cover
Contact Name
M Taufiq Rahman
Contact Email
jis@uinsgd.ac.id
Phone
+6289655289523
Journal Mail Official
jis@uinsgd.ac.id
Editorial Address
Prodi Magister Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Jalan Cimencrang, Panyileukan, Gedebage Kota Bandung Indonesia 40292
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iman dan Spiritualitas
ISSN : -     EISSN : 27754596     DOI : http://dx.doi.org/10.15575/jis
Jurnal Iman dan Spiritualitas (JIS) is an open-access journal and peer-reviewed scientific works both theoretically and practically in the studies of religions and spirituality in various parts of the world.
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas" : 20 Documents clear
Tafsir Lughawi: Historisitas dan Perdebatannya Edi, Edi; Fangesty, Maolidya Asri Siwi
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31248

Abstract

Diantara cara untuk mengetahui makna Al-Qur’an adalah menggunakan corak bahasa karena Al-Qur’an sendiri berbahasa Arab. Para ulama pun telah melakukan kajian menggunakan corak tafsir lughawi ini meskipun terdapat banyak perdebatan di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan sejarah, batasan, perdebatan ulama mengenai tafsir lughawi dan kitab-kitab tafsir yang bercorak lughawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data library research (studi pustaka). Secara aplikatif, menjelaskan Al-Qur’an menggunakan bahasa sudah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Kemudian menafsirkannya dilakukan oleh Ibnu Abbas abad 1-2 hijriyah. Namun secara teoretis tafsir lughawi muncul di abad ke 5 hijriyah. Tafsir ini memuat bahasan nahwu, sharaf dan balaghah. Adanya tafsir lughawi tak lepas dari perdebatan para ulama karena tafsir ini dinilai terlalu bertele-tele, rujukan yang digunakan menggunakan kaidah bahasa Arab bukan ayat Al-Qur’an dan hadis serta cenderung subjektif pada kepentingan golongan mufassir dan melupakan tujuan utama untuk mencari makna Al-Qur’an. Diantara kitab tafsir lughawi yang masyhur adalah tafsir al-Kasysyaf, Bahrul Muhith, al-Bayan lil Qur’an al-Karim dan al-Furqan. Tafsir lughawi mengalami perkembangan terutama dalam metode penulisan tafsir al-Bayan lil Qur’an al-Karim karya Aisyah Abdurrahman Bintu Syathi’.
Metode Khusus dalam Kitab Tafsir Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Al-Qur’an karya Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari Nurhayat, Tasya Putri; Zulaiha, Eni
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.30958

Abstract

Ketidakmampuan seseorang dalam memahami metode penafsiran Al-Qur'an, baik metode umum maupun khusus, akan mengakibatkan kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur'an. Kesalahan ini dapat berupa penafsiran yang mendekonstruksi syariat atau hukum Islam itu sendiri sebagai bukti nyata adanya kesalahpahaman terhadap Al-Qur’an. Melihat betapa pentingnya memahami metode penafsiran Al-Qur'an, maka artikel ini bertujuan untuk membahas metode khusus dalam menafsirkan Al-Qur'an, khususnya tafsir Jami'ul Bayan Fi Ta'wilil Al-Qur'an. oleh Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan tinjauan pustaka dalam pengumpulan data. Beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: Pertama, pengertian metode khusus sebagai metode yang digunakan oleh penafsir ketika ia menggunakan metode umum untuk mencapai tujuannya. Kedua, metode khusus Ath-Thabari dalam menafsirkan Al-Qur'an pada surat Al-Fatihah ayat dua sampai empat: (1) Menggunakan kalimat al-qaul fi ta'wil di awal penafsiran. (2) Bagilah ayat tersebut menjadi beberapa kata. (3) Mendefinisikan kata-kata di awal penafsiran. (4) Menafsirkan dengan sejarah untuk memperjelas penafsiran. (5) Penafsiran rinci atas ayat tersebut. (6) Menyajikan puisi untuk menjelaskan makna kalimat. (7) Menjelaskan perbedaan qira'at dalam penafsiran Al-Qur'an. (8) Melakukan tarjih ketika menafsirkan kalimat dalam sebuah ayat.
Tafsir ‘Aqo’idi dalam Pembahasan Epistemologi Tauviqillaah, Muhamad Hamdan; Rahman, Mohammad Taufiq
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31412

Abstract

Tulisan ini mengkaji tafsir 'aqo'idi dalam kajian epistemologi dengan pembahasan seputar latar belakang sejarah, batasan penafsiran, pandangan ulama dan standar validitas serta kitab-kitab tafsir yang tergolong tafsir 'aqo'idi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis berbasis penelitian kepustakaan. Tujuan dari pembasahan tulisan ini adalah meneliti dan mendeskripsikan bagaimana latar belakang sejarah kemunculan tafsir 'aqo'idi, batasan penafsiran yang tergolong ke dalam corak tafsir 'aqo'idi, bagaimana pandangan ulama dan standar validitas tafsir 'aqo'idi serta kitab tafsir apa saja yang bercorak 'aqo'idi. Penelitian ini menemukan bahwa sejarah tafsir 'aqo'idi berkaitan dengan konflik politik antara kubu Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan dalam perang Siffin. Kepentingan dan tujuan kelompok menjadi latar belakang munculnya penafsiran bernuansa 'aqo'idi. Batasan Tafsir 'aqo'idi pada penafsiran seputar persolan ketuhanan dan politik kekuasaan. Para ulama memandang tafsir 'aqo'idi tergolong tafsir bi al-ra'yi sehingga standar validitas tafsir 'aqo'idi linier dengan tafsir al-ra'yi. Jika tafsir 'aqo'idi tergolong bi al-ra'yi al-madzmum yang penafsirannya atas dasar dorongan hawa nafsu dan menjadi pembenaran kepetingan kelompok tertentu, maka tafsir corak tersebut tidak terima. Kitab tafsir ‘aqo’idi kelompok Sunni dapat ditemukan dalam kitab Mafatih al-Ghaib karya al-Razi. Kitab tafsir ‘aqo’idi kelompok Muktazilah terdapat pada kitab al-Kasyaf karya al-Zamaksyari dan kitab tafsir golongan Syi’ah adalah al-Mizan karya Husain al-Thabathba’i.
Metode Tafsir Muqaran Dilihat Kembali Fitriatunnisa, Aida; Rafdi, Danendra Ahmad
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31043

Abstract

Secara garis besar, penafsiran Al-Qur’an dilakukan melalui empat metode yaitu ijmali (global), tahlili (analitis), muqarran (perbandingan), dan maudhu’i (tematik). Diantara keempat metode penafsiran tersebut, satu diantaranya adalah metode muqaran yang berarti komparatif atau perbandingan. Metode ini di dalamnya menyajikan perbandingan antara satu tafsir dengan tafsir lainnya, baik dari ayat, hadis, pendapat para mufasir, maupun perbandingan dengan kitab suci agama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan beberapa pendapat para pakar tafsir mengenai definisi, kemunculan, urgensi, dan juga langkah-langkah tafsir muqarran, dengan tujuan untuk memunculkan wacana kajian yang lebih luas lagi. Penelitian ini tergolong kepada jenis kualitatif dengan menggunakan library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tafsir muqaran telah dilakukan sejak masa nabi dan berlangsung hingga sekarang. Keberadaan tafsir muqaran ini juga terbilang penting mengingat kelebihan yang dimiliki olehnya.
Penerapan Teori Mubadalah terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Parenting dalam Tafsir Tarbawi dan Tafsir Al-Misbah Ain, Aini Qurotul; Fathurrohman, Asep
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31280

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan parenting, penerapan teori mubadalah, dan menganalisis persamaan serta perbedaan antar tafsir Al-Misbah dengan tafsir Tarbawi. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis komparatif, dengan membandingkan dua penafsiran yang kemudian diformulasikan persamaan serta perbedaan untuk menjadikan teori mubadalah sebagai framework analisa yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teori mubadalah terhadap penafsiran ayat-ayat parenting adalah bahwa: cara kerja teori mubadalah dalam memahami ayat-ayat parenting terbagi menjadi tiga langkah. Pertama, mengidentifikasi dan menegaskan prinsip ajaran Islam dari teks yang mempunyai karakter universal sebagai dasar pemaham. Kedua, implementasi praktis pada prinsip Islam dalam konteks khusus. Meski bersifat parsial, menemukan makna yang sesuai dengan prinsip dalam ayat sebelumnya adalah krusial. Ketiga, teks yang digunakan untuk laki-laki dan perempuan. Penerapan teori mubadalah pada QS. At-Tahrim ayat 6 meingsyaratkan ibu dan bapak agar memberikan pendidikan dan parenting yang baik terhadap anak-anaknya. Persamaan dan perbedaan antara tafsir Tarbawi dan Al-Misbah, salah satu rangkaian pada QS. Al-Baqarah ayat 30 mengiterpretasikan peran khalifah terhadap pentingnya pendidikan memiliki perspektif yang berbeda, namun saling melengkapi. Tafsir Al-Misbah mengedepankan pemahaman kontekstual Al-Qur’an dengan mengaitkan pesan dalam teks dengan konteks sosial, sejarah dan nilai universal yang relevan. Sedangkan tafsir Tarbawi menyatakan bahwa pendidikan yang baik bukan hanya berkaitan dengan aspek akademis, tetapi juga memperhatikan pembentukan karakter, moralitas dan kecerdasan spiritual.
Tafsir bi al-Ma’tsur sebagai Metode dalam Memahami Al-Qur’an Ikhsan, Mochammad; Nurdin, Aldi
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.30959

Abstract

Salah satu aspek dalam Tafsir Al-Qur’an yang bisa dijadikan sebagai kaki pijak untuk memetakan tafsir yaitu sumber penafsiran yang digunakannya. Para mufassir dalam melakukan kegiatan penafsiran tidak akan terlepas dari sumber-sumber rujukan baik itu dari riwayat Nabi Muhammad Saw, tafsir Sahabat, tabi’in maupun pendapat dari ulama-ulama tafsir sebelumnya. Salah satu sumber penafsiran dalam menafsirkan al Qur’an yaitu Tafsir bi al-Ma’tsur. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan pengertian, ruang lingkup serta perbedaan pendapat di antara para ’ulama mengenai penafsiran ini, dengan inti masalah yang diangkat penulis ialah penggolongan Tafsir bi al-Ma’tsur, apakah ia termasuk klasifikasi berdasarkan sumber, metode, ataukah corak tafsir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan library research kemudian beberapa masalah yang diangkat dianalisis penulis sehingga didapatkan natijah yang jelas. Dapat kita ketahui bahwa Tafsir bi al-Ma’tsur merupakan penafsiran yang bersumber dari riwayat yang jelas, ia juga dikenal sebagai jenis penafsiran yang paling awal muncul dalam khazanah penafsiran Al-Qur’an. Pengaplikasian Tafsir bi al-Ma’tsur sampai saat ini dapat kita jumpai pada karya-karya monumental dari para ulama seperti pada kitab Tafsir Al-Thabari, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir Ibn ‘Athiyyah dan yang lainnya. Simpulan penulis adalah, ada beberapa ’ulama yang menyebutkan Tafsir bi al-Ma’tsur termasuk corak atau bahkan sebagai metode penafsiran, akan tetapi jumhur ’ulama  menggolongkan Tafsir bi al-Ma’tsur ke dalam klasifikasi penafsiran berdasarkan sumber.
Diskursus Tafsir Maudhu’i dalam Memahami Al-Qur’an Apriani, Laelati Dwina; Irmayanti, Irmayanti
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31414

Abstract

Metodologi penafsiran merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari penafsiran Al-Qur’an. Mufasir dalam menafsirkan Al-Qur’an umumnya tidak terlepas dari empat metode penafsiran yaitu metode ijmali, tahlili, muqarran dan maudhu’i. Salah satu metodologi penafsiran yang banyak diminati oleh mufasir kontemporer adalah metode tafsir maudhu’i. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan definisi tafsir maudhu’i, sejarah kemunculan, urgensi, langkah-langkah serta kelebihan dan kekurangan tafsir maudhu’i. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah menjelaskan bahwa metode tafsir maudhu’i merupakan metode penafsiran yang mengkaji Al-Qur’an sesuai tema tertentu. Penafsiran sesuai dengan tema bahasan ini sudah ada sejak penafsiran pada masa kenabian, sahabat hingga generasi berikutnya. Akan tetapi tafsir maudhu’i berdiri sendiri sebagai suatu metodologi penafsiran baru dikenal pada masa penafsiran modern-kontemporer. Metode tafsir maudhu’i dinilai cukup efektif dalam menjawab persoalan umat Islam pada zaman sekarang.
Hubungan Tuhan dan Manusia dalam QS. Al-Alaq Ayat 1-5 Tafsir Lenyepaneun Karya Moh. E. Hasim Permana, Asep Amar
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31044

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang hubungan Tuhan dan manusia yang terdapat dalam QS. al-Alaq ayat 1-5 penafsiran Moh. E. Hasim dalam tafsirnya Ayat Suci Lenyepaneun. Metode penelitian yang dilakuakan dalam penulisan ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Langkah awal melakukan penelusuran mengenai ayat al-Quran yang berkaitan dengan ketauhidan yakni yang berhubungan antara Tuhan dengan manusia, kemudian ditemukan QS. al-Alaq ayat 1-5 dan ditafsirkan dengan menggunakan kitab tafsir ayat suci lenyepaneun yang dikarang oleh Moh. E. Hasim, kemudian menganalisis penafsirannya, selanjutnya penulis menyimpulkan ke dalam beberapa kalimat. Penemuan pertama bahwa hubungan Tuhan dengan manusia, Allah sebagai pencipta yakni sang khaliq sedangkan manusia adalah makhluq, yakni yang diciptakan-Nya. Baik alam sekitar maupun manusia adalah ciptaan Allah Tuhan yang maha Esa. Ciptaan Tuhan yang paling khas adalah manusia, yang masing-masing mempunyai kepribadian dan kecenderungan keagamaan yang berbeda. Dimaana manusia adalah makluq yang Allah ciptakan dari segumpal darah. Allah SWT melimpahkan martabat manusia dibandingkan dengan makhluk lain dan menciptakannya sebaik mungkin. Kedua, pernyataan akan Allah Tuhan yang maha mulia. Bahwasannya mulianya Allah adalah yang maha agung dan maha suci, agung tanpa ada tandingannya, dan suci tanpa ada yang menyerupainya. Sedangkan manusia, ia makhluq yang mulia karena Allah yang meninggikan derajatnya dan karena kesucian hatinya. Ketiga, Allah yang maha ilmu, hubungan Allah sebagai Tuhan yang mengajarkan dan manusia yang diajarkan. Dia yang mengajarkan manusia tentang apa-apa yang tidak diketahui manusia.
Hubungan Studi Kebencian dan Moderasi Beragama: Perspektif Religious Studies Haq, Mochamad Ziaul
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.17913

Abstract

Fenomena kebencian mendorong banyak peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang kebencian, dampak kebencian, dan penanganan kebencian. Penelitian deskriptif ini mengungkapkan bahwa kebencian telah menjadi suatu bidang studi tersendiri yang disebut Hate Studies yang diprakarsai dan diselenggarakan oleh Gonzaga University Institute for Hate Studies pada tahun 1997. Hate Studies telah menjadi bidang interdisipliner internasional yang mempertemukan para sarjana, peneliti akademis, dan peneliti. praktisi ahli, aktivis hak asasi manusia, pembuat kebijakan, pemimpin LSM, dan lain-lain. Kajian ini menghimpun hasil-hasil penelitian dari berbagai bidang akademik, antara lain humaniora, ilmu sosial, ilmu alam, pendidikan, politik, ekonomi, dan lain sebagainya, sehingga menghasilkan diskusi ilmiah dan penerapan praktis dalam lingkungan akademis, hukum dan kebijakan, serta praktik kontra-kebencian. dalam organisasi masyarakat sipil. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan urgensi partisipasi disiplin ilmu agama dalam kajian kebencian untuk menganalisis evolusi kebencian dan mencari cara mengatasi penyebaran kebencian dan kekerasan, yang sangat dibutuhkan dalam dunia pluralistik saat ini. Sebab, pendekatan akademik kajian agama akan memberikan pedoman teoritis dan praktis yang dapat memperkaya pemahaman tentang kebencian serta mengatasi dampak kebencian dan membangun moderasi beragama di Indonesia.
Studi Komparasi Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dan Tafsir Al-Azhar terhadap Ayat-Ayat yang Mengisyaratkan Pluralisme Agama Sidik, Azis Abdul
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 4 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i4.31320

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pluralisme agama, batasan-batasan dan konsep pluralisme agama dengan mengkomparasikan dua mufassir yaitu antara penafsiran Sayyid Quthb dan Buya Hamka. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis komparatif yang mengkaji persamaan dan perbedaan dua penafsiran dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Adapun hasil dari penelitiannya adalah: Faktor-faktor yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan antara Sayyid Quthb dan Buya Hamka berpengaruh terhadap penafsiran keduanya. Beberapa faktornya adalah latar belakang keilmuaan, meskipun keduanya sama bergelut dan mencintai tentang sastra namun sumber ilmu sastra yang didapat sangatlah berbeda. Selanjutya  keaktifan keduanya dalam berorganisasi, keduanya aktif di organisasi pemerintah dan juga organisasi non pemerintah yaitu, Sayyid Quthb di Ikhwanul Muslimin yang kemudian mengantarkannya dipenjara karena dianggap kelompok pemberontak sedangkan Buya Hamka aktif di organisasi Muhammadiyah dan masih diakui sampai saat ini keberadaannya oleh pemerintah. Faktor selanjutnya adalah sama-sama menyelesaikan kitab tafsirnya di penjara. Dari kedua penafsirannya tentang ayat-ayat yang mengisyaratkan pluralisme agama adalah ditemukannya konsep-konsep pluralisme diantaranya adalah konsep saling menghargai praktek dan media ibadah, konsep kebebasan beragama yang maksudnya tidak ada paksaan dari agama manapun untuk memeluk agama nya karena manusia diciptakan dengan akal maka biarlah manusia itu sendiri yang memilih dengan kehendak nya. Dan terakhir konsep saling membantu, tolong menolong antar umat beragama, meskipun berbeda keyakinan tapi kehidupan sosial di masyarakat harus menjunjung tinggi toleransi beragama sehingga terciptanya kerukunan dan saling membantu satu sama lain meskipun berbeda keyakinan.

Page 1 of 2 | Total Record : 20