cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
ISSN : 20874855     EISSN : 26142872     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) merupakan media untuk publikasi tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang hortikultura. Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) terbit tiga kali setahun (April, Agustus, dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia" : 8 Documents clear
Embriogenesis dan Desikasi Embrio Somatik Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulata Blanco.) untuk Meningkatkan Frekuensi Perkecambahan Fathur Rahmi, Atika; Purwito, Agus; Husni, Ali; Dinarti, Diny
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.578 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.79-87

Abstract

ABSTRACTIn vitro breeding technique of citrus is effective when optimum explant regeneration method is obtained. Low germination frequency and high abnormality were barrier in citrus somatic embryogenesis. This research aimed at optimizing somatic embryogenesis in Tangerine var. Batu 55. This research consisted of 3 experiments. First experiment was maturation of embryogenesis, using Completely Randomized Design (CRD) method. Modified MS+MW was used as basic media added with 500 mg L-1 malt extract (control) and addition of 3 mg L-1 BAP, and 2.5 mg L-1 ABA as treatments. Second experiment was SE (cotyledonary phage) desiccation. Factorial CRD used in two factors. First factor was poly-ethylene-glicol/PEG 8000 (0, 2.5, 5, 7.5 and 10%), while second factor was immersed periods (control, 3, 6, and 9 hours), in desiccant solution (base medium + PEG). Third experiment was studied of plantlet growth and development planlets. Based on CRD 2 factor method, the first factor was PEG concentrations from the second experiment. Second factor were active charcoal treatments (with or without), in basic media. The result showed that 2.5 mg L-1 ABA produced has highest mature somatic embryo (SE). Desiccation for 9 hours, induced the highestt germination frequencies (90.29%). The best growth of plantlets shown in previous experiments immersed desiccant PEG 2.5% for 9 hours, and cultured in basic media with 2 g L-1 of activated charcoal.Keywords: desiccant, embryogenic callus, maturation, PEG 8000, somatic embryo ABSTRAK Pemuliaan tanaman melalui teknik in vitro efektif bila metode regenerasi eksplan optimum telah diperoleh. Rendahnya frekuensi perkecambahan dan tingginya abnormalitas, menjadi kendala pada embriogenesis somatik jeruk. Penelitian terdiri atas 3 percobaan paralel, bertujuan mengoptimalkan metode embriogenesis somatik jeruk, khususnya Keprok Batu 55. Percobaan pertama pematangan kalus embriogenik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, dengan perlakuan penambahan ZPT (kontrol, 3 mg L-1 BAP, dan 2.5 mg L-1 ABA) pada media dasar (MS modifikasi vitamin MW) diperkaya 500 mg L-1 ekstrak malt. Percobaan kedua desikasi embrio somatik (fase kotiledon) menggunakan RAL dua faktor. Faktor pertama konsentrasi poly-ethylene-glicol/PEG 8000 (0, 2.5, 5, 7.5 dan 10%), dan faktor kedua waktu perendaman (kontrol, 3, 6, dan 9 jam) pada larutan desikan (media dasar + PEG). Percobaan ketiga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan planlet, menggunakan RAL dua faktor. Faktor pertama konsentrasi PEG planlet pada percobaan kedua, dan faktor kedua perbedaan media dasar (tanpa dan dengan arang aktif). Hasil percobaan menunjukkan penambahan 2.5 mg L-1 ABA menghasilkan maturasi embrio somatik terbaik. Desikasi 9 jam menghasilkan frekuensi perkecambahan 90.29%. Pertumbuhan terbaik ditunjukkan planlet yang pada percobaan sebelumnya direndam 9 jam desikan PEG 2.5%, dan dibesarkan pada media dasar dengan 2 g L-1 arang aktif.Kata kunci : desikan, embrio somatik, kalus embriogenik, PEG 8000, pematangan
Deteksi Awal Ketahanan Beberapa Aksesi Pisang Lokal dan Hasil Persilangan terhadap Penyakit Layu Fusarium (Foc VCG 01213/16 TR4) Handayani, Tri; Martanti, Diyah; S. Poerba, Yuyu; ,, Witjaksono
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.533 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.88-96

Abstract

ABSTRACTEarly detection for Fusarium wilt resistant of banana plants can be done at seedling phase under greenhouse condition. The purpose of early detection was to screen and evaluate some number of local and hybrid accession of banana plants for resistance to Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc VCG 01213/16 TR4 or Foc TR4). The treatments were done by immersing the root seedling in Fusarium inoculant at concentration of 106 conidia mL-1, for 2 hours, then planted in sterile sand media and placed in container with "double tray system". Experiments were performed using 15 accessions of banana i.e. 1 accession of wild musa (Musa acuminata var. malaccesis), 7 local accessions and 7 hybrid bananas. Based on greenhouse bioassay, banana Rejang#2 (AA) showed resistance to Foc TR4. The results were consistent in the field condition. Tetraploid plants for pisang Rejang#2 (AAAA) also showed resistant to Foc TR4. Cultivar Cavendish (AAA) and Madu (AA) showed highly susceptible; Ustrali (AAAB) and Goroho (AAA) showed susceptible to Foc TR4. Wild banana (Musa acuminata var. malaccensis) and Mas Jambe 4x (AAAA) showed moderate susceptible. Of the total 7 hybrids accession; 3 hybrids showed moderate susceptible, and 4 other hybrids showed susceptible to Foc TR4.Keywords: banana plants, early detection, Foc TR4, hybrid, local ABSTRAK Deteksi awal tingkat ketahananan tanaman pisang terhadap penyakit layu Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) dapat dilakukan pada masa pembibitan di rumah kaca. Penelitian bertujuan untuk evaluasi awal tingkat ketahanan beberapa aksesi pisang liar, pisang lokal dan pisang hasil persilangan terhadap penyakit layu Fusarium. Akar bibit pisang pada air yang berisi inokulan Fusarium (Foc VCG 01213/16 atau Foc TR4) pada konsentrasi 106 konidia mL-1, selama 2 jam yang selanjutnya ditanam pada media pasir steril dan diletakkan pada kontainer dengan pengaturan “double tray system”. Lima belas aksesi pisang yang terdiri atas 1 aksesi pisang liar (Musa acuminata var. malaccensis), 7 aksesi pisang budidaya dan 7 nomor pisang hasil persilangan dievaluasi tingkat ketahanan terhadap Foc TR4. Dari hasil pengujian di rumah kaca, pisang Rejang#2 (AA) menunjukkan status tahan terhadap penyakit layu Fusarium Foc VCG 01213/16 TR4 yang hasilnya sesuai dan stabil dengan tingkat ketahanannya di lapangan. Pisang Rejang#2 tetraploid (AAAA) juga menunjukkan status tahan terhadap Foc TR4. Pisang Madu (AA) dan Cavendish (AAA) menunjukkan hasil sangat rentan, sedangkan pisang Goroho (AAA) dan pisang Ustrali (AAAB) menunjukkan status rentan. Pisang liar Musa acuminata var. malaccensis (AA) dan pisang Mas Jambe 4x (AAAA) menunjukkan status agak rentan. Pada seleksi pisang hasil persilangan, didapatkan 3 nomor pisang hibrid dengan status agak rentan yakni 816 MDRK, 1060 MDRK, 2284 MMRK, sedangkan 4 nomor hibrid lainnya menunjukkan status rentan.Kata kunci: deteksi dini, Foc TR4, hibrid, lokal, pisang
Efektivitas Pemberian IAA, IBA, NAA, dan Root-up pada Pembibitan Kesemek Setiawan, Eko
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.843 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.97-103

Abstract

ABSTRACTOriental persimmon (Diospyros kaki L.) originated from and has mainly been cultivated in China, Korea, and Japan, and currently it is cultivated in Batu, Kuningan, and Brastagi regions, Indonesia. Success in propagating persimmon in Indonesia has been limited. The objective of the study was to determine propagation techniques through root cutting supplemented with auxin treatment. All seedlings from root stock cutting supplemented with 100 ppm of either indoleacetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA), α-napthaleneacetic acid (NAA), or Root-up, and control. The results showed bud form stem or root cuttings treated with IAA, NAA and Root-up 100 ppm emerged earlier than IBA 100 ppm and control. The percentage of mortality of Root-up 100 ppm treatment and control cuttings was the highest (50%) than the others treatments. IAA and IBA treatments stimulated larger number of shoot, 16.5 and 17.0 shoots, respectively. The number of leaves was higher in plant treated with IAA 100 ppm (20.8 leaves). Keywords: auxin, Diospyros kaki L., germination, leaf number, root stock  ABSTRAK Tanaman kesemek atau oriental persimmon (Diospyros kaki L.) banyak dibudidayakan di China, Korea, serta Jepang, dan saat ini banyak ditanam di Indonesia seperti di daerah Batu, Kuningan, dan Brastagi. Keberhasilan pembibitan kesemek di Indonesia masih rendah. Penelitian bertujuan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif dari pemisahan tunas akar dengan perlakuan auksin guna mendukung pengembangan pembibitan tanaman kesemek. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan tunas akar yang direndam dengan auksin (IAA, IBA, NAA, dan Root-up; masing-masing 100 ppm), serta perlakuan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan IAA, NAA dan Root-up 100 ppm menghasilkan tunas lebih awal dibandingkan dengan kontrol dan IBA 100 ppm. Tingkat kematian bibit tertinggi mencapai 50% terjadi pada perlakuan Root-up 100 ppm dan kontrol. Jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh perlakuan IAA dan IBA sebanyak 16.5 dan 17.0 tunas. Jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh perlakuan IAA 100 ppm (20.8 helai).Kata kunci: auksin, Diospyros kaki L., jumlah daun, muncul tunas, tunas akar
Deteksi Squash mosaic virus pada Lima Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) Rosminim Purba, Erika; Mugi Lestari, Susanti; Nurhaelena, Yudia; Hendrastuti Hidayat, Sri
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.575 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.104-110

Abstract

ABSTRACTSquash mosaic virus (SqMV) is a seed-borne pathogen which infect many Cucurbitaceae crops.  Infection of SqMV has been reported from several vegetable growing areas in Indonesia. The objective of this research was to determine the percentage of seed-borne SqMV on five cucumber varieties i.e. ‘Jupiter’, ‘Venus’, ‘Japan File’, ‘Vario’, and ‘Calista’ and the effect of SqMV infection on mosaic disease development. Five cucumber varieties were mechanically inoculated with SqMV, followed by observation on symptom development, incubation period, and disease incidence. Seed-borne virus was detected by Dot Immunobinding Assay (DIBA) and indirect Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) methods following growing-on test. The plants showed varied symptoms including green mosaic, green-yellow mosaic, vein clearing, and fruit malformation. Disease severity and virus titer showed general trend, i.e. low during inflorescence period and increasing on fruiting period; with the exception on ‘Japan File’ which showed decreasing of disease severity since generative phase. All commercial seeds (F1) tested evidently infected by SqMV with high incidence (100%), whereas infection of SqMV on F2 seeds of ‘Venus’ reached 60.87%.Keywords: DIBA, disease incidence, ELISA, seed transmission, virus titer  ABSTRAK Squash mosaic virus (SqMV) adalah patogen terbawa benih yang banyak menginfeksi tanaman Cucurbitaceae, dan keberadaannya di Indonesia sudah meluas. Tujuan penelitian ialah mengetahui persentase SqMV terbawa benih pada lima varietas mentimun yaitu ‘Yupiter’, ‘Venus’, ‘Japan File’, ‘Vario’, dan ‘Calista’ dan mengetahui pengaruh infeksi SqMV terhadap perkembangan penyakit mosaik. Lima varietas mentimun diinokulasi dengan SqMV secara mekanis kemudian diamati gejala yang muncul, periode inkubasi, dan insidensi penyakit. Pengujian virus terbawa benih dilakukan dengan menumbuhkan benih, selanjutnya deteksi virus dilakukan menggunakan metode Dot Immunobinding Assay (DIBA) dan indirect Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tanaman mentimun menunjukkan gejala infeksi SqMV yang bervariasi yaitu mosaik hijau, mosaik kuning hijau, pemucatan tulang daun, dan malformasi pada buah. Pengamatan keparahan penyakit dan titer virus menunjukkan pola perkembangan penyakit mosaik yaitu menurun pada fase berbunga dan meningkat lagi pada fase berbuah, kecuali varietas Japan File memberikan respons yang berbeda karena penurunan keparahan penyakit berlanjut sejak fase generatif. Benih komersial (F1) yang banyak digunakan petani terbukti membawa SqMV dengan infeksi mencapai 100% dan tanaman varietas ‘Venus’ yang terinfeksi SqMV menghasilkan benih keturunan (F2) yang membawa SqMV dengan efisiensi mencapai 60.87%.Kata kunci: DIBA, ELISA, insidensi penyakit, titer virus, tular benih
Pengaruh Waktu Tanam Kubis (Brasssica oleraceae L. var capitata) dan Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Efisiensi Penggunaan Lahan Pada Sistem Tumpangsari Herlina, Ninuk; Hariyono, Didik; Tri Margawati, Dayu
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.625 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.111-119

Abstract

ABSTRACT The aim of this research was to determine the effects of planting time of cabbage on the growth and yield of cabbage and chilli and to determine the value of Land Equivalent Ratio (LER) in intercropping. The research was carried out in Juni to November 2015 at the Ngoran village, Nglegok district, Blitar. The methods used a Randomized Block Design, with 7 levels of  planting time of cabbage, that is : P1 = Intercropping, cabbage planted 28 days before the chilli. P2 = Intercropping, cabbage planted 14 days before the chilli. P3 = Intercropping, cabbage and chilli are planted in the same time. P4 = Intercropping, cabbage planted 14 days after the chilli. P5 = Intercropping, cabbage planted 28 days after the chilli. P6 = cabbage monoculture and P7 = chilli monoculture.  The results showed the time of planting cabbage did not significantly affect to growth and yield of chilli. Intercropping with cabbage planted 14-28 days before and after the chilli and cabbage plants are grown alongside chilli were able to increase the productivity of land. The highest LER in the treatment cabbage planted 28 days before the chilli (1.91).Keywords : intercropping cabbage and chilli, land equivalent ratio and planting time ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mendapatkan waktu tanam kubis dan cabai yang tepat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis dan cabai dalam sistem tumpangsari serta menentukan nilai NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2015 di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan waktu tanam kubis, yaitu: P1 = Tumpangsari, kubis ditanam 28 hari sebelum cabai, P2 = Tumpangsari, kubis ditanam 14 hari sebelum cabai, P3 = Tumpangsari, kubis ditanam bersamaan dengan cabai, P4 = Tumpangsari, kubis ditanam 14 hari setelah cabai, P5 = Tumpangsari, kubis ditanam 28 hari setelah cabai, P6 = Penanaman kubis monokultur dan P7 = Penanaman cabai monokultur. Hasil penelitian menunjukkan waktu tanam kubis tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Tumpangsari cabai dengan kubis yang ditanam 14-28 hari sebelum dan sesudah cabai serta kubis yang ditanam bersamaan dengan cabai mampu meningkatkan produktivitas lahan. NKL tertinggi terdapat pada perlakuan waktu tanam kubis 28 hari sebelum cabai, yaitu sebesar 1.91. Kata kunci: nisbah kesetaraan lahan (NKL), tumpangsari cabai dan kubis dan waktu tanam
Perbedaan Waktu Panen Daun terhadap Produksi dan Kadar Flavonoid Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Hasan, Fardyansjah; A. Aziz, Sandra; Melati, Maya
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.725 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.136-145

Abstract

ABSTRACT Perennial sow-thistle (Sonchus arvensis L.) has been traditionally used as a medicinal plant. It contains secondary metabolites with several functions mainly as antioxidant, and its ability to dissolve kidney stones. It is expected that proper harvest time could increase leaf production and secondary metabolites, especially flavonoids. This study aimed at determining harvest time and flavonoid production of Perennial Sow-thistle. The research was conducted in July 2015 to December 2015 at IPB Organic Farm Cikarawang, Dramaga, Bogor. This study used randomized block design with single factor namely harvest time and 3 replications. There were 4 harvest time treatments i.e. (1) leaves harvested gradually i.e. basal leaves at vegetative then upper leaves harvested at early generative stage, (2) leaves harvested gradually i.e. basal leaves at vegetative then upper leaves harvested at maximum generative stage, (3) basal leaves harvested together with upper leaves at early generative stage, and (4) basal leaves harvested together with upper leaves at maximum generative stage. The result showed that basal leaves were harvested at  vegetative stage then stem leaves harvested at maximum generative stage produced the highest fresh weight of upper leaves. Total flavonoids content were found the highest in upper leaf when basal leaves harvested together with the upper leaves at budding and flowering. Keywords: leaf area, luteolin, nutrient content, organic ABSTRAKTempuyung (Sonchus arvensis L.) secara tradisional telah digunakan sebagai tumbuhan obat. Tempuyung mengandung metabolit sekunder dengan beberapa fungsi utama yaitu sebagai antioksidan dan peluruh batu ginjal. Diharapkan pengaruh waktu panen dapat meningkatkan produksi daun dan kandungan metabolit sekunder terutama flavonoid. Tujuan penelitian ini untuk menentukan waktu panen dan produksi flavonoid tempuyung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2015 di kebun percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktor tunggal yaitu waktu panen. Terdapat 4 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali yaitu: (1) panen daun secara bertahap (daun bawah saat vegetatif) dan kemudian daun atas dipanen saat terbentuk kuncup bunga, (2) panen daun secara bertahap (daun bawah saat vegetatif) dan kemudian daun atas dipanen setelah bunga mekar, (3) panen daun bawah bersamaan dengan daun atas saat terbentuk kuncup bunga, dan (4) panen daun bawah bersamaan dengan daun atas setelah bunga mekar. Hasil penelitian menunjukkan panen daun bawah secara bertahap dan kemudian panen daun atas setelah bunga mekar menghasilkan bobot basah daun atas tertinggi. Panen daun secara bersamaan menghasilkan kadar flavonoid total daun atas tertinggi.Kata kunci: kadar hara, luas daun, luteolin, organik
Efektivitas Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap Produksi Bawang Merah dengan Teknik Pengairan Berbeda Saleh, Ismail; Setya Wahyu Atmaja, Ida
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.582 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.120-127

Abstract

ABSTRACT The purpose of this research was to investigate the effectivity of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) inoculation on shallot yield with three techniques of irrigation. This research was conducted at Gagasari Village, Cirebon from May to August 2016. This research was arranged in split plot design with two factors. Irrigation technique as main plot consisted of three levels i.e. without water logging, intermittent, and using water logging. Rates of AMF as sub plot consisted of three levels i.e., 0, 10, and 15 g per plant. The result showed that rates of AMF affected water content of plant. The rates 15 g per plant of AMF gave the highest of water content of plant (65%). Furthermore, the highest of biomass was resulted by water logging treatment. Phosphorus content of plant was not affected by AMF inoculation.  Inoculation of AMF increased shallot bulb weight per plant when it was combined to intermittent and water logging treatment. Based on regression test to AMF rates at water logging treatment, the optimum rates to increase weight of shallot bulb was 6.71 g AMF per plant. That rates potentially gave 23.53 g per plant of shallot bulb.Keywords: intermittent, phosphorus content, water content, water logging   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap produksi bawang merah dengan tiga teknik pengairan yang berbeda. Hifa CMA dapat membantu proses penyerapan air dan unsur hara pada tanaman terutama fosfor (P). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gagasari, Kabupaten Cirebon dari bulan Mei sampai Agustus 2016. Terdapat dua faktor perlakuan yang disusun dengan rancangan split plot. Petak utama adalah teknik pengairan yang terdiri atas tiga taraf yaitu selalu tergenang, intermittent, dan tidak tergenang. Anak petak adalah dosis CMA yang terdiri atas tiga taraf yaitu tanpa CMA, 10 g per tanaman, dan 15 g per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dosis CMA terhadap kadar air tanaman. Kadar air tanaman tertinggi (65%) diperoleh dari pemberian dosis 15 g per tanaman. Serapan P tanaman tidak dipengaruhi oleh penambahan CMA. Bobot kering tanaman tertinggi (20.23 g per tanaman) diperoleh dari perlakuan teknik pengairan dengan penggenangan. Inokulasi CMA efektif meningkatkan bobot umbi per tanaman pada teknik pengairan intermittent dan selalu tergenang. Berdasarkan hasil uji regresi terhadap dosis CMA pada kondisi selalu tergenang, dosis optimum untuk meningkatkan bobot umbi per tanaman yaitu 6.71 g CMA per tanaman. Dari dosis tersebut diperoleh potensi bobot umbi per tanaman 23.53 g per tanaman.Kata kunci: intermittent, kadar air, penggenangan, serapan P
Dayasaing Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Rahmadona, Lola; Fariyanti, Anna; ,, Burhanuddin
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.06 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.128-135

Abstract

ABSTRACTShallot is included in the category of high value commodities, so that many farmers cultivate it. Indonesia still remains as net importer of shallot. The objectives of this study were to analyze the competitiveness of shallot farming in the district of Majalengka. Respondents were 37 farmers selected by using purposive sampling technique. The data were analyzed by the method of the Policy Analysis Matrix (PAM) to determine the level of profit and competitiveness. The result showed that shallot farming in the district of Majalengka was financially profitable, but economically unprofitable. The analysis of the competitiveness in the district of Majalengka showed the shallot farming have no competitiveness.Keywords: competitiveness, Policy Analysis Matrix, shallot farming ABSTRAKBawang merah termasuk dalam kategori komoditas bernilai tinggi, sehingga banyak petani yang mengusahakannya. Namun demikian Indonesia masih tetap sebagai net importir bawang merah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis dayasaing komoditas bawang merah di Kabupaten Majalengka. Responden 37 petani yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas bawang merah di Kabupaten Majalengka menguntungkan secara finansial tetapi secara ekonomi tidak menguntungkan. Analisis dayasaing di Kabupaten Majalengka menunjukkan komoditas bawang merah tidak memiliki dayasaing.Kata kunci: dayasaing, Policy Analysis Matrix, usahatani bawang merah

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 16 No. 1 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 2 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 1 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 14 No. 3 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 2 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 14 No. 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 3 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 2 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 13 No. 1 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 3 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 2 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 1 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 3 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 2 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 10 No. 1 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 3 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 1 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 2 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 3 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 2 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 2 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia More Issue