cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
ISSN : 20874855     EISSN : 26142872     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) merupakan media untuk publikasi tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang hortikultura. Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) terbit tiga kali setahun (April, Agustus, dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia" : 8 Documents clear
Perbaikan Pembungaan Pamelo melalui Aplikasi Strangulasi dan Zat Pemecah Dormansi Slamet Susanto; Maya Melati; Herik Sugeru
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.567 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.139-145

Abstract

ABSTRACTPummelo productivity is still low, therefore efforts should be made to increase its flowering and production. The objective of study was to determine the effectiveness of strangulation combined with the application of breaking dormancy substances to improve flowering of pummelo. The experiment was conducted in January to November 2015, at the Cikabayan Experimental Research Station, IPB. The carbohydrate and nitrogen analysis was done in laboratory of Postharvest Agriculture Research Institute, Bogor. Three-year-old pummelo grown in field was subjected for this research. Experiment used a completely randomized design (CRD) with two factors. The first factor was treatment to stimulate flowering, consisted of 3 levels i.e. single strangulation, double strangulation and control, and the second factor was the use of dormancy breaking substances, consisted of 3 types i.e. KNO3, Ethepon and BAP. Strangulation was performed by pressing the wire with a diameter of 2.0 mm into stem as deep as the diameter of the wire. Strangulation was done simultaneously and then released after 3 months. Dormancy breaking substance was applied immediately after releasing the wire for strangulation with the concentration of 200 ppm KNO3, 100 ppm Ethepon or 100 ppm BA. Treatments were replicated 4 times. The results showed that single and double strangulation treatments for 3 months were an effective way to induce flowering of young pummelo trees. Double strangulation produced more flowers as compared to single strangulation.Increased carbohydrate content and C/N ratio in leaves were observed on flower induced trees. Strangulation treatment for 3 months can increase flowering of young pummelo trees. Application of dormancy breaking substances did not have any effect on flowering induction in pummelo.Keywords: carbohydrate content, dormancy breaking substance, flower induction, pummelo, strangulationABSTRAKProduktivitas pamelo masih rendah sehingga perlu upaya peningkatan pembungaan dan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas strangulasi yang dikombinasikan dengan aplikasi zat pemecah dormansi dalam meningkatkan pembungaan jeruk pamelo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Nopember 2015, bertempat di Kebun Percobaan IPB Cikabayan. Analisis karbohidrat dan nitrogen dilakukan di laboratorium BB Pasca Panen, Bogor. Percobaan menggunakan tanaman jeruk pamelo “Nambangan’ berumur 3 tahun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Sebagai faktor pertama yaitu perlakuan untuk menstimulasi pembungaan, terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu perlakuan strangulasi tunggal, strangulasi ganda dan kontrol, dan sebagai faktor kedua adalah penggunaan zat pemecah dormansi terdiri atas 3 jenis yaitu KNO3, Ethepon dan BAP. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Strangulasi dilaksanakan dengan melilitkan kawat dengan diameter 2.0 mm pada batang dengan menekan kawat ke batang sedalam diameter kawat tersebut. Strangulasi dilakukan serentak pada batang, strangulasi dilepas setelah 3 bulan kemudian. Zat pemecah dormansi diaplikasikan segera setelah pelepasan kawat strangulasi dengan konsentrasi masing-masing 200 ppm untuk KNO3, 100 ppm untuk Ethepon atau 100 ppm untuk BAP. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan strangulasi selama 3 bulan merupakan cara efektif menginduksi pembungaan tanaman jeruk pamelo. Perlakuan strangulasi ganda menghasilkan bunga lebih banyak dibandingkan dengan strangulasi tunggal. Tanaman yang telah terinduksi menunjukkan tingginya kandungan karbohidrat pada tajuk tanaman sehingga meningkatkan rasio C/N. Perlakuan zat pemecah dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembungaan jeruk pamelo.Kata kunci: kandungan karbohidrat, pamelo, pembungaan, strangulasi, zat pemecah dormansi
Pola Penurunan Viabilitas dan Pengembangan Metode Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Pepaya (Carica Papaya L.) Astryani Rosyad; M. Rahmad Suhartanto; Abdul Qadir
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.633 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.146-154

Abstract

ABSTRACTInformation of seed quality during storage can be determined through the actual storage and storability vigor estimation. This study aimed at comparing effective accelerated aging methodbetween physical and chemical, and studying the seed deterioration during storage in ambient (T =28-30 0C, RH=75-78%) and AC (T =18-20 0C, RH =51-60%) condition with three levels of initial moisture content (8-10%, 10-12%, and 12-14%) for 20 weeks. The final objective of this researchwas to develop model for storability vigor of papaya seed. Two experiments, accelerated aging and seed storage were conducted at Seed Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University from October 2015 to May 2016. A completely randomized design with nested factors and four replications was applied to both experiments. The results showed that physical accelerated aging using IPB 77-1 MMM machine was more effective than chemical accelerated aging using IPB 77-1 MM machine for papaya seed. The viability of seed stored in AC condition remained high until the end of the storage period, whereas it declined at 16 week storage period in the ambient condition. The viability of seed with initial moisture content of 12-14% declined faster than that of initial moisture content of 8-10% after 18 week storage periode. The model used to estimate the storability vigor of papaya seed accurately was the equation y = a + b expcx where y : storability vigor estimation, x : aging time and a,b,c : constant value. Simulation of storability vigor estimation with constant value of a, b, c and input of aging time can estimate storability seed vigor in actual storage.Keywords: accelerated aging, IPB 77-1 MM machine, IPB 77-1 MMM machine, seed storage, simulationABSTRAKInformasi mutu benih selama penyimpanan dapat diketahui melalui penyimpanan secara aktual dan pendugaan vigor daya simpan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metodepengusangan cepat yang efektif antara fisik dengan kimia serta mempelajari pola penurunan viabilitas benih selama penyimpanan aktual pada kondisi simpan kamar (suhu =28-30 0C, RH =75-78%) dan AC (suhu =18-20 0C, RH =51-60%) dengan tiga tingkat kadar air awal (8-10%, 10-12%, dan 12-14%) selama 20 minggu. Tujuan akhirnya adalah membangun model vigor daya simpan benih pepaya. Penelitian pengusangan cepat dan penyimpanan dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai Mei 2016 di Laboratorium Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut PertanianBogor. Kedua penelitian menggunakan rancangan acak lengkap tersarang dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusangan cepat secara fisik dengan alat IPB 77-1 MMM lebih efektif daripada pengusangan kimia dengan alat IPB 77-1 MM untuk benih pepaya. Viabilitas benih yang disimpan pada kondisi AC tetap tinggi hingga akhir periode simpan, sedangkan pada kondisi kamar penurunan viabilitas dimulai pada periode simpan 16 minggu. Benih yang disimpan dengan tingkat KA awal sebesar 12-14% lebih cepat mengalami penurunan viabilitas mulai periode simpan 18 minggu dibandingkan dengan benih dengan KA awal 8-10%. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat korelasi yang erat antara pola kemunduran benih pada pengusangan cepat dan penyimpanan aktual, sehingga model pendugaan vigor daya simpan (y) berdasarkan waktu pengusangan (x) dapat disusun dengan persamaan y = a + b expcx. Simulasi pendugaan vigor daya simpan dengan nilai konstanta a, b, dan c serta input waktu pengusangan dapat menduga vigor daya simpan benih selama penyimpanan aktual.Kata kunci: alat IPB 77-1 MM, alat IPB 77-1 MMM, pengusangan cepat, penyimpanan benih,simulasi
Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Tomat (Solanum lycopersicum L.) Silangan IPB T64 x IPB T3 Marlina Mustafa; Muhamad Syukur; Surjono Hadi Sutjahjo; Sobir .
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.37 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.155-164

Abstract

ABSTRACTHypocotyl and cotyledon are potentially used as effective morphological markers since they can be detected earlier. Information on inheritance of tomato hypocotyl and cotyledon was not available. The aims of this research was to study the inheritance of qualitative and quantitative characters of tomato hypocotyl and cotyledon. This research used six population, P1 green hypocotyl (IPB T64), P2 purple hypocotyl (IPB T3), F1, F1R, BCP1, BCP2, and F2. Analysis of qualitative characters used Mendelian and gene action of quantitative characters used joint scaling test. The results of Mendelian indicated that the character of hypocotyl color was controlled by two genes of dominant-recessive epistasis. The gene controlling purple color was dominant to the green color gene. Based on the F2 distribution test, hypocotyl length, cotyledon length and width were controlled by polygenes. There was no influence of maternal effect. The results of the joint scaling test showed gene action of hypocotyl length was controlled by additive gene with influence of additive-dominant epistasis. Length and width of the cotyledon were controlled by additive gene and influence of duplicate epistasis effect. All characters had high level of broad sense heritability and medium level of narrow sense heritability.Keywords: cotyledone, gene action, heritability, hypocotyle, morphology marker.ABSTRAKHipokotil dan kotiledon berpotensi untuk dijadikan sebagai marka morfologi yang efektif karena dapat dideteksi lebih dini. Informasi pola pewarisan karakter hipokotil dan kotiledon tomat belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola pewarisan karakter kualitatif dan kuantitatif dari hipokotil dan kotiledon tomat sebagai marka morfologi pada tahap awal pertumbuhan tanaman. Penelitian ini menggunakan enam set populasi yaitu P1 hipokotil hijau (IPB T64), P2 hipokoti ungu (IPB T3), F1, F1R, BCP1, BCP2, dan F2. Karakter kualitatif menggunakan analisis Mendel dan pendugaan aksi gen karakter kuantitatif menggunakan analisis skala gabungan. Hasil analisis Mendel menunjukkan bahwa karakter warna hipokotil dikendalikan oleh dua pasang gen epistasis dominan-resesif. Gen pengendali warna ungu bersifat dominan terhadap warna hijau pada hipokotil tomat. Panjang hipokotil, panjang dan lebar kotiledon dikendalikan oleh banyak gen dan tidak ada pengaruh tetua betina berdasarkan uji sebaran populai F2. Hasil analisis skala gabungan menunjukkan bahwa aksi gen karakter panjang hipokotil dikendalikan oleh gen aditif dengan pengaruh epistasis aditif dominan, panjang dan lebar kotiledon dikendalikan oleh gen dominan dengan pengaruh epistasis duplikat. Semua karakter yang diamati memiliki nilai heritabilitas arti luas dalam tingkatan yang tinggi, sedangkan heritabilitas arti sempit dalam tingkatan yang sedang.Kata kunci: aksi gen, heritabilitas, hipikotil, kotiledon, marka morfologi.
Metode Pengusangan Cepat dengan Larutan Etanol untuk Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Caisin (Brassica rapa L. cv. grup Caisin) Aisa Amanah; Maryati Sari; Abdul Qadir
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.537 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.165-175

Abstract

ABSTRACTThe objective of this study was to obtain effective duration in accelerated aging method with soaking the seed in 20% liquid ethanol which could estimate vigor related to storability of caisin seed during 3 and 6 months storage. There were five commercial caisin seed lots used in this study. The lots have different initial vigor. This research was conducted in two separate experiments. The first experiment was conducted to study deterioration of caisin seeds stored in aluminum foil pouches for 3 and 6 months at ambient room. The second experiment was conducted to study the effect of chemical aging duration, i.e 30, 60, 90, 120, 150, and 180 minutes moistened (12 hours imbibed) seed soaking in liquid ethanol 20%. Both of experiments were arranged in completely nested design. Germination of seeds after soaking in 20% liquid ethanol for 90 minutes was positively correlated with germination of seeds after storage for 3 and 6 months with coefficient of corellation = 0.87 and 0.88. Both coefficient of corellations were close to 1 which showed that the germination of seeds after accelerated ageing with soaking in 20% liquid ethanol could estimate seed vigor related to storability. Vigor related to storability of caisin seed after 3 months could be predicted by the equation y = 56.04+0.36x with the coefficient of determination 77.00%. While after 6 months it can be predicted by the equation y = 62.72+0.38x with the coefficient of determination 74.90%. Y variable indicates germination of caisin seed after storage while the x variable indicates germination of caisin seed after soaking in 20% liquid ethanol for 90 minutes.Key words: deterioration, devigoration, longevity, seed storage, viabilityABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mendapatkan waktu perendaman ke dalam etanol 20% yang tepat pada metode pengusangan cepat kimia yang dapat menduga vigor daya simpan benih caisin setelah penyimpanan 3 dan 6 bulan. Benih yang digunakan berasal dari lima lot benih komersial dengan vigor awal yang berbeda. Penelitian terdiri atas 2 percobaan terpisah. Percobaan 1 adalah penyimpanan benih caisin dalam kemasan aluminium foil selama 3 dan 6 bulan pada ruang suhu kamar. Percobaan 2 yaitu pengusangan cepat kimia dengan merendam benih caisin yang telah dilembabkan selama 12 jam ke dalam larutan etanol 20% selama 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Kedua percobaan menggunakan rancangan acak lengkap tersarang. Daya berkecambah benih setelah pengusangan melalui perendaman etanol 20% selama 90 menit berkorelasi positif dengan daya berkecambah benih setelah penyimpanan selama 3 dan 6 bulan. Nilai koefisien korelasi pada 3 dan 6 bulan setelah simpan adalah 0.87 dan 0.88. Kedua koefisien korelasi tersebut mendekati 1 yang menunjukkan bahwa daya berkecambah benih setelah pengusangan cepat dengan etanol 20% dapat menduga vigor daya simpan. Vigor daya simpan benih caisin setelah 3 bulan simpan dapat diduga dengan persamaan y = 62.72+0.38x dengan nilai koefisien determinasi sebesar 77.00%, sementara setelah 6 bulan dapat diduga dengan persamaan y = 56.04+0.36x dengan nilai koefisien determinasi sebesar 74.90%. Peubah y menunjukkan daya berkecambah setelah penyimpanan sedangkan x menunjukkan daya berkecambah setelah pengusangan melalui perendaman etanol 20% selama 90 menit.Kata kunci: daya simpan, deteriorasi, devigorasi, penyimpanan benih, viabilitas
Pengaruh Bahan Organik Nabati dan Hewani terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Yustia Yulianti; Syarifah Iis Aisyah; Dewi Sukma
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.656 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.176-186

Abstract

ABSTRACTPhalaenopsis orchid is among the popular ornamental plants in Orchidaceae family. Clonal propagation of this orchid is usually performed through protocorm like bodies (plbs) multiplication in tissue culture medium. The objective of this experiment was to determine the effect of the combination of phyto-organic substances (bananas, potatoes, sweet potatoes extract) and fish emulsion on in vitro growth, multiplication of plbs and plantlet regeneration of Phalaenopsis amabilis. This experiment was arranged in completely randomized design with two factors. The first factor was phyto-organic substances which consisted of bananas, potatoes, and sweet potatoes extract (50 g L-1) and the second one was fish emulsion with four concentration levels (0 ml L-1, 2 ml L-1, 4 ml L-1, and 6 ml L-1). Basic (control) medium used NPK fertilizer (2 g L-1) with addition of MS vitamins, myo-inositol, 1.5% of coconut water, and 2 g L-1 of active charcoal. The results showed that the highest survival rate (>90%) and multiplication (>70%) of plbs was found on control medium with addition of 2 ml L-1 of fish emulsion or banana or potato extract without fish emulsion. The best plantlet morphogenesis as indicated by leaf and root number, was resulted on medium with addition of potato extract without fish emulsion which produced 3.2 leaves and 2.2 roots per plantlets. The best plantlet morphogenesis as indicated by leaf and root number, was resulted on medium with addition of potato extract without fish emulsion which produced 3.2 leaves and 2.2 roots per plantlets. The result of this experiment suggested that basic medium with addition of 2 ml L-1 of fish emulsion, banana or potato extract was appropriate for plbs growth and multiplication while basic medium with addition of potato extract without fish emulsion for plantlet regeneration.Keywords: bananas, fish emulsion, potatos, protocorm like bodies (plbs), sweet potatoesABSTRAKAnggrek Phalaenopsis merupakan salah satu tanaman hias paling populer dalam famili Orchidaceae. Perbanyak klonal anggrek ini biasanya dilakukan melalui multiplikasi protocorm like bodies (plbs) dalam kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan organik nabati (ekstrak pisang, kentang, ubi jalar) dan emulsi ikan terhadap pertumbuhan, multiplikasi plbs dan regenerasi planlet Phalaenopsis amabilis. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah bahan organik nabati terdiri atas ekstrak pisang, kentang, dan ubi jalar sebanyak 50 g L-1 dan faktor kedua adalah emulsi ikan dengan empat konsentrasi yaitu 0, 2, 4 atau 6 ml L-1. Media dasar (kontrol) menggunakan pupuk NPK (2 g L-1) ditambah dengan vitamin dan myoinositol dari media Murashige dan Skoog (MS), 15% air kelapa dan 2 g L-1 arang aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan hidup tertinggi (>90%) dan multiplikasi plbs tertinggi (sekitar 70%) ditemukan pada media kontrol yang ditambahkan emulsi ikan 2 ml L-1 atau ditambahkan ekstrak pisang atau kentang tanpa penambahan emulsi ikan. Morfogenesis plbs menjadi planlet yang terbaik sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah daun dan akar terbanyak dihasilkan pada perlakuan ekstrak kentang tanpa emulsi ikan dengan jumlah daun dan akar yang dihasilkan adalah sebanyak 3.2 helai daun dan 2.2 akar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media dasar yang ditambah dengan 2 ml L-1 emulsi ikan, ekstrak pisang atau kentang adalah sangat sesuai untuk pertumbuhan dan multiplikasi plbs sementara media dasar yang ditambah ekstrak kentang tanpa emulsi ikan terbaik untuk regenerasi planlet.Kata kunci: emulsi ikan, kentang, pisang, protocorm like bodies (plbs), ubi jalar
Pengaruh Mutasi Fisik Iradiasi Sinar Gamma terhadap Keragaman Genetik dan Penampilan Coleus blumei Eny Rolenti Togatorop; Syarifah Iis Aisyah; M. Rizal M. Damanik
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.593 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.187-194

Abstract

ABSTRACTMutation breeding such as gamma ray irradiation is one of strategy to increase genetic variability. The aim of this research was to indentify genetic variability, performance changes and to obtain putative mutant of Coleus blumei purple/green through gamma ray irradiation. The experiment design used was Randomized Complete Block with single factor and three replications. The gamma ray irradiation was given to shoot cuttings of C. blumei by fractionated irradiation dose: 0 Gy (control), 20+20 Gy, 22.5+22.5 Gy, 25+25 Gy and 27.5+27.5 Gy. The irradiated shoot cuttings were planted in field until MV3 generation. The result of this research showed that gamma ray irradiation on C.blumei purple/green produced the high genetic variability on number of leaves and number of branches i.e. 58.48% and 74.02% by 25+25 Gy dose and number of branches by 20+20 Gy and 22.5+22.5 Gy dose i.e. 53.47% and 68.97% respectively. Physically induced mutation by gamma ray irradiation produced 5 putative mutants respectively on colour and pattern of leaf changes in the following plants: 20+20.5, 20+20.7, 22.5+22.5.8, 25+25.5 and 25+25.8.Keywords: fractionated irradiation, mutagen, ornamental plant, putative mutan, shoot cuttingABSTRAKPemuliaan mutasi dengan iradiasi sinar gamma merupakan salah satu cara dalam meningkatkan keragaman genetik tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi keragaman genetik, perubahan penampilan dan mendapatkan mutan putatif pada tanaman Coleus blumei ungu/hijau melalui iradiasi sinar gamma. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan 3 ulangan. Iradiasi sinar gamma diberikan terhadap stek pucuk C. blumei ungu/hijau dengan dosis terbagi yaitu: 0 Gy (kontrol), 20+20 Gy, 22.5+22.5 Gy, 25+25 Gy dan 27.5+27.5 Gy. Semua tanaman hasil iradiasi ditanam di lapangan sampai generasi MV3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian iradiasi sinar gamma pada C. blumei ungu/hijau menghasilkan keragaman genetik yang cukup tinggi pada karakter jumlah daun dan jumlah cabang dengan nilai KKG masing-masing 58.48% dan 74.02% pada dosis 25+25 Gy serta karakter jumlah cabang dengan nilai KKG 53.47% dan 68.97% masing-masing pada dosis 20+20 gy dan 22.5+22.5 Gy. Mutasi induksi fisik dengan iradiasi sinar gamma pada C. blumei ungu/hijaumenghasilkan 5 mutan putatif berdasarkan perubahan warna dan corak daun yaitu pada tanaman: 20+20.5, 20+20.7, 22.5+22.5.8, 25+25.5 dan 25+25.8.Kata kunci: iradiasi terbagi, mutagen, mutan putatif, stek pucuk, tanaman hias
Produksi Bibit Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Komposisi dan Volume Media Tumbuh yang Berbeda Ahmad Nur Hidayat Gena Ari; Maya Melati; Sandra A. Aziz
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.46 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.195-203

Abstract

ABSTRACTPerennial sow thistle (Sonchus arvensis L.) is one of medicinal plants which has potential in healing kidney disease. However, quality and sufficient supply of perennial sow thistle seedling with good quality is inadequate. This research was aimed at producing perennial sow thistle seedling generatively and to determine the suitable type of growth media and media volume for its production. The experiment was conducted in experimental field at Cikarawang, IPB from October 2015 to January 2016. The experiment was laid out in completely factorial randomized design (3x3) with three replications. The two of treatment factors were volume of growth media (9, 12, and 29 mL) and composition of growth media (100% goat manure, 50% goat manure + 50% rice hull charcoal, and 33% goat manure + 33% rice hull charcoal + 33% coco peat) (v:v). The results showed that larger media volume produced better perennial sow thistle seedling. There was significant effect of interaction between media volume and composition of growth media to some variables: leaf number, leaf length, leaf width, plant weight, shoot weight, root length, and total flavonoid concentration. The result showed that 50% goat manure + 50% rice hull charcoal and combination of media volume 12 mL was strongly recommended for production of perennial sow thistle seedling.Keywords: coco peat, flavanoid, manure, rice hull, seedlingABSTRAKTempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk mengatasi masalah penyakit batu ginjal. Besarnya potensi yang dimiliki oleh tempuyung belum diimbangi dengan penyediaan bibit yang baik dan jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi bibit tempuyung melalui pembibitan secara generatif, serta menentukan jenis media tanam dan volume media yang tepat. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Cikarawang IPB, pada bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama adalah jenis komposisi media tanam yaitu menggunakan 100% pupuk kandang kambing, 50% pupuk kandang kambing+ 50% arang sekam, dan 33% pupuk kandang kambing + 33% arang sekam + 33% cocopeat (v:v), faktor ke dua adalah volume media dengan ukuran 7.9, 12, dan 29 mL tiap lubang pada tray, setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan volume media yang lebih besar (29 mL) menghasilkan pertumbuhan dan hasil bibit tempuyung yang lebih baik. Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jenis komposisi media dan volume media terhadap peubah jumlah daun, panjang daun, lebar daun, bobot total dan bobot tajuk tanaman, panjang akar serta kadar total flavonoid. Perlakuan media terbaik untuk produksi bibit tempuyung komposisi media 50% pupuk kandang kambing + 50% arang sekam (v:v) dengan volume media 12 mL.Kata kunci : arang sekam, cocopeat, flavonoid, pembibitan, pupuk kandang kambing
Pertumbuhan Ludwigia octovalvis (Jacq) Revans pada Berbagai Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Alelokimia Kulit Buah Jengkol Uswatun Nurjannah; Edhi Turmudi; Helfi Eka Saputra
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.058 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.3.204-210

Abstract

ABSTRACTSynthetic herbicides is the most profitable option for farmers in weed control however it has detrimental effect to the environment. Using allelochemical compound as bioherbicide is one of the new options for sustainable weed management. Research was conducted to evaluate the potential of the water extract of jengkol fresh fruit pod as bioherbicide on Mexican primrose-willow (Ludwigia octovalvis) growth. The objective of the study was to determine the concentration and time of applications that effectively inhibit of the growth of Mexican primrose-willow. The study was conducted from July to September 2015 in the Greenhouse of University of Bengkulu Agronomy Laboratory with a completely randomized design, three replications and a control for comparison. The treatments tested consisted of four levels: 125 g L-1, 250 g L-1, 375 g L-1 and 500 g L-1. The results showed that at a concentration of 500 g L-1 jengkol fresh fruit pod extract applied at planting time killed Mexican primrose-willow in the first week after treatment. Inhibition of root growth was greater than that of the shoot. The mean reduction in root dry weight, shoot dry weight, root volume, and leaf area were 88.79%, 63.25%, 84.4%, and 85.75%, respectively when compared to control.Keywords: bioherbicide, concentration, growth of Mexican primrose-willow, jengkol fresh fruit pod, time applicationsABSTRAKHerbisida sintetis menjadi pilihan utama bagi petani dalam mengendalikan gulma karena sangat menguntungkan, namun merusak lingkungan. Penggunaan alelokimia sebagai bioherbisida merupakan cara baru dalam pengendalian gulma dan aman bagi lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi ekstrak air kulit buah jengkol segar sebagai bioherbisida pada pertumbuhan lakum air (Ludwigia octovalvis). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi dan waktu aplikasi yang efektif menghambat pertumbuhan lakum air. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Rumah Kaca Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu dengan rancangan acak lengkap, 3 ulangan dan satu kontrol sebagai pembanding. Perlakuan yang diujikan terdiri dari empat aras yaitu 125 g L-1, 250 g L-1, 375 g L-1, dan 500 g L-1. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit buah jengkol segar pada konsentrasi 500 g L-1 yang diaplikasikan pada saat tanam dapat mematikan lakum air pada minggu pertama setelah perlakuan. Hambatan pertumbuhan akar lebih besar bila dibandingkan dengan tajuk. Rerata penurunan bobot kering akar, bobot kering tajuk, volume akar, dan luas daun berturut-turut 88.79%, 63.25%, 84.4%, dan 85.75% bila dibandingkan dengan kontrol.Kata kunci: bioherbisida, konsentrasi, kulit buah jengkol segar, pertumbuhan lakum air, waktu aplikasi.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 16 No. 1 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 2 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 1 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 14 No. 3 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 2 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 3 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 2 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 1 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 3 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 2 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 1 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 3 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 2 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 1 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 3 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 1 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 2 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 3 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 2 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 2 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia More Issue