cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
ISSN : 20874855     EISSN : 26142872     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) merupakan media untuk publikasi tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang hortikultura. Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) terbit tiga kali setahun (April, Agustus, dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia" : 7 Documents clear
Agronomy, Utilization and Economics of Indigenous Vegetables in West Java, Indonesia Edi Santosa; Utami Prawati; , Sobir; Yoko Mine; Nobuo Sugiyama
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.929 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.125-134

Abstract

ABSTRACTIndigenous vegetables have become popular in recent Indonesian diet, but agronomic and economic studies on these crops are limited. The objective of this research was to investigate the cultural technique of indigenous vegetables, their uses and economic importance in West Java, Indonesia. Initial market observation was conducted in Bogor to determine the economic value of indigenous vegetables. In depth observations of the indigenous vegetables and interviews with merchants, farmers and consumers were conducted in three districts, i.e., Bogor, Cianjur and Tasikmalaya, focusing on four indigenous vegetables familiar to local people, i.e., genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau), kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), leunca (Solanum americanum Miller) and poh-pohan (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd.). This study showed that indigenous vegetables have been produced in extensive and semi-intensive cultivations and are sold in local markets daily, although local people do not consume them frequently. Indigenous vegetables held a market share of less than 5% at local markets, and accounted for less than 10% in household vegetable consumption. The reasons for consumers to choose indigenous vegetables were familiarity to these crops, moderate prices, family members’ preference, availability and ease of preparation. Generally, younger family members (<30 years old) bought indigenous vegetables less frequently than older ones (>30 years old), possibly due to lack of information on its use, unfamiliar flavor and high availability of other commercial vegetables commonly grown worldwide.Keywords: Cosmos caudatus, Limnocharis flava, local knowledge, Pilea melastomoides, Solanum americanumABSTRAKPopularitas sayuran indigenus terus meningkat di Indonesia, namun studi agronomi dan ekonominya masih terbatas. Penelitian bertujuan mengkaji budidaya, pemanfaatan dan nilai ekonomis sayuran indigenus di Jawa Barat, Indonesia. Penelitian pendahuluan dilakukan di pasar di wilayah Bogor. Penelitian mendalam dilakukan dengan mewawancarai pedagang, petani dan konsumen, serta mengamati di lahan petani di tiga kabupaten yakni Bogor, Cianjur dan Tasikmalayauntuk empat sayuran indigenus utama yakni genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau), kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), leunca (Solanum americanum Miller) dan poh-pohan (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd.). Studi menunjukkan bahwa sayuran indigenus diproduksi secara intensif dan semi intensif, serta dijual di pasar setiap hari, walaupun penduduk setempat tidak mengkonsumsi secara teratur. Sayuran indigenus mengisi celung pasar kurang dari 5% dan memenuhi kurang dari 10% kebutuhan sayuran rumah tangga. Konsumen memilih sayuran indigenus karena sudah terbiasa mengkonsumsi, harga terjangkau, disukai anggota keluarga,ketersediaan dan kemudahan mengolah. Secara umum, anggota keluarga muda (usia < 30 tahun) lebih jarang membeli sayuran indigenus dibanding yang lebih tua (usia > 30 tahun), kemungkinandisebabkan keterbatasan informasi nilai guna, adanya aroma asing, dan ketersediaan sayuran lain.Kata kunci: Cosmos caudatus, Limnocharis flava, pengetahuan lokal, Pilea melastomoides, Solanum americanum
Rekomendasi Pemupukan Fosfor pada Budidaya Caisin (Brassica rapa L. cv. caisin) di Tanah Andosol Donatila Faranso; Anas D. Susila
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.52 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.135-143

Abstract

ABSTRACTThis study was conducted to determine optimum phosphorus fertilizer application in Andosols soil, at the Pasir Sarongge, IPB Experimental Farm, Cianjur from April to May 2014. This research was arranged in split plot design with main plot five soil P status, namely X (1856.3 kg.ha-1 P2O5), 3/4 X (1392.225 kg.ha-1 P2O5), 1/2 X (928.15 kg.ha-1 P2O5), 1/4 X (464.076 kg.ha-1 P2O5) and 0 X (0 kg.ha-1 P2O5) and subplot five P fertilizer rates, namely (1856.3 kg.ha-1 P2O5), 3/4 X (1392.225 kg.ha-1 P2O5), 1/2 X (928.15 kg.ha-1 P2O5), 1/4 X (464.076 kg.ha-1 P2O5) and 0 X (0 kg.ha-1 P2O5), where X = 1856.346 kg.ha-1 P2O5 or 5156 kg.ha-1 SP-36, in which P was needed to achieve the highest levels of P in Pasir Sarongge Andosol. Rate of N and K were applied at 200 kg.ha-1 of Urea (45% N) and 100 kg.ha-1 KCl (60% K2O) respectively. The results showed that the soil nutrient Pwas able to enhance the growth and yield of caisin, whereas P fertilization treatment did not give significant effect on caisin growth and yield in the medium P content (Bray extractant) of Pasir Sarongge Andosols. The percentage of plants affected by mace root disease was 11.90%. It may influence the effectiveness of P fertilization. The P fertilizer rate recommendations in the Pasir Sarongge Andosol could not be determinedKeywords: fertilizer, P soils, vegetables, rateABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis optimum pemupukan fosfor pada tanah Andosol. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge Cianjur mulai April hingga Mei 2014. Percobaan disusun rancangan Split Plot. Petak utama (main plot) adalah status hara P tanah yang diinkubasikan dari terdiri atas lima, 3/4 X (1392.225 kg.ha-1 P2O5), 1/2 X (928.15 kg.ha-1 P2O5), 1/4 X (464.076 kg.ha-1 P2O5) dan 0 X (0 kg.ha-1 P2O5), dimana X (1856.3 kg.ha-1 P2O5), Anak Petak (sub plot) adalah dosis pemupukan P yang terdiri atas lima taraf, yaitu X (1856.3 kg.ha-1 P2O5), 3/4 X (1392.225 kg.ha-1 P2O5), 1/2 X (928.15 kg.ha-1 P2O5), 1/4 X (464.076 kg.ha-1 P2O5) dan0 X (0 kg.ha-1 P2O5) dengan X = 1856.346 kg.ha-1 P2O5 atau 5156 kg.ha-1 SP-36, yaitu P yang dibutuhkan untuk mencapai kadar P sangat tinggi pada tanah Andosol Pasir Sarongge. Dosis N dan K yang digunakan adalah 200 kg kg.ha-1 Urea (45% N) dan 100 kg.ha-1 KCl (60% K2O). Status hara awal hara P tanah berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Namun demikian, perlakuan pemupukan P tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin pada tingkat kesuburan P tanah sedang menurut pengekstrak Bray. Serangan penyakit akar gada kemungkinan dapat menjadi penyebab pemupukan tidak berpengaruh pada tanaman. Persentase jumlah tanaman yang terserang penyakit akar gada adalah 11.90%. Dosis rekomendasi pemupukan P untuk tanaman caisin di kebun Percobaan Pasir Sarongge belum dapat ditentukan.Kata kunci: pupuk, P tanah, sayuran, dosis
Pendugaan Parameter Genetik Vigor untuk Viabilitas dan Vigor Benih Cabai (Capsicum annuum L.) Menggunakan Analisis Setengah Dialel Luluk Prihastuti Ekowahyuni; M. Syukur; Surjono H. Sutjahjo; M. R. Suhartanto
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.949 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.144-151

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this study was to estimate the narrow sense heritability (h2ns), broad sense heritability (h2bs), heterosis, and heterobioltiosis, coefficient of genetic variances, coefficient of phenotypic variances, additive and dominant variances. Pepper population used in this study consisted of IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C15 and half diallel hybrid. To estimate the effect of reciprocal IPB C10 x IPB C2 hybrid was used. Accelerated aging method was used to test the vigor using methanol 20% in five periods of time 0, 2, 4, 6 and 8 hours. Observations consisted of: (1) germination rate, (2) the length of radicle, (3) the length of hypocotile, (4) dry weight of normal seedlings, (5) speed of growth, (6) electrical conductivity and (7) moisture content. Genetic parameters were estimated using affinity analysis. Reciprocal effect indicated that there was no maternal effect. Parents with high combining ability was IPB C15 and that with high specific combining ability was IPB C2 x IPB C5 and gave positive heterosis.Key words: pepper, genetic coefficient, heterosis, seed vigor, specific combining ability ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menduga nilai parameter genetik untuk viabilitas dan vigor benih cabai menggunakan metode persilangan setengah dialel untuk mendapatkan informasi nilaiheritabilitas, heterosis, koefisien keragaman genetik, varians aditif dan dominan, sehingga diharapkan dapat mendukung keberhasilan program pemuliaan yang mengkombinasikan karakter tanaman dengan viabilitas dan vigor benih yang baik. Empat genotipe tetua cabai yang digunakan adalah IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C15, dan enam genotipe cabai hasil persilangan antar tetua adalah IPB C2 x IPB C9, IPB C2 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C9 x IPB C10, IPB C9 x IPB C15, IPB C10 x IPB C15. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Pengamatan untuk pengujian vigor dan viabilitas dilakukan pada genotipe tetua dan persilangan dengan tolok ukur yaitu (1) daya berkecambah (2) panjang akar, (3) panjang hipokotil, (4) bobot kering kecambah (5) kadar air benih, (6) kecepatan tumbuh (Kct), dan (7) daya hantar listrik (DHL). Pengujian vigor daya simpan benih cabai pada genotipe tetua dan persilangan menggunakan metode pengusangan cepat methanol 20%. Setelah pengujian vigor daya simpan benih dilakukan analisis varian dan analisis regressi dan analisis statistik biometrik. Hasil analisis menunjukkan bahwa genotipe cabai IPB C15 mempunyai nilai daya gabung umum yang tinggi untuk vigor daya simpan benih sehingga dapat dijadikan sebagai tetua untuk perakitan varietas F1 hibrida vigor daya simpan benih tinggi. Kombinasi persilangan tetua IPB C2 x IPB C15 menghasilkan benih yang memiliki vigor daya simpan benih tinggi.Kata kunci : cabai, daya gabung khusus, heterosis, koefisien genetik, vigor benih
Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kubis (Brassica oleracea L. var. capitata) Menggunakan Metode Pengusangan Cepat dengan Etanol Amalia Rosida; Maryati Sari; Abdul Qadir
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.601 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.152-160

Abstract

ABSTRACTA method that can predict vigor of seed correlated to seed longevity is necessary for cabbage seed production. The objective of this study was to obtain effective soaking time in the chemically accelerated aging method with liquid ethanol 20%, that can estimate vigor correlated to seed longevity of cabbage. Cabbage seed consisted of 6 commercial seed lots with different initial vigor, i.e. G1, MG, GC, GT, B3, and KC. In the first experiment, the seeds were stored for 6 months in aluminum foil at open storage with temperature of 23.3-29.9 0C and 61-85% relative humidity. In the second experiment, rapid aging was done by soaking seeds in liquid ethanol 20% for 30, 60, 90, and 120 minutes. The results showed that vigor index of ethanol soaking for 30 minutes in ethanol 20% had close correlation with germination of seed after storage for 6 months with a coefficient correlation r=0.92. Therefore, it could be used to predict vigor correlated to storability. Cabbage seed vigor after 6 months could be predicted by the equation y=3.338+1.054x, where x was variable vigor index after soaking seeds in ethanol 20% for 30 minutes, and a coefficient of determination R2=0.84.Keywords: deterioration, rapid aging, seed longevity, seed storage, viabilityABSTRAKMetode yang dapat menduga vigor daya simpan benih kubis sangat diperlukan untuk mendukung penyediaan benih kubis yang bermutu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu perendaman yang efektif pada metode pengusangan cepat kimia dengan etanol 20%, yang dapat menduga vigor daya simpan benih kubis. Benih kubis yang digunakan terdiri atas 6 lot benih komersial, yaitu G1, MG, GC, GT, B3, dan KC dengan vigor awal yang berbeda. Percobaan pertama adalah penyimpanan benih dalam kemasan aluminium foil selama 1 sampai 6 bulan pada ruang simpan terbuka (suhu 23.3-29.9 0C dan RH 61-85%). Percobaan kedua adalah pengusangan dengan merendam benih dalam larutan etanol 20% selama 30, 60, 90, dan 120 menit. Hasil menunjukkan indeks vigor setelah perendaman dalam etanol selama 30 menit memiliki korelasi yang erat dengan daya berkecambah benih setelah disimpan selama enam bulan dengan koefisien korelasi sebesar 0.92, sehingga dapat digunakan untuk menduga vigor daya simpan. Vigor daya simpan benih kubis setelah penyimpanan selama enam bulan dapat diduga dengan persamaan y= 3.338 + 1.054x, dengan x peubah indeks vigor setelah perendaman etanol 20% selama 30 menit, dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.84.Kata kunci: kemunduran benih, pengusangan cepat, daya simpan benih, penyimpanan benih, viabilitas
Embriogenesis Somatik Jeruk Keprok (Citrus reticulata L. cv Batu 55) Asal Hasil Perlakuan Kolkisin Agus Purwito; Mohamad Prayogi; Mia Kosmiatin; Ali Husni
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.475 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.161-171

Abstract

ABSTRACTThe objective of this study was to obtain the best method of regeneration through somatic embryogenesis of citrus cv Batu 55 from callus resulted from in vitro polyploidization by colchicine. The experiment was conducted at the Laboratory of ICABIOGRAD, Bogor and Tissue Culture Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University from March 2014 until September 2014. This study consisted of proliferation of embryogenic callus, maturation, germination of somatic embryos, growth of shoots and roots. The research were comprised of four experiments, namely: 1). The effect of Phytagel concentration (2.5, 3.0, 3.5 and 4.0 g L-1) on proliferation of embryogenic callus, with 3 replications. Each experimental unit consisted of 3 clumps of callus, 2). The effect of ABA concentration (0, 0.1, 0.3 and 0.5 mg L-1) on somatic embryo maturation with 6 replications. Each experimental unit was one culture vessel containing five somatic embryos at globular phase, 3) The effect of vitamin composition (vitamin MS and vitamin MW) on germination of somatic embryo with 16 replications. Each experimental unit was one culture vessel containing four somatic embryos at cotyledonary phase, and 4) The effect 0.5 mg L-1 of plant growth regulators (NAA, IAA, IBA) and vitamin (MS and MW) on rooting and shoot elongation of germinated somatic embryos. Experiment was repeated five times. Each experimental unit was one culture vessel containing one plantlet as explant. All experiments were arranged as a completely randomized design. The result showed that the best concentration of Phytagel for callus proliferation was 2.5 g L-1. Maturation of somatic embryos was better when the somatic embryos were planted on medium supplemented with ABA 0.5 mg L-1. The MS medium supplemented with vitamin MS was better than supplemented with vitamin MW for the formation of plantlets, while roots and shoots elongation of the plantlet was better when explant was planted on the MS medium supplemented with vitamins MS and IBA 0.5 mg L-1.Key words: proliferation, maturation, germination, embryogenic callus, plantlet.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode embriogenesis somatik terbaik dari kalus Jeruk Keprok cv Batu 55 yang mendapatkan perlakuan poliploidisasi dengan kolkisin. Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Litbang Bioteknologi & Sumber Daya Genetik Pertanian, dan Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Maret 2014 hingga September 2014. Penelitian ini terdiri atas proliferasi kalus embriogenik, pendewasaan, perkecambahan embrio somatik (ES), pertumbuhan tunas dan akar. Penelitian terdiri atas empat percobaan, yaitu: 1). Pengaruh konsentrasi Phytagel (2.5, 3.0, 3.5 dan 4.0 g L-1) terhadap proliferasi kalus embriogenik, dengan 3 ulangan, dimana setiap satuan percobaan terdiri atas 3 klum kalus, 2). Pengaruh konsentrasi ABA (0, 0.1, 0.3 dan 0.5 mg L-1) terhadap pendewasaan ES dengan 6 ulangan. Setiap satuan percobaan ialah satu botol kultur yang ditanam lima ES fase globular, 3) Pengaruh komposisi vitamin (vitamin MS dan vitamin MW) terhadap perkecambahan ES dengan 16 ulangan. Setiap satuan percobaan ialah satu botol kultur yang ditanami empat ES fase kotiledon, dan 4) Pengaruh 0.5 mg L-1 zat pengatur tumbuh (NAA, IAA, IBA) dan vitamin (MS dan MW) terhadap pertumbuhan tunas dan akar pada ES yang telah berkecambah. Setiap perlakuan diulang lima kali. Setiap satuan percobaan ialah satu botol kultur yang berisi satu planlet. Seluruh percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik Phytagel untuk proliferasi kalus adalah 2.5 g L-1. Pendewasan menjadi ES fase kotiledon akan lebih baik jika ES ditanam pada medium dengan ABA 0.5 mg L-1. Untuk pembentukan planlet, ES fase kotiledon akan lebih baik ditanam dalam medium MS yang ditambah vitamin MS dibanding yang ditanam pada medium MS ditambah vitamin MW. Medium untuk pertumbuhan tunas dan akar terbaik adalah medium MS yang ditambah dengan vitamin MS dan IBA 0.5 mg L-1.Kata kunci: proliferasi, pendewasaan, perkecambahan, kalus embriogenik, planlet.
Kriteria Kemasakan Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen M. Luthfan Taris; Winarso D. Widodo; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.916 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.172-176

Abstract

ABSTRACTPapaya is one of the climacteric fruit that has a short shelf life. It has high potential as a source of vitamins and minerals. This research was aimed at studying the maturity criteria of postharvest ripeness of Callina papaya fruit of several picking ages and to determine the best picking ages for postharvest handling in order to extend the shelf life. Experiment was conducted in the Research Center for Tropical Horticulture, Bogor Agricultural University (PKHT, IPB) Papaya Farm Tajur, Bogor and postharvest ripening test was conducted at Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University in February to July 2014. Experiment consisted of 4 treatments: 115, 120, 125 and 130 days after anthesis (DAA) with 3 replications. The longest shelf life for papaya Callina was obtained by fruit picked at 115 DAA (heat unit 2010.06 0C day) with the shelf life of 8 days. Picking ages 120 DAA (heat unit 2102.13 0C day) was the best picking ages for treatment to extend the shelf life because of the good chemical quality contained and its shelf life of 7 days. The older papaya fruits ripened faster than the younger papaya fruit. Younger papaya has a lower respiration rate than the older papaya. Picking ages did not affect the physical quality but affect the chemical quality of papaya fruit at the same postharvest maturity level.Kata kunci: Callina, chemical quality, physical quality, shelf life ABSTRAK Pepaya merupakan salah satu buah klimakterik yang memiliki daya simpan pendek, tetapi memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber vitamin dan mineral. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah pepaya Callina dari beberapa umur panen dan menentukan saat panen terbaik untuk penanganan pascapanen dalam rangka memperpanjang masa simpan. Buah untuk percobaan diperoleh dari kebun pepaya Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT, IPB) Tajur, Bogor dan pengujian kematangan pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari - Juli 2014. Percobaan terdiri atas 4 perlakuan: 115, 120, 125 dan 130 hari setelah antesis (HSA) dengan 3 ulangan. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada umur panen 115 HSA (satuan panas sebesar 2010.06 0C hari) dengan umur simpan 8 hari. Umur panen 120 HSA (satuan panas sebesar 2102.13 0C hari) merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur simpan karena mutu kimia baik dengan umur simpan 7 hari. Buah pepaya yang dipanen tua lebih cepat masak dibandingkan dengan buah pepaya yang dipanen muda. Pepaya yang dipanen muda memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pepaya yang dipanen tua. Umur panen tidak mempengaruhi mutu fisik tetapi mempengaruhi mutu kimia buah pepaya pada tingkat kematangan pascapanen yang sama.Kata kunci: Callina, mutu fisik, mutu kimia, umur simpan
Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro Fitro Adi Cahyo; Diny Dinarti
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.083 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.177-186

Abstract

ABSTRACTThe objective of this research was to determine the effects of gamma irradiation on protocorm like bodies (PLBs) Dendrobium lasianthera and Lethal dose (LD) 30 and 50 of gamma irradiation. The irradiation was conducted at the Center of Technology Application of Isotops and Radiation, Nuclear Energy Agency (PATIR-BATAN) and culture at Tissue Culture Laboratory of IPB from February 2014 to July 2014. The treatments were arranged in a completely randomized design (CRD) with a single factor of gamma irradiation doses, include i,g. 0 Gy, 20 Gy, 40 Gy, 60 Gy, 80 Gy, and 100 Gy. Each dose of gamma irradiation treatment was repeated 5 times. There were 30 experimental units. Each experimental unit consisted of five culture bottles containing 4 individually planted PLBs Dendrobium lasianthera. The results of this research showed that the increasing doses of gamma irradiation significantly decreased the percentage of alive PLBs, PLBs germination percentage, number of leaves, number of roots, the percentage of rooted PLBs. Morphological changes among other wider and spiral leaves were observed in the treated plantlets. Lethal dose 30% (LD30) was at 19.7697 Gy and LD50 was at 67.3504 Gy.Keywords: Dendrobium lasianthera, gamma irradiation, in vitro, Lethal dose (LD), mutation ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap pertumbuhan protocorm like bodies (PLBs) anggrek Dendrobium lasianthera serta menentukan Lethal dose (LD) 30 dan 50 dari iradiasi sinar gamma. Proses iradiasi dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN) Proses kultur dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan IPB. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2014 hingga Juli 2014. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu dosis iradiasi gamma meliputi 0 Gy, 20 Gy, 40 Gy, 60 Gy, 80 Gy, dan 100 Gy. Setiap dosis perlakuan iradiasi gamma diulang 5 kali, seluruhnya terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas lima botol kultur yang masing-masing ditanam 4 PLBs anggrek Dendrobium lasianthera. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis iradiasi gamma nyata menurunkan persentase hidup PLBs, persentase PLBs berkecambah, jumlah daun, jumlah akar, dan persentase PLBs berakar. Perubahan planlet in vitro yang teramati antara lain daun melebar dan daun spiral. LD30 berada pada 19.7697 Gy dan LD50 pada 67.3504 Gy.Kata kunci: Dendrobium lasianthera, in vitro, iradiasi gamma, Lethal dose (LD), mutasi

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 16 No. 1 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 2 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 1 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 14 No. 3 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 2 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 3 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 2 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 1 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 3 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 2 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 1 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 3 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 2 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 1 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 3 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 1 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 2 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 3 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 2 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 2 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia More Issue