumbuhan spesifik, tingkat kelulushidupan, FCR, rasio efisiensi dan pemanfaatan protein pada setiap perlakuan. Tetapi pakan perlakuan A (70:30) memiliki hasil riset yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, yakni dengan tingkat pertumbuhan terbaik (pertumbuhan biomassa mutlak sebesar 163,167 g dan laju pertumbuhan spesifik sebesar 1,626) dengan kelulusan hidupan 83,33%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pakan A (70% tepung ikan rucah dan 30% tepung fermentasi kotoran ayam) dapat memberikan tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan ikan terbaik dibandingkan perlakuan lainnya.Kata Kunci :Ikan rucah, kotoran ayam, Lele sangkuriang, Clarias sp., PakanABSTRACTThe purpose of this study was to examine the use of fermented chicken manure flour with trash fish meal which produced the best growth and survival of sangkuriang catfish seeds. Research materials and methods. The test fish used were sangkuriang catfish (Clarias sp.) Seeds with a size of 6–7 cm and a body weight of 3.5 ± 0.11 g. The stocking density used in each container is 200 birds / m3 with the stocking density for each container 50 birds / container. The test feed given during the study was dry pellet form using protein sources from trash fish and chicken manure fermentation with different percentage ratios, namely A (70:30); B (60:40); C (50; 50) and D (40:60). The test feed was given 3% of the weight of fish biomass and was given 3 times a day at 07.00, 12.00, and 17.00. The test container used was made of 12 square tarpaulin pieces (0.5 x 0.5 x 0.5 m3). The data studied included absolute biomass growth (G), specific growth rate (SGR), survival rate (SR), feed conversion (FCR), and protein efficiency ratio (PER). The results showed that there was no significant difference between absolute growth rate, specific growth rate, survival rate, FCR, efficiency ratio and protein utilization in each treatment. However, treatment A (70:30) had better research results than other treatments, namely with the best growth rate (absolute biomass growth of 163.167 g and specific growth rate of 1.626) with a survival rate of 83.33%. Thus, it can be concluded that feed A (70% trash fish meal and 30% chicken manure fermented flour) can provide the best fish growth and survival rates compared to other treatments.Keywords :Trash feed, chick manure, sangkuriang catfish, Clarias sp., Feed
METODE KUADRAT TERKECIL UNTUK ANALISIS KONSTANTA HARMONIK PASANG SURUT AIR LAUT DI PULAU GILI RAJA, KABUPATEN SUMENEP, MADURA Luhur Moekti Prayogo
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1233

Abstract

ABSTRAKGili Raja Island is a small island located in Gili Genting District, with the entire area located on the coast. The primary access to this island is the sea route, where oceanographic conditions such as tides are very influential. This study examines the tidal characteristics on the island of Gili Raja, Sumenep Regency, using the Least Squares method. Tidal data were obtained from the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency (BMKG) in April 2015. The research conducted shows that the tidal type on Gili Raja's island is Diurnal with a Formzahl number of 3.55 (F> 3.0). This type describes that there is one high tide and one low tide. However, several times there were also two tides and two ebbs with very different heights and periods. The calculation using the least-squares method produces nine harmonic components, including M2, S2, N2 and K2, which form multiple daily tides. K1, O1 and P1 are the harmonic components forming a single daily tidal type, and the following components are M4 and MS4. The value obtained for each harmonic component is the amplitude value and phase difference.Keywords: Least Square, Tides, Harmonic Components, Formzahl, Gili Raja ABSTRACT Pulau Gili Raja merupakan pulau kecil yang berada di Kecamatan Gili Genting dengan seluruh wilayahnya terletak di pesisir. Akses utama ke pulau ini yaitu dengan jalur laut dimana kondisi oseanografi seperti pasang surut sangat mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pasang surut di pulau Gili Raja Kabupaten Sumenep menggunakan metode Kuadrat Terkecil. Data pasang surut diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada bulan April tahun 2015. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tipe pasang surut di pulau Gili Raja adalah Diurnal dengan bilangan Formzahl sebesar 3.55 (F > 3.0). Tipe ini menjelaskan bahwa terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Namun beberapa kali waktu juga terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Perhitungan menggunakan metode kuadrat terkecil menghasilkan sembilan komponen harmonik diantaranya  M2, S2, N2 dan K2 yang merupakan komponen pembangkit pasang surut harian ganda. K1, O1 dan P1 yang merupakan komponen harmonik pembangkit tipe pasang surut harian tunggal dan komponen selanjutnya adalah M4 dan MS4. Nilai yang diperoleh setiap komponen harmonik adalah nilai amplitudo dan beda phase.Kata kunci: Kuadrat Terkecil, Pasang Surut, Komponen Harmonik, Formzahl, Gili Raja
PENGARUH LAMA PERENDAMAN ASAM KLORIDA TERHADAP KEKUATAN GEL GELATIN TERIPANG HITAM (Holothuria leucospilota) Viola Niraputri; Romadhon Romadhon; Slamet Suharto
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1326

Abstract

ABSTRAKTeripang memiliki potensi sebagai gelatin karena mengandung protein kolagen sekitar 70% dalam tubuhnya yang terdiri dari kulit dan daging tebal. Protein teripang dihasilkan dari dinding tubuh yang kaya akan glisin, asam glutamat dan arginin, glisin merupakan asam amino yang dominan yang terdapat pada gelatin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap kekuatan gel gelatin Teripang hitam (Holothuria leucospilota) dan Perlakuan terbaik dalam pembuatan gelatin Teripang Hitam (Holothuria leucospilota) menggunakan proses asam. Teripang  Hitam (Holothuria leucospilota) diperoleh dari perairan Pulau Panjang Jepara, bahan lain yang digunakan yaitu asam klorida (HCl), dan aquades. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu perendaman selama 36, 42 dan 48 jam dengan tiga kali ulangan. Data parametrik dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukan bahwa gelatin dengan lama perendaman yang berbeda menunjukan pengaruh nyata terhadap rendemen, viskositas, kekuatan gel, kadar air, kadar protein dan kadar abu namun tidak terhadap pH. Perlakuan terbaik yaitu pada perendaman asam selama 48 jam dengan rendemen 2,85 ± 0,19%, pH 4,08 ± 0,02, viskositas 3,7 ± 0,11cP, kekuatan gel 675,52 ± 19,1 bloom, kadar air 10.35 ± 0,13%, kadar protein 84.8 ± 0,15%,  kadar abu 1,68 ± 0,23%, dan gugus fungsi dengan serapan amida A 3280 cm-1, amida I 1632 cm-1, amida II 1526 cm-1, amida III 1232 cm-1. Kesimpulan penelitian ini adalah lama waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh terhadap kekuatan gel gelatin Teripang Hitam (Holothuria leucospilota) dan perlakuan terbaik yaitu perendaman 48 jam. Kata kunci: FTIR (Fourrier Transform Infra-Red), Gelatin, HCl, Lama perendaman asam, Teripang Hitam (Holothuria leucospilota). ABSTRACTSea cucumbers have the potential to be gelatin because they contain high collagen protein around 70% in their body which consists of thick skin and meat. Sea cucumber protein is produced from the body wall which is rich in glycine, glutamic acid, and arginine. Glycine is the dominant amino acid found in gelatin. The purpose of this study was to determine the effect of soaking time on the gel strength of the black sea cucumber gelatin (Holothuria leucospilota) and the best treatment in making black sea cucumber gelatin (Holothuria leucospilota) using the acid process. Black sea cucumber (Holothuria leucospilota) is obtained from the waters of Panjang Island Jepara, other materials used are hydrochloric acid (HCl) and aquades. The experimental design used in this study used a completely randomized design (CRD) with three treatments namely soaking for 36, 42, and 48 hours with three replications. Parametric data were analyzed by ANOVA and HSD follow-up tests. The results showed that gelatin with different soaking times had a significant effect on yield, viscosity, gel strength, moisture content, protein content and ash content but had no effect on pH. The best treatment was acid soaking for 48 hours with yield 2.85 ± 0.19%, pH 4.08 ± 0.02, viscosity 3.7 ± 0.11 cP, gel strength 675.52 ± 19.1 bloom, water 10.35 ± 0.13%, protein content 84.8 ± 0.15%, ash content 1.68 ± \0.23%, and functional groups with amide A 3280 cm-1 absorption, amide I 1632 cm-1, amide II 1526 cm-1, amide III 1232 cm-1. The conclusion of this study is different soaking time gave an effect on the gel strength of the black sea cucumber gelatin (Holothuria leucospilota) and the best treatment is soaking for 48 hours. Keywords: Acid soaking time, Black Sea Cucumber (Holothuria leucospilota), FTIR (Fourrier Transform Infra-Red), Gelatin, HCl.
ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS USAHA PERIKANAN TANGKAP JARING INSANG DI DESA BANJARSARI, KECAMATAN ENGGANO, KABUPATEN BENGKULU UTARA Chris Meriya KN; Zamdial Zamdial; Ali Muqsit
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1190

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomis usaha perikanan tangkap jaring insang di Desa Banjarsari Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara. Hasil Penelitian diharapkan dapat menjadi informasi untuk pengembangan usaha perikanan tangkap dengan jaring insang di Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2020. Metode penelitian menggunakan metode observasi dan wawancara. Dari analisis aspek teknis dilakukan pada 13 responden dan diperoleh hasil ukuran perahu jaring insang ialah 2.75 GT, mesin perahu yang digunakan ialah Honda GX-200 dengan kekuatan daya mesin 5.5 PK -6.5 PK, Ukuran jaring insang memiliki panjang total 1.327 meter dengan kedalaman 1-2 meter. Daerah penangkapan berada di perairan Kahabi, Berhau, hingga ke balik Pulau Enggano. ABK yang bekerja sebanyak 2-3 orang dalam satu kapal. Hasil tanggapan berupa ikan Ketambak (Lutjanus mahogoni), Gebur (Caranx sp), Belanak (Crenimugil crenilabis), Merang (Siganus verniculatus), Cabe-cabe (Siganus canaliculatus), Nawi (Lujanus argentimaculatus), Bayam (Scarus taeniopterus). Analisa usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang dinyatakan layak dengan hasil NPV Rp 85.161.412, Net B/C Ratio 1.2, IRR 76% menggunakan tingkat suku bunga deposito Bank 7% dan PP 1.25 (1 tahun 2 Bulan 5 Hari) cepat kembali dari umur teknis 5-6 tahun.Kata kunci : Analisi kelayakan usaha, Jaring insang, Desa Banjarsari, Kecamatan Enggano ABSTRACTThe goals of this research were to analyze technical aspect and gillnet fisheries business in Banjarsari Village, Enggano sub-district, North Bengkulu district. The result can be information to fisheries development with gillnet in Enggano sub-district, North Bengkulu district. This result held on May to June 2020. The method used observation method and interview. Analyze technical aspect did to 13 respondents, it showed the size of gillnet boat was 2.75 GT, boat machine was Honda GX-200 with 5.5 – 6.5 PK Engine power. The size of gillnet was 1.327 meter of length with 1-2 meter of depth. Fishing area was in Kahabi waters, Berhau to the back of the island. The crew was 2-3 people in every boat. The fish catches were Lutjanusmahogoni, Caranxsp, Crenimugilcrenilabis, Siganusverniculatus, Siganuscanaliculatus, Lujanusargentimaculatus,Scarustaeniopterus. The business analysis by using gillnet is feasible with NPV was Rp 85.161.412, Net B/C Ratio was 1.2, IRR was 76% using 7% of bank deposit rates and PP was 1.25(1 year, 2 months, 5 days) fast back from 5-6 years technical age.Keywords: business feasibility analysis, gillnet, Banjarsari village, enggano sub-district

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 24 No. 1 (2025): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 2 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 23, No 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 23 No. 1 (2024): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 2 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 22, No 1 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 2 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 21, No 1 (2022): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 2 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 2 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 18, No 1 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 2 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 17, No 1 (2018): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 16, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 15, No 1 (2017): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 14, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 13, No 1 (2016): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 12, No 1 (2015): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 2, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2010): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2009): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2008): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol 1, No 1 (2007): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN More Issue