cover
Contact Name
HENDRIK LEGI
Contact Email
hendriklegi83@gmail.com
Phone
+62811484408
Journal Mail Official
jurnal.stakdw@gmail.com
Editorial Address
Jalan Patimura Kel. Wamena Kota Kec. Wamena Papua 99511
Location
Kab. jayawijaya,
P a p u a
INDONESIA
Jurnal DIDASKO
ISSN : 27765407     EISSN : 27765415     DOI : 10.52879/didasko
DIDASKO merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora, Wamena - Papua dan institusi lain yang memiliki kajian ilmiah sebidang. Fokus dan Scope pada jurnal Didasko adalah: Pendidikan Agama Kristen Teologi Biblika Teologi Sistematika Teologi Praktis
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)" : 6 Documents clear
Analisis Pengaruh Doa Pribadi terhadap Kesungguhan Ibadah Anggota Jemaat Gereja Masihi Advent Hari Ketujuh Tembagapura Sitanggang, Yan Adecco Michael; Hutagalung, Stimson
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.114

Abstract

This research examines the influence of personal prayer on the earnestness of collective worship among members of the Seventh-Day Adventist Church of Tembagapura congregation. It delves into the critical role of personal prayer as a form of personal devotion in fostering a deeper, more genuine engagement in communal worship activities. Through quantitative research employing a descriptive framework, the investigation surveys 58 congregational members, incorporating demographic analysis and exploring their perceptions of personal prayer and its impact on worship earnestness. Findings reveal a significant correlation between consistent personal prayer practices and enhanced fervor in collective worship, underscoring the importance of individual spiritual disciplines in enriching communal worship experiences. This research provides practical insights for enhancing worship engagement through focused personal prayer, contributing to a more profound and integrated collective worship experience.AbstrakPenelitian ini mengeksplorasi pengaruh doa pribadi terhadap kesungguhan ibadah bersama di kalangan anggota jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Tembagapura. Kajian ini menggali peranan penting doa pribadi sebagai bentuk ibadah personal dalam memperdalam keterlibatan yang lebih tulus dalam aktivitas ibadah komunal. Melalui penelitian kuantitatif dengan kerangka deskriptif, penelitian ini menyurvei 58 anggota jemaat, meliputi analisis demografis dan mengeksplorasi persepsi mereka mengenai doa pribadi dan dampaknya terhadap kesungguhan ibadah. Temuan menunjukkan adanya  keterkaitan antara praktik doa pribadi yang konsisten dan peningkatan semangat dalam ibadah bersama, menekankan pentingnya disiplin spiritual individu dalam memperkaya pengalaman ibadah bersama. Penelitian ini memberikan wawasan praktis untuk meningkatkan keterlibatan ibadah melalui doa pribadi yang fokus, berkontribusi pada pengalaman ibadah kolektif yang lebih dalam dan terpadu.
Studi Analisis Makna "Merdeka" Menurut Surat Galatia Dan Implementasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini Baskoro, Paulus Kunto
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.111

Abstract

Many believers today are still trapped in living with the customs that apply in a culture or human regulations. So even though you believe in Jesus, you are still bound by the old human way of life. Makes the life of every believer not experience true freedom. In fact, Jesus' sacrifice and redemption perfected life as a whole. That is why the Letter of Galatians is an important reference for analyzing the life of a believer who is free in Christ as a whole, so that life does not depend on customs. As Paul stated, a person who obeys the law is like a slave who is enslaved. Therefore, freedom becomes one of the central teachings of Galatians. This research uses descriptive qualitative methods. The purpose of this writing is, first, to explain the biblical principle of independence. Second, emphasizing the concept of independence in the implementation of the lives of believers today, so that believers' lives are not bound by human customs.AbstrakBanyak orang percaya masa kini masih terjebak dengan kehidupan dengan tata adat istiadat yang berlaku dalam sebuah kebudayaan atau peraturan-peraturan manusia. Sehingga meskipun sudah percaya Yesus, namun masih terikat dengan tata cara hidup manusia lama. Membuat kehidupan setiap orang percaya tidak mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya. Padahal pengorbanan dan penebusan Yesus menyempurnakan kehidupan secara utuh. Itu sebabnya Surat Galatia menjadi acuan penting untuk menganalisis kehidupan orang percaya yang merdeka dalam Kristus secara utuh, sehingga hidup tidak tergantung kepada adat istiadat. Seperti yang dinyatakan Paulus, orang yang melakukan hukum Taurat ibarat seorang hamba yang diperbudak. Maka dari itu kemerdekaan menjadi salah satu pusat ajaran dari surat Galatia ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskritif. Tujuan dari penulisan ini, Pertama, menjelaskan prinsip merdeka yang biblical. Kedua, menekankan konsep merdeka dalam implementasi kehidupan orang percaya masa kini, sehingga hidup orang percaya tidak terikat dengan adat istiadat manusia.
Tinjauan Kewirausahaan Menurut Kisah Para Rasul 18:3 untuk Menunjang Pelayanan Hamba Tuhan Masa Kini Karamoy, Ilona Olvy; Goni, Moody Daniel; Alexander, Abiyah Elia
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.112

Abstract

Paul's principle of ministry was unique because he was different from the other apostles. One of these differences can be seen when he emphasized that as an evangelist he did not want to burden the churches he served. He was also firm in not accepting any reward for his preaching even though he was entitled to it. The purpose of this study is that the church has an important role in helping to liberate people and bring them to a prosperous life, including in the economic field. Using a descriptive qualitative method, it can be concluded that it is important for the church to understand the biblical principles of entrepreneurship. Acts 18 shows that the apostle Paul is an example of an evangelist and entrepreneur who provides lessons on creativity, innovation, and hard work in overcoming economic challenges. The implication is that the church should provide clear teaching on the principles of economic ethics and business morals and model the application of entrepreneurial principles inspired by Paul.AbstrakPrinsip pelayanan Paulus sangat unik karena ia berbeda dengan rasul-rasul yang lain. Salah satu perbedaan ini bisa dilihat ketika ia menegaskan bahwa sebagai seorang penginjil ia tidak mau membebani jemaat yang dilayani. Ia juga tegas untuk tidak menerima imbalan apapun atas pemberitaan Injil yang dilakukannya meskipun sebenarnya ia berhak untuk itu. Tujuan dari penelitian ini gereja memiliki peran penting dalam membantu membebaskan manusia dan membawa mereka ke kehidupan yang sejahtera, termasuk dalam bidang ekonomi. Mengunakan metode kualitatif deskritif maka dapat disimpulkan bahwa Penting bagi gereja untuk memahami prinsip-prinsip alkitabiah tentang kewirausahaan. Kisah Para Rasul 18 menunjukkan bahwa rasul Paulus adalah contoh penginjil dan wiraswasta yang memberikan pelajaran tentang kreativitas, inovasi, dan kerja keras dalam mengatasi tantangan ekonomi. Implikasinya adalah gereja harus memberikan pengajaran yang jelas mengenai prinsip-prinsip etika ekonomi dan moral bisnis serta memberikan teladan dalam penerapan prinsip-prinsip kewirausahaan yang diilhami oleh Paulus.
Paradigma Biblika, Teologis dan Ontologis Mengenai Perintisan Jemaat Mawikere, Marde Christian Stenly; Hura, Sudiria; Legi, Hendrik
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.105

Abstract

This research explores the fundamental differences between the concept of Church Planting and general approaches in contemporary church growth. The article highlights that church planting is driven by strong theological principles, putting church ontology as the cornerstone. It is presented that hermeneutics must precede methodology, and theology must precede anthropology. Readers are invited to explore the deeper and scholarly dimensions of Church Planting. Church planting involves planting congregations and emphasizing the ontological dimension closely related to evangelism, in accordance with biblical teachings. Qualitative research with a hermeneutic approach and theological studies reveals that the ontology of church planting is derived from the Bible, involving a proper understanding of church doctrine. This article makes an important contribution to the scholarly discourse on church planting, discussing theological, ontological, and finally methodological aspects as implications. This article makes an important contribution to the scholarly discourse on church planting, discussing theological, ontological, and finally methodological aspects as implications. The novelty of this study lies in an approach that emphasizes a deeper understanding of the concept of church planting, distinguishes it from the general approach to church growth, and highlights the urgency of church ontology as the main foundation in church planting, which then has implications in the methodology and practice of church evangelism.AbstrakPenelitian ini mengeksplorasi perbedaan fundamental antara konsep Perintisan Jemaat dan pendekatan umum dalam pertumbuhan gereja kontemporer.. Artikel menyoroti bahwa perintisan jemaat didorong oleh prinsip-prinsip teologi yang kuat, mengedepankan ontologi gereja sebagai landasan utama. Disajikan bahwa hermeneutik harus mendahului metodologi, dan teologi harus mendahului antropologi. Pembaca diundang untuk menjelajahi dimensi lebih mendalam dan ilmiah terkait Perintisan Jemaat. Perintisan jemaat melibatkan upaya menanam jemaat dan menekankan dimensi ontologis terkait erat dengan penginjilan, sesuai dengan ajaran Alkitab. Penelitian kualitatif dengan pendekatan hermeneutik dan kajian teologis mengungkapkan bahwa ontologi perintisan jemaat bersumber dari Alkitab, melibatkan pemahaman doktrin gereja yang tepat. Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam wacana ilmiah mengenai perintisan jemaat, membahas aspek teologis, ontologis, dan terakhir aspek metodologis sebagai implikasinya. Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam wacana ilmiah mengenai perintisan jemaat, membahas aspek teologis, ontologis, dan terakhir aspek metodologis sebagai implikasinya. Kebaharuan dari penelitian ini terletak pada pendekatan yang menekankan pemahaman yang lebih dalam terhadap konsep perintisan jemaat, membedakannya dari pendekatan umum dalam pertumbuhan gereja, serta menyoroti urgensi ontologi gereja sebagai landasan utama dalam perintisan jemaat, yang kemudian membawa implikasi dalam metodologi dan praktik penginjilan gereja.
Tantangan Pastoral dalam Menghadapi Kehidupan Jemaat Era Posttruth: Jawaban Gereja dalam Krisis Kontemporer Arifianto, Yonatan Alex; Tiwa, Jerry Fanny; Kowal, Roike R.
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.110

Abstract

Pastoral ministry dynamics in facing pastoral challenges to the life of God's congregation in the post-truth era is a phenomenon that demands serious attention and readiness of church leadership in educating and leading and serving its people to be able to live in truth. This post-truth era is an era in which objective truth is often questioned or ignored or set aside, giving rise to a number of challenges that affect the dynamics of congregational life. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that in pastoral services pastors need to define the posttruth era and its impact on congregational life, so that they can face various pastoral challenges in facing the dynamics of posttruth. Then to follow up church leaders can play a role in answering contemporary crises so that Christianity can have integrity in upholding the truth in the posttruth era.AbstrakDinamika pelayanan Pastoral dalam menghadapi tantangan pastoral terhadap kehidupan jemaat Tuhan di era post-truth merupakan suatu fenomena yang menuntut perhatian serta kesiapan kepemimpinan gereja secara serius dalam mengedukasi dan memimpin serta melayani umatnya untuk dapat hidup dalam kebenaran. Era post truth ini merupakan era di mana kebenaran objektif seringkali dipertanyakan atau diabaikan maupun dikesampingkan sehingga memunculkan sejumlah tantangan yang memengaruhi dinamika kehidupan jemaat. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa di pelayanan pastoral gembala perlu mendefinisikan era posttruth dan dampaknya terhadap kehidupan jemaat, sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan pastoral dalam menghadapi dinamika posttruth. Maka untuk menindaklanjuti pemimpin gereja dapat berperan   dalam menjawab krisis kontemporer supaya kekristenan dapat integritas dalam menegakkan kebenaran di era posttruth.
Menggali Transformasi Kehidupan Jemaat: Pendekatan Kecerdasan Spiritual dalma Konteks 2 Korintus 5:17 Nugroho, Binuko Edi; Purwonugroho, Daniel Pesah
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.113

Abstract

Change is an inevitable part of human life. Life transformation is necessary for every individual to face changes and not be influenced by their negative impacts. From a Christian perspective, life transformation is essential for Christian congregations. Life transformation from a Christian perspective must have the right trigger. That trigger is spiritual intelligence that is based on the Bible. In the Bible, the life transformation of believers is described in 2 Corinthians 5:17. The application of spiritual intelligence in the lives of Christian congregations aims to make the character of Christ increasingly evident. With the transformation of life that occurs, Christian congregations can be wiser in using the existing technology to glorify God. By using descriptive qualitative methods, it can be concluded that the life transformation of Christian congregations can occur when spiritual intelligence based on 2 Corinthians 5:17 can be applied in the lives of Christian congregations. 2 Corinthians 5:17 explains the meaning of life transformation as a result of the redemption of Jesus Christ. Building spiritual intelligence correctly according to the truth of the Bible in 2 Corinthians 5:17 will bring Christian congregations to experience positive life transformation.AbstrakPerubahan adalah hal yang pasti terjadi di dalam kehidupan manusia. Transformasi kehidupan diperlukan manusia dalam menghadapi perubahan secara positif. Dalam perspektif Kristen, transformasi kehidupan sangatlah penting dan memerlukan pertolongan firman Tuhan sehingga perubahan yang dihasilkan fondasional dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang sesuai dengan ajaran Alkitab. 2 Korintus 5:17 merupakan salah satu konsep transformasi yang mendasar di dalam Alkitab. Paulus mendorong jemaat untuk menginternalisasi penggilan untuk menjadi ciptaan baru dimana integrasi kehidupan dan karakter Kristus merupakan fondasi di dalamnya. Dengan metode kualitatif deskriptif penelitian ini akan mendekati konsep transformasi kehidupan tersebut secara mangkus untuk menolong umat berdialektika secara kontekstual dan kita sebagai para pembaca pada masa kini dapat menarik pelbagai simpul penalaran serta penerapan bagi kehidupan umat pada masa kini.  Makna transformasi di dalam 2 Korintus 5:17 dijelaskan sebagai hasil dari penebusan Yesus Kristus. Pembangunan kecerdasan spiritual dengan benar sesuai dengan kebenaran Alkitab dalam ayat 2 Korintus 5:17 akan membawa jemaat Kristen mengalami transformasi kehidupan yang positif.

Page 1 of 1 | Total Record : 6