cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 4 Documents
Search results for , issue "No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009" : 4 Documents clear
Klorosis Tanaman Kacang Tanah Di Alfisol Kapuran Achmad Ghozi Manshuri
Buletin Palawija No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.326 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n17.2009.p33-40

Abstract

Klorosis tanaman kacang tanah di Alfisol kapuran. Klorosis pada tanaman kacang tanah di Tuban disebabkan oleh pH tanah tinggi (pH >7). Di Alfisol masam Lamongan (pH <7) kacang tanah tumbuh normal tidak mengalami klorosis. Tingkat ketersediaan hara makro dan mikro Alfisol kapuran Tuban rendah, ditandai dengan nilai SQ <0,5, kecuali Ca dan Mg masing-masing mempunyai SQ = 0,78 (sedang). Pemberian bahan organik 5 t bahan organik.ha–1 meningkatkan ketersediaan hara N, P, K, S, Mg, Mn dan Zn, namun tidak berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan hara Fe. Varietas Badak tidak sesuai untuk Alfisol kapuran dan masam baik dengan pemberian atau tanpa pemberian bahan organik. Galur-galur ICGV 87055, K/SHM 2-88-B-7 adaptive di Alfisol kapuran, sedangkan varietas Macan, Biawak, Mahesa dan Kancil sesuai untuk Alfisol kapuran dan masam. Varietas Kidang, Kelinci dan Zebra respon terhadap pemberian 5t bahan organik.ha–1 di Alfisol masam. Varietas Kidang mencapai hasil tinggi 25.7 g biji.dua tanaman–1 di Alfisol masam tanpa pemberian bahan organik, namun hasilnya rendah bila tanpa pemberian bahan organik. Pencegahan klororis daun pada kacang tanah dapat diatasi dengan: Pemberian 30–40 kg FeSO4.ha–1. Pemberian 20t pupuk kandang.ha–1. Pemberian 300–400 kg bubuk belerang.ha–1, yang diberikan dalam alur tanaman. Kombinasi antara 20t pupuk kandang.ha–1 dengan 200kg bubuk belerang.ha–1. Penyemprotan dengan larutan yang mengandung 1% FeSO4 + 0,1% asam sitrat + 3% amonium sulfat (ZA) + 0,2% urea pada umur 30, 45 dan 60 hari serta dengan cara memperbaiki drainase dan aerasi tanah.
Teknologi Budidaya Praktis Ubi Jalar Mendukung Ketahanan Pangan Dan Usaha Agroindustri Widodo, Yudi; Rahayuningsih, St. A.
Buletin Palawija No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.002 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n17.2009.p21-32

Abstract

Teknologi budidaya praktis ubi jalar mendukung ketahanan pangan dan usaha agroindustri. Ubi jalar telah sejak lama dikenal dan dibudidayakan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian ubi jalar masih merupakan tanaman pangan sekunder dan selama lima tahun terakhir luas areal tanam ubi jalar cenderung turun meskipun produktivitasnya sedikit meningkat. Penurunan luas areal ini seiring dengan alih fungsi lahan-lahan sawah menjadi lahan industri, pemukiman atau komoditas lain yang lebih prospektif. Untuk mengimbangi penurunan luas panen dapat ditempuh dengan meningkatkan produksi per satuan luas atau menggunakan lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2008, rata-rata produktivitas ubi jalar mencapai 10,8 t/ha, masih jauh lebih rendah dibanding potensi hasil beberapa varietas unggul yang mencapai 35 t/ha. Masih rendahnya produktivitas ubi jalar di tingkat petani disebabkan oleh teknologi budidaya yang digunakan masih sederhana dan menggunakan varietas lokal yang pada umumnya potensi produksinya rendah serta rentan terhadap serangan hama. dan penyakit tanaman. Oleh karena itu teknologi budidaya ubi jalar baku untuk mencapai produktivitas tinggi yang meliputi pengolahan tanah, penyiapan bibit dan penanamannya, pemupukan, pengendalian hama penyakit, panen dan penanganan pascapanen yang mampu mempertahankan kualitas ubi jalar perlu diketengahkan.
Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Industri Bioetanol Erliana Ginting; Titik Sundari; Nasir Saleh
Buletin Palawija No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.849 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n17.2009.p1-10

Abstract

Ubi kayu sebagai bahan baku industri bioetanol. Penggunaan sumber energi alternatif terbarukan yang berasal dari hasil pertanian seperti bioetanol perlu dilakukan karena meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di pasaran dunia dan menipisnya cadangan fosil. Ubi kayu cukup berpotensi sebagai bahan baku industri etanol karena mampu memproduksi etanol sebanyak 2.000–7.000 l/ha/th. Kandungan pati yang tinggi pada ubi kayu merupakan substrat yang baik untuk menghasilkan glukosa sebagai produk antara pada pembuatan etanol. Proses pengolahan ubi kayu menjadi etanol meliputi gelatinisasi pati, diikuti hidrolisis pati secara enzimatis menjadi glukosa dengan menggunakan enzim amilase dan glukoamilase (likuifikasi dan sakarifikasi), lalu difermentasi menjadi etanol dan dilanjutkan dengan distilasi dan dehidrasi untuk mendapatkan bioetanol dengan kadar 99,5% (fuel grade). Berdasarkan kadar gula total, pati dan ratio fermentasinya, beberapa varietas/klon ubi kayu, di antaranya CMM 99008-3, MLG 0311, OMM 9908-4 dan UJ-5 sesuai untuk bahan baku industri etanol dengan nilai konversi 4–4,5 kg umbi kupas segar/liter etanol 96%. Departemen Pertanian melalui program Peningkatan Mutu Intensisifikasi (PMI) dan perluasan areal tanam, telah memproyeksikan secara bertahap pengembangan ubi kayu untuk mendukung industri bioetanol. Program tersebut perlu mendapat dukungan semua stake holder, termasuk pengusaha/industri serta kebijakan serius dari Pemerintah untuk mendorong realisasi substitusi 10% premium dengan bioetanol (Gasohol E-10).
Sweetpotato As A Food Crop Joko Susilo Utomo
Buletin Palawija No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n17.2009.p11-20

Abstract

Sweetpotato as a food crop. Sweetpotato is among the world most important, versatile and under exploited crop in many part of the world, with more than 133 million tons in world annual production and being cultivated in more than 100 countries and it ranks ninth from the viewpoint of total production as a world crops. Sweetpotato contains approximately 30% dry matter and about 80–90% is made of carbohydrate and the rest are composed by protein, lipids, minerals, fibre and vitamins. Sweetpotato is also well-known as a source of minerals and vitamin. Regardless of these general nutritional excellences, sweetpotato is underexploited food item. In attempt to enhance the utilization as food, several food items was produced. The development of ready to serve products includes candied, canned, frozen, restructured products, etc.

Page 1 of 1 | Total Record : 4


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue