cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
ijce@stakanakbangsa.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
ijce@stakanakbangsa.ac.id
Editorial Address
Royal Crown Palace F1-2, Tambak Oso, Waru - Sidoarjo 61256
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
Inculco Journal of Christian Education
ISSN : 29636485     EISSN : 29636485     DOI : https://doi.org/10.59404/ijce
Core Subject : Religion, Education,
Inculco Journal of Christian Education (IJCE) adalah jurnal penelitian peer-review (proses penelusuran atas kualitas suatu karya tulis ilmiah oleh ahli lain di bidang yang bersesuaian) akses terbuka berkualitas. Jurnal ini menerbitkan artikel asli tentang isu-isu terbaru dan tren yang terjadi khususnya dalam dunia pendidikan. IJCE menyediakan platform (rencana kerja atau program) yang menyambut dan mengakui makalah penelitian asli yang berkualitas tentang pendidikan yang ditulis oleh para peneliti, akademisi, profesional, dan praktisi. Kajian Inculco Journal of Education (IJE) mencakup: Ilmu Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Pendidikan Biblika, Teologi Pendidikan, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Keluarga, Pendidikan Berkebutuhan Khusus, Pendidikan Orang Dewasa, Pendidikan Guru.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024" : 7 Documents clear
PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIRMAN TUHAN BAGI ANAK USIA DINI Farida, Muharoma Chomsatul; Hulu, Nurma Winda
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.195

Abstract

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak-anak sejak lahir hingga usia enam tahun. Melalui pendidikan anak usia dini, diharapkan anak mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Quantum Teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang dinamis yang menekankan interaksi antara guru dan siswa. Pendekatan ini mendorong guru untuk melibatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam proses pembelajaran Model pembelajaran Quantum Teaching memiliki ciri khas yang unik terutama dalam hal rancangan belajar yaitu “TANDUR” yang dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, Tumbuhkan : tumbuhkan minat siswa untuk belajar firman Tuhan. kedua, Alami. (Guru Menciptakan atau menghadirkan pengalaman umum yang dapat dipahami oleh Siswa). Ketiga, Namai Setelah siswa mengalami pengalaman belajar 'alami' mereka dapat menamai apa yang telah mereka peroleh. Keempat, Demonstrasikan. Melalui pengalaman belajar, siswa memahami dan mengetahui bahwa mereka memiliki kemampuan dan informasi yang cukup, kini sudah saatnya bagi siswa untuk  menunjukkannya di hadapan Guru, teman, dan saudara-saudaranya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan firman Tuhan.kelima, Ulangi. Dalam proses pembelajaran, Pengulangan sangat penting dalam proses belajar mengajar bagi anak usia dini. Hal ini juga relevan dengan firman Tuhan yang tertulis dalam Ulangan 6: 7. keenam, Rayakan. Guru dapat merayakan keberhasilan siswanya dengan memberikan apresiasi sehingga anak merasa dihargai. Early childhood education is an effort aimed at children from birth to six years old. Through early childhood education, it is hoped that children can develop their full potential. Quantum Teaching is a dynamic learning approach that emphasizes interaction between teachers and students. This approach encourages teachers to involve students as active subjects in the learning process. The Quantum Teaching learning model has unique characteristics, especially in terms of learning design, which can be outlined as follows: first, Cultivate: cultivate students' interest in learning the word of God. Second, Experience: (Teachers create or present common experiences that can be understood by students). Third, Name: After students experience 'natural' learning experiences, they can name what they have gained. Fourth, Demonstrate: Through learning experiences, students understand and realize that they have sufficient ability and information, now it is time for students to demonstrate it in front of the teacher, friends, and siblings. The teacher gives students the opportunity to apply the word of God. Fifth, Repeat: In the learning process, repetition is very important in the teaching and learning process for early childhood. This is also relevant to the word of God written in Deuteronomy 6:7. Sixth, Celebrate: Teachers can celebrate their students' successes by giving appreciation so that children feel valued. 
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK: MEMBANGUN KEPEMIMPINAN DAN NILAI-NILAI KRISTEN Waruwu, Christien Sekar Mawarni; Karokaro, Sri Ulina; Mbuha Jarang, Aris Katanga; Babawat, Herles
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.185

Abstract

Masyarakat majemuk dengan beragam budaya, agama, dan asal usul sosial merupakan fenomena yang semakin umum di dunia modern. Artikel ini membahas tentang pentingnya pendidikan agama Kristen dalam konteks masyarakat yang majemuk. Pendidikan agama Kristen berfungsi sebagai jembatan pemahaman antar individu yang berbeda latar belakang, memfasilitasi terciptanya toleransi, saling pengertian dan kerjasama dalam masyarakat majemuk. Nilai-nilai Kristiani seperti kasih, belas kasihan, dan keadilan berperan penting dalam melatih para pemimpin Kristiani untuk menghadapi tantangan masyarakat yang majemuk. Artikel ini menguraikan perbedaan antara pendidikan agama Kristen dan praktik keagamaan Kristen dengan tujuan menjaga keseimbangan antara hak individu untuk memegang keyakinan pribadi dan upaya untuk memahami dan menghormati budaya dan agama lain dalam masyarakat majemuk. Metode penelitian yang digunakan adalah  deskriptif dan analitis data untuk mendeskripsikan permasalahan, tujuan, nilai-nilai Kristiani dalam kepemimpinan dan solusi terhadap tantangan yang dihadapi. Artinya pendidikan agama Kristen berperan penting dalam membangun keharmonisan dan pemahaman dalam masyarakat yang majemuk dan beragam. A diverse society with various cultures, religions, and social backgrounds is becoming increasingly common in the modern world. This article discusses the importance of Christian religious education in the context of a diverse society. Christian religious education serves as a bridge for understanding among individuals with different backgrounds, facilitating the development of tolerance, mutual understanding, and cooperation in diverse communities. Christian values such as love, compassion, and justice play a crucial role in training Christian leaders to address the challenges posed by diverse societies. The article outlines the differences between Christian religious education and the practice of the Christian faith with the aim of maintaining a balance between individuals' rights to hold personal beliefs and efforts to understand and respect other cultures and religions in diverse societies. The research methodology used includes descriptive and analytical data analysis to describe the issues, objectives, Christian values in leadership, and solutions to the challenges faced. In essence, Christian religious education plays a vital role in building harmony and understanding in diverse and varied societies.
DINAMIKA LINGKUNGAN SOSIAL DALAM MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI PADA GENERASI MILENIAL Christy, Areyne; Barail, Eirene Victoria Sele; Mersiana, Untung; Saingo, Oktavianus
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.200

Abstract

Dalam era yang semakin terkoneksi secara global, pentingnya peran lingkungan sosial dalam membentuk sikap toleransi pada generasi milenial menjadi semakin nyata. Dinamika lingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk sikap toleransi pada generasi milenial. Generasi milenial, yang lahir antara tahun 1980-2000, telah tumbuh dalam era digital dan teknologi yang sangat cepat, dan telah terpapar oleh berbagai informasi dan budaya yang berbeda-beda, membuat generasi milenial memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai individu dan budaya. Melalui penelitian ini, kami menemukan bahwa lingkungan sosial, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk persepsi, sikap, dan perilaku toleransi generasi milenial. Interaksi daring, terutama melalui media sosial, memainkan peran utama dalam membentuk pandangan dan sikap toleransi. Pola interaksi online dan konten yang dikonsumsi secara langsung memengaruhi cara generasi milenial memahami dan merespons perbedaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi Pustaka. Penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman tentang peran interaksi sosial terhadap generasi milenial yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku dalam sikap bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Peran lingkungan sosial sangat penting dalam kehidupan generasi milenial. Solusi bagi milenial untuk mengatur dirinya sendiri, agar mereka dapat tetap memiliki rasa toleransi dan tetap berperilaku positif. Milenial harus mampu mengelola diri sendiri, menggunakan teknologi untuk memilah dan memilih nilai-nilai yang bermanfaat, mengekstraksi informasi dari internet dan media sosial.In an increasingly globally connected era, the importance of the role of the social environment in shaping tolerance attitudes in the millennial generation is becoming increasingly evident. The dynamics of the social environment play an important role in shaping tolerance attitudes in the millennial generation. The millennial generation, born between 1980-2000, has grown up in a very fast digital and technological era, and has been exposed to a variety of different information and cultures, making millennials have the ability to interact with various individuals and cultures. Through this research, we found that the social environment, both in the real world and in cyberspace, has a significant influence in shaping the perceptions, attitudes, and tolerant behaviors of the millennial generation. Online interactions, especially through social media, play a major role in shaping views and attitudes of tolerance. Online interaction patterns and the content consumed directly affect how millennials understand and respond to differences. This research uses qualitative methods with a literature study approach. This study aims to provide an understanding of the role of social interaction for the millennial generation that can influence the way of thinking and behaving in a tolerant attitude in everyday community life. The role of the social environment is very important in the lives of millennials. The solution for millennials to regulate themselves, so that they can still have a sense of tolerance and keep behaving positively. Millennials must be able to manage themselves, use technology to sort and select useful values, extract information from the internet and social media. 
KREATIVITAS SEORANG GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENARIK DAN MENYENANGKAN Lunga, Korlin Tenga
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.189

Abstract

Guru Pendidikan Agama Kristen menghadirkan kreativitas sebagai elem kunci dalam proses pembelajaran yang diemban oleh mereka. kreativitas guru merupakan kemampuan seorang guru untuk mengembangkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang dimilikinya, dengan tujuan menciptakan aktivitas pembelajaran yang berguna agar dapat memenuhi keberagaman tingkat kemampuan, gaya belajar, dan tipe siswa. Selain itu, kemampuan guru dalam menarik perhatian siswa juga menjadi hal yang tidak boleh diabaikan, guna menciptakan lingkungan kelas yang menarik dan penuh semangat. Dalam konteks Pendidikan Agama Kristen, kreativitas guru menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan Firman Tuhan kepada siswa secara efektif. Guru harus memastikan adanya lingkungan pembelajaran yang merangsang dan memotivasi siswa, mengadopsi beragam metode seperti tanya-jawab, serta menjalankan peran sebagai penggerak dan pembimbing dalam proses belajar mengajar.Christian Religious Education Teachers present creativity as a key element in their learning process. Teacher creativity is a teacher's ability to develop the ideas and thoughts he has, with the aim of creating useful learning activities to meet the diversity of ability levels, learning styles and types of students. Apart from that, the teacher's ability to attract students' attention is also something that should not be ignored, in order to create an interesting and enthusiastic classroom environment. In the context of Christian Religious Education, teacher creativity is very important in conveying God's Word to students effectively. Teachers must ensure that there is a learning environment that stimulates and motivates students, adopt various methods such as question and answer, and carry out the role of activator and guide in the teaching and learning process.
GURU SEBAGAI PEMBIMBING SISWA DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA BERLANDASKAN FILSAFAT PENDIDIKAN KRISTEN Gaol, Riris Lumban; Irawati, Wahyu; Sukri, Urbanus
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.192

Abstract

Peran guru sebagai penuntun adalah menuntun siswa dalam pengetahuan kebenaran untuk melayani Tuhan dan sesama.  Kenyataannya, sekolah Kristen saat ini hanya memperlihatkan peran guru yang berfokus pada penerapan ilmu pengetahuan sehingga terjadi penurunan karakter siswa. Tujuan dari penulisan adalah menganalisis peran guru sebagai penuntun dalam pembentukan karakter siswa ditinjau dari filsafat pendidikan Kristen dengan tiga fokus kajian, yaitu filsafat pendidikan Kristen tentang peran guru sebagai penuntun, kajian teologis tentang pembentukan karakter siswa dan peran guru sebagai penuntun dalam pembentukan karakter siswa. Metode yang digunakan adalah kajian literatur. Filsafat pendidikan Kristen mendorong guru Kristen membentuk karakter siswa sesuai dengan kebenaran Alkitabiah. Pandangan aksiologi memperlihatkan Alkitab sebagai landasan pengajaran dalam  menuntun siswa untuk memiliki pengetahuan tentang kebenaran sejati. Peran guru sebagai penuntun harus memiliki karakter yang baik terlebih dulu sehingga siswa dapat meneladani dan mengerti karakter yang baik sesuai kebenaran Alkitabiah. Guru sebagai penuntun memperlihatkan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Kristen serta menjadikan Alkitab  sebagai dasar penuntun dan menjadi pedoman dalam membentuk karakter siswa. Guru Kristen menyadari keberadaannya sebagai rekan kerja Allah untuk menuntun dan mentransformasi siswa yang mengalami kemerosotan karakter. Saran yang diberikan adalah guru Kristen dapat menanamkan nilai-nilai Alkitabiah kepada siswa pada setiap pembelajaran dalam membentuk karakter siswa. The teacher's guiding role is to guide students in the knowledge of truth to serve the Lord and others.  In fact, Christian schools today only show the role of teachers who focus on the application of science, resulting in a decline in student character. The purpose of writing is to analyze the role of the teacher as a guide in the formation of student character in terms of Christian educational philosophy with three focuses of study, namely Christian education philosophy about the role of the teacher as a guide, theological studies about the formation of student character and the role of the teacher as a guide in the formation of student character. The method used is a literature review. The philosophy of Christian education encourages Christian teachers to shape students' character according to biblical truth. The axiological view shows the Bible as a teaching foundation in leading students to a knowledge of true truth. The role of the teacher as a guide must first have good character so that students can emulate and understand good character according to biblical truth. The teacher as a guide shows character that reflects Christian values and makes the Bible as a guiding basis and guide in shaping the character of students. The Christian teacher recognizes his or her existence as God's co-worker to guide and transform students experiencing character decline. The advice given is that Christian teachers can instill biblical values in students in every lesson in shaping student character.
PENGALAMAN NUH SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DALAM TEOLOGI PENGANIAYAAN: IMPLIKASI TERHADAP PEMUDA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Haelitik, Apriana
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.184

Abstract

Abstract: Persecution has emerged throughout human history. It often arises from differences in power, faith, ethnicity and social background, causing global suffering. This study aims to understand: What is Noah's experience as a learning model in the theology of persecution? What are the implications for youth today? What is the contribution to Christian religious education? The methodology used is a graphic subjective examination strategy using written studies. The results obtained are that Noah's experience provides a learning model for the importance of integrity, obedience to God, and resilience in facing challenges, living in love and justice, with God providing opportunities for repentance. The implication for today's youth is to build moral integrity and obedience to God's will as the foundation of strong character. Youth are expected to defend the truth, practice obedience to God's principles, and become agents of moral and spiritual change amidst the challenges of life. Contributions to Christian Religious Education help youth understand the root of problems, develop empathy, and take responsibility, forming the basis of moral education with a focus on justice, love, and solidarity, to encourage their role as agents of social change for justice and peace.
PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM MEMPERTUMBUHKAN KOMUNITAS GEREJA Imuly, Lindawati
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.199

Abstract

Dalam kehidupan sehari-hari, gereja dapat melihat bentuk-bentuk kegiatan yang ada yaitu pendidikan holistik. Pendidikan ini berfokus pada pendidikan komunitas gereja seutuhnya, meliputi pendidikan agama, pendidikan karakter, pendidikan keterampilan praktis, pendidikan sosial, dan lain-lain. Fokus pada pendidikan akan membantu memperkuat landasan iman dan keterampilan anggota gereja dan membantu mereka memberikan kontribusi positif kepada komunitas dan masyarakat pada umumnya. Tujuannya peranan lewat pendidikan holistik ini memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan gereja, tanpa adanya pendidikan holistik yang dilakukan dengan sepenuhnya maka dalam perkembangan pertumbuhan gereja selanjutnya akan dirasakan mengalami peningkatan yang tidak terlalu tajam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah gereja juga suatu organisme yang hidup, di mana seluruh umat yang berada di dalamnya berinteraksi satu dengan yang lain dan harus mengutamakan pelayanan pendidikan holistik sebagai peranan yang penting dalam pertumbuhan gereja, karena lewat pelayanan holistik aspek-aspek yang ada dalam gereja dapat berkembang dengan baik. In everyday life, the church can see existing forms of activity, namely holistic education. This education focuses on whole person education, including religious education, character education, practical skills education, social education, and others. A focus on education will help strengthen the foundation of faith and skills of church members and help them make a positive contribution to the community and society at large. The goal is that the role through holistic education plays an important role in the growth of the church, without holistic education that is carried out fully, the development of church growth will be felt to have increased not too sharply. The research method used is a descriptive research method. The results obtained from this study are that the church is also a living organism, where all people in it interact with each other and must prioritize holistic education services as an important role in church growth, because through holistic service aspects of the church can develop well.

Page 1 of 1 | Total Record : 7