cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 26 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa" : 26 Documents clear
RANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN KOTA PADANGPANJANG DALAM MEWUJUDKAN KOTA BERNUANSA ISLAMI Defrizal Saputra; M. Nasrul Kamal; Eko Purnomo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32531

Abstract

Environmental graphic design or the term 'environmental graphics' is all forms of graphic design that exist in an environment. This includes sign systems, bulletin boards, graphic ornaments in a building, name signs on buildings and all forms of writing on two- or three-dimensional objects. The method used in this design is the SWOT analysis method, how this method can later assist designers in determining in terms of strengths, weaknesses, opportunities, and threats (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) from an Environmental graphic design that is designed and can create visual communication media informative and communicative. The purpose of this environmental graphic design is to strengthen the Islamic nuance as a city identity in the city of Padang Panjang, so that the nickname of the Veranda of Mecca is increasingly attached to the community. Because previously efforts to realize it already existed but there was no harmony in each of these graphic elements. So that the face of the city of Padangpanjang does not look well. By using a graphic environment designed in the form of a sign system. Local content is brought back into the design, so that it can improve regional imagery, local elements are also packaged in Islamic concepts and modern or contemporary looks.Keywords: environmental graphic design.AbstrakEnyiromental graphic design atau istilahnya ‘grafis lingkungan’ adalah segala bentuk perancangan grafik yang ada di suatu lingkungan. Termasuk di dalamnya berupa sign system, papan pengumuman, ornamen grafis yang berada pada sebuah bangunan, tanda nama di gedung-gedung dan segala bentuk tulisan pada objek dua maupun tiga dimensi. metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode analisis S.W.O.T bagaimana metode ini nantinya dapat memebantu desainer dalam menentukan dari segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dari Environmental graphic design yang dirancang dan dapat menciptakan media komunikasi visual yang informatif dan komunikatif. Tujuan dari perancangan grafis lingkungan tersebut adalah untuk menguatkan nuansa Islami sebagai identitas kota di Kota Padang panjang, sehingga julukan kota serambi mekah semakin melekat kepada masyarakat. Karena sebelumnya usaha untuk mewujudkan sudah ada namun belum adanya keserasian disetiap elemen-elemen grafis tersebut. Sehingga wajah kota Padangpanjang belum tampak dengan baik. Dengan menggunakan grafis lingkungan yang dirancang berupa sign system. Local konten dimunculkan kembali kedalam desain, sehingga dapat meningkatkan pencitraan daerah, unsur-unsur lokal juga dikemas dalam konsep islami dan tampilan modern atau kekinian.   Kata Kunci: environmental graphic design.Authors:Defrizal Saputra : Universitas Negeri PadangM. Nasrul Kamal : Universitas Negeri PadangEko Purnomo : Universitas Negeri Padang References:Djelantik, A.A.M. (2001). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI.Kusrianto, Adi. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Adi.Saputra. Defrizal. (2013). ”Dokumentasi Penelitian”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 09 Juni 2013, Padangpanjang. Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi, Cetakan ke-IV. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.Supandi, M. B., & Azis, A. C. K. (2020). Peninjauan Poster dari Warna dan Tipografi di SMK Multimedia Istiqlal. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 419-423.Torang, Syamsir. (2012). Metode Riset Struktur dan Perilaku Organisasi, Cetakan Kesatu. Bandung: CV Alfabeta.
PERSPEKTIF OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII EPISODE BORU LOPIAN ULUPORANG TANO BATAK Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda; Sulaiman Juned
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32473

Abstract

This creation research formulates the struggle of Boru Lopian son of Sisingamangaraja XII against Dutch colonialism. In addition to seeing as the figure of the son of King Sisingamangaraja XII, the research is also directed at the story of Boru Lopian who is famous for his courage when dealing with the invaders. Even though he comes from an honorable lineage, Boru Lopian is never arrogant and arrogant. Unfortunately, this humanist figure also died in the guerrilla against the Dutch colonialists. The final result of the research is a Batak opera performance with the title, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. The process of performing Batak opera begins with the creation of a Batak opera script obtained based on research on Boru Lopian. Then packed with some elements of modern theater without leaving the inherent traditional values. This combination was deliberately chosen as part of the stages towards the novelty of the arable concept (innovation). The research method of creation is done through observation, research and interviews with community leaders. The arrangement of the story of the Batak opera Sisingamangaraja XII episode of Boru Lopian, Uluporang Tano Batak is a reorganization of a history. Which of course undergoes several changes, from the actual story to a story that is 'spiced up' with the present context. This is done in order to become familiar with the audience. The authenticity of traditional Batak opera forms is combined with artistic elements of modern theater so that the atmosphere and setting of the event becomes contextual. The goal is to facilitate the presence of building elements, artifacts, past events that are impossible to present simultaneously on the current stage. The structure in the Batak opera Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak has similarities with the two previous Batak opera performances. Because it was designed for three opera performances of Batak Sisingamangaraja XII.Keywords: Boru Lopian, perspective, opera Batak. AbstrakPenelitian penciptaan ini merumuskan perjuangan Boru Lopian anak Sisingamangaraja XII dalam melawan penjajahan Belanda. Selain melihat sebagai sosok anak Raja Sisingamangaraja XII, penelitian juga diarahkan pada kisah Boru Lopian yang terkenal akan keberaniaannya saat berhadapan dengan para penjajah. Walaupun berasal dari keturunan terhormat, Boru Lopian tidak pernah sombong dan tinggi hati. Sayangnya sosok yang humanis ini turut tewas dalam gerilya melawan penjajah Belanda. Hasil akhir dari penelitian adalah, pertunjukan opera Batak dengan judul, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. Proses pertunjukan opera Batak didiawali dengan pembuatan naskah opera Batak yang didapatkan berdasarkan riset tentang Boru Lopian. Kemudian dikemas dengan beberapa unsur-unsur teater modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang melekat. Perpaduan ini sengaja dipilih sebagai bagian dari tahapan menuju kebaruan dari konsep garapan (inovasi). Metode penelitian penciptaan dilakukan melalui observasi, riset dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Penataan cerita opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak ini merupakan penataan ulang sebuah sejarah. Yang didalamnya tentunya mengalami beberapa perubahan, dari cerita yang sebenarnya menjadi cerita yang ‘dibumbui’ dengan konteks kekinian. Hal ini dilakukan agar menjadi akrab dengan penonton. Keaslian bentuk opera Batak tradisi dipadukan dengan elemen-elemen artistik teater modern agar suasana dan latar peristiwa menjadi kontekstual. Tujuannya untuk mempermudah hadirnya unsur bangunan, artefak, peristiwa masa lalu yang tidak mungkin dihadirkan secara bersamaan diatas panggung saat ini. Struktur dalam opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak memiliki kesamaan dengan dua pertunjukan opera Batak sebelumnya. Karena dirancang untuk tiga pertunjukan opera Batak Sisingamangaraja XII.Kata Kunci: Boru Lopian, perspektif, opera Batak. Authors: Rosta Minawati : Institut Seni Indonesia PadangpanjangEnrico Alamo : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSherli Novalinda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSulaiman Juned : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Alamo, E., Eliza,M., Syailillah, G. (2020). Makna dan Fungsi Ulos Pada Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar Di Pematang Siantar Sumatera Utara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 94. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24824Alamo, E., Minawati, R., Sulaiman, S., & Novalinda, S. (2020). Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer. Dance and Theatre Review. Jurnal Tari, Teater, dan Wayang, 3(2), 59.Alamo, E.,(2014). Sampuraga Penciptaan Opera Batak. Ekspresi Seni: Jurnal Pengetahuan dan Seni, 16(1),1.Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik. Surakarta: ISI Press.Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Elmatera Publishing.Joel, M. Charon. Eighth Edition (2012) Ten Questions: A Sociological Perspective. USA: Cengage Learning.Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian  Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Martono, Nanang. (2012) Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pavis, Patrice. (1990). Theatre at The Crossroad of Culture. London and New York: Transl. Loren Kruger.Purba, Krismus. (2010). Opera Batak Tilhang Serindo: Pengikat Budaya Masyarakat Batak Toba di Jakarta.Yogyakarta: Kalika Bantul.Sulaiman, S., Minawati, R., Alamo, E., & Novalinda, S. (2019). Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak. Panggung Bandung: Jurnal Seni Budaya, 29(2),160.Sumaatmadja dan Winardit. (1999). Perspektif Global. Jakarta: UT.Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan PerubahanKonvensi Seni Teater. Yogyakarta: Pustaka Gondo Suli.
PENERAPAN KONSEP KEPEMIMPINAN DAN KEKUATAN TENGKU CIK TANOH ABEE MELALUI MEDIA GERAK Fitra Airiansyah; Fifie Febryanti Sukman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.29117

Abstract

The process of creating this dance work aims to reconstruct the figure of a warrior and ustadz in Aceh, namely Tengku Cik Tanoh Abee. A familiar story for the people of Aceh Besar is the story of Tengku Cik Tanoh Abee slashing and cutting Bak Leubu (taro leaves) when Tengku Cik Tanoh Abee found out that the Dutch were heading to his place, so all the Dutch were killed. at the Lambaroe Café roundabout. Killing without touching is part of Tengku Cik Tanoh Abee's practice of wisdom in fighting the Dutch colonialists. The process of creating this dance is a form of remembering the figure of leadership and strength by Tengku Cik Tanoh Abee and then becoming the idea or idea of creating this dance work. The method of creating this work consists of 4 stages, namely: exploration, improvisation, evaluation, and formation. The results of this study is that the creation of a work with the title Teulebah contains three scenes, each scene visualizing a figure, leadership and strength by going through the stages of a choreographic approach.Keywords: dance, Tengku Cik Tanoh Abee. AbstrakProses penciptaan karya tari ini bertujuan untuk merekonstruksi sosok pendekar dan ustadz di Aceh yaitu Tengku Cik Tanoh Abee. Kisah yang akrab bagi masyarakat Aceh Besar adalah kisah Tengku Cik Tanoh Abee menebas dan memotong Bak Leubu (daun talas) ketika Tengku Cik Tanoh Abee mengetahui bahwa Belanda sedang menuju ke tempatnya, sehingga semua orang Belanda terbunuh. di bundaran Lambaroe Café. Membunuh tanpa menyentuh adalah bagian dari amalan makrifat ilmu Tengku Cik Tanoh Abee dalam memerangi penjajah Belanda. Proses penciptaan tarian ini merupakan bentuk mengenang sosok kepemimpinan dan kekuatan oleh Tengku Cik Tanoh Abee dan kemudian menjadi ide atau gagasan penciptaan karya tari ini. Metode penciptaan karya ini terdiri dari 4 tahapan yaitu:  eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan pembentukan. Hasil penelitian ini yaitu pembuatan karya dengan judul Teulebah terdapat tiga adegan yang masing-masing adegan memvisualisasikan sosok, kepemimpinan serta kekuatan dengan melalui tahapan pendekatan secara koreografis.Kata Kunci: tari, Tengku Cik Tanoh Abee.Authors:Fitra Airiansyah : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFifie Febryanti Sukman : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Abdullah, Irwan. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Budi Wibowo, Agus dan Faisal. (2014). Kepemimpinan Tradisional di Indonesia (Aceh Besar dan kajang). Aceh: Pemerintah Aceh.Hadi, Y. Sumandiyo. (2007). Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Press FSP ISI Yogyakarta.Hadi, Y. Sumandiyo. (2012). Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta: Press FSP ISI.Hidajat, Robby. (2011). Koreografi dan Kreativitas Pengetahuan dan Petunjuk Praktikum Koreografi. Kendil: Cipta Media.Hwakins, Alma. Terj I Wayan Dibia. (2005). Moving From Within, Bergerak Meurut Kata Hati. Yogyakarta: Cipta Media.Juaini, Imam. (2014). Saman di Aceh. Banda Aceh: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh.Soedarsono. (1985). Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari. Terjemahan dari La Meri. Yogyakarta: Lagaligo.Sukman, F. F., & Gusmail, S. (2020). The Pattern of Vertical Inheritance and the Role of Sheikh in Inheritance System of Ratoeh Bantai Dance in Aceh Province. e-Prosiding Pascasarjana ISBI Bandung, 1(1).
PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL SUMATERA UTARA PADA TOPLES MAKANAN SEBAGAI SARANA REVITALISASI Mesra Mesra; Gamal Kartono; Anam Ibrahim
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.33639

Abstract

The purpose of this study is to find out the effectiveness of the preservation of traditional North Sumatra ornaments, by revitalizing. The steps are 1. Resocializing traditional North Sumatra ornaments to the next generation, 2. Display ornaments in the form of cutting stickers, and 3. Apply the cutting sticker on the outer surface of the food jar. Research methods conducted: 1. re-record the traditional ornament forms of North Sumatra, 2. determine the selected ornament as a sample, 3. re-design the shape of the ornament with a computer, 4. Apply the design to cutting sticker, 5. identify the shapes of the jar to be applied ornaments, 6. sticking cutting sticker on jar, 7. socialize jar products to the community through exhibitions. The results of the study were obtained forms of ornaments that were modified and obtained various forms of traditional Ornate jars of North Sumatra as a product of local genius.Keywords: revitalization, traditional ornaments, cutting stickers. AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pelestarian ornamen tradisional Sumatera Utara, dengan dengan cara melakukan revitalisasi. Langkah-langkahnya yaitu: 1. mensosialisasikan ulang ornamen tradisional Sumatera Utara kepada generasi penerus, 2. menampilan ornamen dalam bentuk cutting sticker, dan 3. mengaplikasikan cutting sticker tersebut pada permukaan luar toples makanan. Metode penelitian yang dilakukan : 1. mendata ulang bentuk-bentuk ornamen tradisional Sumatera Utara, 2. menetapkan ornamen yang dipilih sebagai sampel, 3. meredisain bentuk ornamen dengan komputer, 4. Mengaplikasikan desain menjadi cutting sticker, 5. menidentifikasi bentuk-bentuk toples yang akan diterapkan ornamen, 6. menempelkan cutting sticker pada toples, 7. mensosialisasikan produk toples kepada masyarakat melalui pameran. Hasil penelitian yaitu diperoleh bentuk-bentuk ornamen hasil modifikasi dan berbagai bentuk toples berornamen tradisional Sumatera Utara sebagai produk local genius.Kata Kunci:revitalisasi, ornamen tradisional, cutting sticker. Authors:Mesra : Universitas Negeri MedanGamal Kartono: Universitas Negeri MedanAnam Ibrahim : Universitas Negeri Medan References:Asaniyah, N. (2017). Pelestarian Informasi Koleksi Langka: Digitalisasi, Restorasi, Fumigasi. Buletin Perpustakaan, 85-94.A.W,Sukimin dan Edy Sutandur. (2008). Terampil Berkarya Seni Rupa 1. Solo: Pt Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.Gall and Borg (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London: Longman Inc.Gustami, SP. (1980). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: STSRI ”ASRI”.Hadi, Y. Sumandiyo. (2018). Revitalisasi Tari Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Dwi Quantum.Hartoko, Alfa. (2010). Modifikasi Mobil dan Motor dengan Cutting Stiker. Yogyakarta: Penerbit Multicom (Anggota IKAPI).Kantun, Sri. (2013). Hakitat dan Prosedur Penelitan Pengembangn. Jember: Repository Universitas Jember.Meyer, Franz. (1892). Handbook of Ornament. New York: Dover Publication. IncPlomp, T. (2013). Educational Design Research: An Intoduction. Academia Edu.Richey, Rita C.; Seels, Barbara. (1994). Defining a Field: A Case Study of the Development of the 1994 Definition of Instructional Technology. New York: Educational Media and Technology Yearbook, v20.Sari, S. M., & Pramono, R. S. (2008). Kajian Ikonografis Ornamen pada Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya. Dimensi Interior, 6(2).Sirait Baginda. (1980). Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Medan: IKIP Medan.Sukaya, Y. (2009). Bentuk dan Metode dalam Penciptaan Karya Seni Rupa. Jurnal Seni Dan Pengajarannya, 1(1), 1-16.Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.Saragi, D. (2018). Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatra Utara. Panggung, 28(2), 161-174.Y, Sudarjo. (1989). Ornamentik Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University Press.Hayati, R. (2014). Pemanfaatan Bangunan Bersejarah sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota Makassar. Jurnal Jumpa, 1(01).Hergenhahn & Olson, Matthew H. (2008). Theoties of Learning. Jakarta: Kencana.Iskandar, M. S. (2011). Pembentukan Persepsi Visual pada Iklan Televisi. Jurnal Visualita DKV, 3(1), 1-21. Kartika, Sony Dharsono. (2007). Estetika. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains.Kusumaningrum, Khomsiana. (2003). Skripsi: Trend Mode Remaja Dalam Iklan. Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret.L. Jason, R. Josh & C. Ross. (2014). Infografis: Kedasyatan Cara Bercerita Visual. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Pujiriyanto. (2005). Desain Grafis Komputer (Teori Grafis Komputer). Yogyakarta: Andi.Visual, I. (2007). Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual. Yogyakarta: Jalasutra.Puspita Sari, Vijar Maya. (2010). Tugas Akhir: Desain Komunikasi Visual Sebagai Strategi Perancangan Promosi Pariwisata Pantai Watukarung Kabupaten Pacitan. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.Rustan, Surianto. (2010). Huruf Font Tipografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Rustan, Surianto (2008). Layout Dasar dan Penerapanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Santosa, Sigit. (2009). Creative Advertising. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.Tjiptono, Fandy. (2000). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.Tinarbuko, Sumbo. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Jala Sutra.
RAGAM HIAS MOTIF BATIK TANAH LIEK DHARMASRAYA (Studi Kasus di Kerajinan Batik Tanah Liek Citra) Resfi Norma Kuwala; Sri Zulfia Novrita
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32358

Abstract

Tanah Liek Citra batik is one of the batik craft businesses on the Duo Sitiung River, Dharmasraya Regency, West Sumatra. Became the first Tanah Liek batik business in Dharmasraya Regency since 1996 which raised various decorative batik motifs from the natural wealth of Dharmasraya Regency. The research was conducted with the aim of describing the decorative motifs of Tanah Liek Citra batik. The method used in this research is a qualitative method with a descriptive approach. The data sources chosen were primary data (written notes, picture recordings) and also used secondary data (library studies). The technique of collecting research data uses techniques, observations, interviews, and documentation. Furthermore, the technical analysis of the data will be reviewed and will be analyzed, namely reduction of data, presentation of research data and finally conclusions can be drawn from the data that has been collected. The results of the study describe the Tanah Liek Citra batik motifs, including those inspired by naturalist forms (flora such as: palm flower motifs, rubber tree motifs, bamboo motifs, lauik plant motifs, kaluak nails motifs, kiambang batauik motifs, fauna such as: hong bird motifs, motifs tapak kudo) decorative forms such as: rangkiang motif, rumah gadang motif.Keywords: batik motif, tanah liek.AbstrakBatik Tanah Liek citra adalah salah satu usaha kerajinan batik di Sungai Duo Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Menjadi usaha batik Tanah Liek pertama di Kabupaten Dharmasraya sejak tahun 1996 yang mengangkat ragam hias motif batik dari kekayaan alam Kabupaten Dharmasraya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan ragam hias motif dari batik Tanah Liek citra. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang dipilih yaitu berupa data primer (catatan tertulis, rekaman gambar) dan juga menggunakan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik dari pengumpulan data penelitian menggunakan teknik, observasi, wawancara, serta dokumentasi. Selanjutnya teknis analisis data akan dikaji dan akan di analisis yaitu reduksi  dari data, penyajian dari data hasil penelitian dan yang terakhir baru dapat ditarik kesimpulan dari data-data yang telah terkumpul. Hasil dari penelitian mendeskripsikan motif batik Tanah Liek citra diantaranya yaitu terispirasi dari bentuk naturalis (flora seperti : motif bunga sawit, motif pohon karet, motif bambu, motif tumbuhan lauik, motif kaluak paku, motif kiambang batauik, fauna seperti : motif burung hong, motif tapak kudo) bentuk dekoratif seperti: motif rangkiang, motif rumah gadang.    Kata Kunci: motif batik, tanah liek.Authors:Resfi Norma Kuwala : Universitas Negeri PadangSri Zulfia Novrita : Universitas Negeri Padang References:Budiyono, D. (2008). Kriya Tekstil Untuk SMK Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.Elliot, Inger McCabe. (2004). Batik: Fabled Cloth of Java. Singapura: Perinpus.Ernawati, I., & Nelmira, W. (2008). Tata Busana Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Manajemen, Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.Moleong, Lexy. (2005). Penelitian Metodologi Kualitatif.  Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hadaf, A., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2016). Motif dan Pewarnaan Batik Tulis di Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa YOGYAKARTA (Studi Kasus di Industri Batik Sri Kuncoro). Journal of Home Economics and Tourism, 11(1). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/5781/4511Hakim, L. M. (2018). Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa dan Nation Brand Indonesia. Nation State: Journal of International Studies, 1(1), 61-90. https://jurnal.amikom.ac.id/index.php/nsjis/article/view/90/42Kamala, N., & Adriani, A. (2019). Studi Tentang Motif dan Pewarnaan Batik Cap dengan Zat Pewarnaan Alam di Rumah Batik Dewi Busana Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 303-307. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/download/14703/12015Kusrianto, A. (2013). Batik, Filosofi, Motif & Kegunaan. Yogyakarta: Andi Offset.Oktora, N., & Adriani, A. (2019). STUDI BATIK TANAH LIEK KOTA PADANG (Studi Kasus di Usaha Citra Monalisa). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 129-136.  https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/12879Suryani, A., & Nelmira, W. (2019). STUDI TENTANG ATIK DI DHARMASRAYA. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 255-259. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/viewFile/13624/11475Susanto,  M . ( 2002 ) .  Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.Wulandari, Ari. (2011). Batik Nusantara Makna Filosofis, Cara Pembuatan Industry Batik. Yogyakarta: Andi Publisher.Yulia, N., & Nelmira, W. (2019). DESAIN MOTIF BATIK TEBO DI KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 92-98. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/12847/10965
KAJIAN ESTETIKA LUKISAN REALIS KONTEMPORER Drs. Irwan, M.Sn. YANG BERJUDUL DI UJUNG TANDUK Asra Ilal Khairi; Abdul Hafiz
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.34129

Abstract

Aesthetics was a science that studies things related to beauty, the perspective of beautifulness cannot be the same, some people may be seen something beautiful but not for the others, something that was unstable depends on conditions and situations, therefore beauty is a theory of relativity in which it relates to subjects, objects and value. Talking about aesthetics, it would be related to various disciplines, one of these disciplines was fine arts, in which there were various fields such as painting, graphics, crafts and many other fields of art. Various expressions about the culture began to be expressed by artists in the archipelago, this thing related to the erosion of culture and traditions inherent in society, one of which is through the painting "on the edge of the horn" which talks about Minangkabau culture. The purpose of this paper was as an educational medium for students and the Minangkabau community about the culture in the Minangkabau realm which was increasingly disappearing in the face of foreign times and cultures. This research used a qualitative approach with a descriptive type of research. The subject of this research was the painting of Drs, Irwan, M.Sn. entitled "On the Edge of the Horn". Data collection techniques used observation techniques, interviews and documentation. The research instruments used were observation guidelines and interview guidelines. The data analysis technique used is an analytical technique which includes data reduction, data presentation, and conclusion drawing and verification. The results of this study found the reality of the message conveyed by the artist regarding the condition of Minangkabau culture which is increasingly on the brink of extinction through the study of aesthetics of subjects, objects and values. Keywords: aesthetics, painting, Minangkabau culture. AbstrakEstetika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, indah bagi seseorang belum tentu indah pula bagi orang lain, sesuatu yang labil ini bergantung kepada kondisi dan situasi, oleh karena itu keindahan merupakan teori relativitas yang di dalamnya berkaitan dengan subjek, objek dan nilai. Berbicara estetika maka akan menyangkut dengan berbagai disiplin ilmu, salah satu disiplin ilmu tersebut adalah seni rupa yang di dalamnya terdapat berbagai bidang seperti lukis, grafis, kriya dan masih banyak lagi bidang seni rupa lainnya. Berbagai ungkapan mengenai kebudayaan mulai diungkapkan oleh seniman di nusantara, hal ini berkaitan dengan terkikisnya kebudayaan dan tradisi yang melekat pada masyarakat, salah satu adalah melalui lukisan “di ujung tanduk” yang berbicara mengenai kebudayaan Minangkabau. Tujuan tulisan ini sebagai media edukasi bagi mahasiswa dan masyarakat Minangkabau mengenai kebudayaan di Ranah Minang yang semakin hari semakin menghilang di makan zaman dan kebudayaan asing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah lukisan Drs. Irwan, M.Sn. yang berjudul “Di Ujung Tanduk”. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis yang meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil dari penelitian ini akan ditemukan realita mengenai pesan yang disampaikan seniman mengenai kondisi kebudayaan Minang Kabau yang semakin di ujung tanduk melalui kajian estetika subjek, objek dan nilai.Kata Kunci: estetika, lukisan, budaya Minangkabau. Authors:Asra Ilal Khairi : Universitas Negeri PadangAbdul Hafiz : Universitas Negeri Padang References:Arsana, Nyoman & Supono. (1983). Dasar-dasar Seni Lukis. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Bangun, Sem C. (2000). Kritik Seni Rupa. Bandung: ITB Bandung.Basri, Hasan. (1977). Minangkabau Dalam Seputar Seni Tradisional. Padang: SMSR.Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia ArtLine.Jaafar, Ben. (2011). Cigondewah An Art Project. https://benjaafar.blogspot.com/2011/03/cigondewah-art-project-by-tisna-sanjay (diakses 2 April 2022).Junaedi, Deni. (2016). Estetika Jalinan Subjek Objek dan Nilai. Yogyakarta: ArtCiv.Kartika, Dharsono Sony. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.Kartika, Dharsono Sony. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.Khairi, Asra. Ilal. (2011). Komparasi Motif Ukiran Rumah Gadang Bukik Surungan Kelarasan Koto Piliang Kota Padang Panjang dengan Rumah Gadang Sicamin Biaro Kelarasan Koto Piliang Kabupaten Agam Sumatera Barat. Thesis. Padang: Program Magister Universitas Pendidikan Indonesia.Mamannoor. (2002). Wacana Kritik Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Nuansa Anggota IKAPI.Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.Ramanto, Muzni. (2012). Estetika Islam. Padang. UNP.Sanyoto, Sadjiman, Ebdi. (2005). Dasar-dasar Tata Rupa & Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.Soetjipto, Katjik. (1998). Sejarah Perkembangan Seni Lukis Moderen. Jakarta: Mendikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Sp, Soedarso. (2000). Sejarah Perkembanan Seni Rupa Modern. Jakarta: Studio Delapan Puluh.Sudarsono. (2009). Apresiasi dan Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
REDESAIN KEMASAN “IKAN KAYU CAP KAPAL TSUNAMI” Fentisari Sucipto; Rino Yuda
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.29503

Abstract

Aceh Tsunami Incident that happen in 2004 has saving bad memories for all its survivor. In this phycological crisis, Ibu Fauziah as an owner of UD Tuna Cap Kapal Tsunami Aceh tried to survive through produce food from Tuna Flakes Fish. The ilustration design on its packaging ilustrates incident after Tsunami around Lampulo, Banda Aceh. Incident as one of the art inspiration sources is popular between the artist, but the research of an ilustration after the incident in the packaging design is unfamiliar . Thus, this research tried to understand and interpret packaging design using qualitative approach. The data collecting using interview and also observation. Study model using grounded theory. Keywords: packaging design, redesign. AbstrakBencana Tsunamiyang  pernah melanda Aceh pada tahun 2004 menyisakan kenangan pahit bagi semua penyintasnya, namun Ibu Fauziah yang merupakan pemilik UD Tuna Cap Kapal Tsunami di Aceh mencoba untuk bertahan hidup dengan memproduksi makanan yaitu Ikan Kayu yang terbuat dari Tuna. Desain ilustrasi pada kemasan Ikan Kayu Cap Tuna menggambarkan kejadian pasca Tsunami di daerah Lampulo, Banda Aceh. Bencana alam sebagai salah satu inspirasi dalam karya seni sering diterapkan oleh seniman, namun sebuah ilustrasi pasca bencana pada desain kemasan oleh-oleh belum banyak kajiannya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba membaca dan memaknai ilustrasi desain kemasan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan juga observasi. Model telaah pada penelitian ini adalah grounded theoryKata Kunci: desain kemasan, redesain. Authors:Fentisari Desti Sucipto : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Rino Yuda : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh  References: Brown, Tim. (2008). Change by Design: How Design Thinking Transforms Organizations and Inspires Innovation. New York: Harper Collins.Creswell, JW. (2016). Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Donida, D. A. H., Prastawa, H., & Mahachandra, M. (2019). Perancangan Desain Kemasan Produk Carica dengan Konsep Kansei Engineering dan Model Kano. Industrial Engineering Online Journal, 8(2).Julianti, Sri. (2014). The Art Of Packaging. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Pulungan, M. H., Hastari, L. D., & Dewi, I. A. (2019). Perbaikan desain kemasan produk biskuit brownies menggunakan metode quality function deployment (QFD). Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian, 13(2), 39-46.Saldana, J. (2011). Understanding Qualitative Research. Fundamentals Of Qualitative Research. New York: Oxford University Press.Soedarso. (2006). Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Balai Penerbit ISI Yogyakarta.Widjaya, D. O., Yuwono, E. C., & Mardiono, B. (2016). Perancangan Redesain Kemasan Makanan Ringan Roti Kecik Merk Ganep's sebagai Buah Tangan Khas kota Surakarta. Jurnal DKV Adiwarna, 1(8), 9.
STUDI TENTANG BATIK BATAM (Studi Kasus di Indra Batik Batam di Kota Batam) Neneng Sevty Valenta; Adriani Adriani
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.29696

Abstract

The background of this research is an approach of Batam batik, particularly in the Indra Batik Batam batik business. The shape of the batik designs and the batik method in Indra Batik Batam are still unfamiliar to the inhabitants of Batam city. The batik process at Indra Batik Batam is the same as the batik process in general, namely tool and material preparation. During the dying process, the batik is coloured and partially certain parts are colored with a brush. The purpose of this research is to describe the shape of the Batam batik motif as well as the batik technique at Indra Batik Batam.This research method uses a qualitative descriptive approach with a case study method. The types of data are primary and secondary data. Data was collected by observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The validity of the data is carried out by triangulation of the leader and the person who creates the motif.The results of the research on Batam batik have 16 motifs that have been patented by HKI, namely Awan Larat, Bunga Sakat Mayang Terurai, Bunga Sakat Dara Merajok, Siput Gonggong Kuntum Berendam, Siput Gongong Bunga Semayang, Rajung Bersusun, Bunga Kundur Awan Menjulang, Bunga Hutan, Perio Kere Sulor Bekait, Kasih Bersambu, Marlin Dua Alam, Cengkrama Marlin, Ikan Marlin Berseri Gonggong Menari, Ikan Marlin Gelombang Berseri, Marlin Terumbu, and Marlin Berlak. The process of batik at Indra Batik Batam begins with the preparation of tools and materials. The stage of batik then moves on to stamping and the blocking or blocking technique. The coloring procedure involves preparing remazol dye, dabbing, dyeing, and applying color reinforcement. For the last steps are 'pelorodan' (the process of removing the wax that is still attached to the mori cloth) and finishing.Keywords: batik, coloring process, batik motif.AbstrakPenelitian ini dilatar belakangi tentang batik batam khususnya di usaha batik di Indra Batik Batam. Masyarakat kota Batam pun masih belum mengenal seperti apa bentuk motif batik batam dan proses membatik di Indra Batik Batam. Proses membatik di Indra Batik Batam sama halnya dengan proses membatik pada umunya yaitu, persiapan alat dan bahan. Kemudian pada saat proses pewarnaan pembatikan dilakukan secara dicelup dan sebagaian dilakukan secara dicolet. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk motif batik batam dan proses membatik di Indra Batik Batam.  Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripstif kualitatif dengan metode studi kasus. Jenis data yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisi data dilakukan  reduksi data, penyajian data, penarik kesimpulan. keabsahan data dilakukan dengan triangulasi terhadap pimpinan dan orang yang menciptakan bentuk motif. Hasil penelitian batik batam memiliki 16 motif sudah di patenkan oleh HKI yaitu Awan Larat, Bunga Sakat Mayang Terurai, Bunga Sakat Dara Merajok, Siput Gonggong Kuntum Berendam, Siput Gongong Bunga Semayang, Rajung Bersusun, Bunga Kundur Awan Menjulang, Bunga Hutan, Perio Kere Sulor Bekait, Kasih Bersambu, Marlin Dua Alam, Cengkrama Marlin, Ikan Marlin Berseri Gonggong Menari, Ikan Marlin Gelombang Berseri, Marlin Terumbu dan Marlin Berlak. Proses membatik di Indra Batik Batam diawali tahap persipan alat dan bahan. Setelah itu tahap pembatikan yaitu mencap dan proses nembok atau ngeblok. Kemudian tahap pewarnaan yaitu menyiapkan zat warna remazol, mencolet, mencelup dan memberi penguat warna. Untu tahap terakhir pelordan dan finishing.Kata Kunci: batik, proses pewarnaan, motif batik. Authors:Neneng Sevty Valenta : Universitas Negeri PadangAdriani : Universitas Negeri Padang References: Aziz, I. (2013). Ensiklopedia Batik Yogyakarta. Yogyakarta: Gita Nagari. Cut & Ratna. (2005). Tekstil. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.Ernawati, dkk. (2008). Tata Busana. Padang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.Kusrianto, A. (2013). Batik, Filosofi, Motif & Kegunaan. Yogyakarta: AndiOfset.Murtihadi, dkk. (2008). Pengetahuan Teknologi Batik. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Teknologi Kerumahtanggan dan Kejuruan Kemasyarakatan Jakarta.Sri, Herlina dan Dwi, Yuniasri P. (2013). Pewarnaan Untuk SMK. Jakarta: Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Departement Pendidikan dan Kebudayaan.
PERANCANGAN BATIK TULIS DENGAN INSPIRASI TERCIPTANYA TARI EKLEK PACITAN Wahyu Rahmadina Kusumaningtyas
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32212

Abstract

Pacitan has various kinds of arts that are thick with regional elements because almost all areas in Pacitan have distinctive arts according to the life of the people in each region. This art has become a matter of pride and regional identity because it is considered to have a very important role in the community. Regarding traditional folk art, in Pelem Village, Pringkuku District, Pacitan Regency, East Java, there is a folk art called Eklek Dance. This art is a very valuable asset because it is the only art owned by the people of Pelem Village, besides that the form of art presentation is considered very attractive. and boosting culture and tourism in Pacitan. The approach uses the Gustami workmanship technique. It includes three stages: the exploration phase (finding the source of ideas, gathering reference sources to obtain design solution materials, and the design phase). From a different perspective. The form of an oral description, including some considerations (the embodiment of three alternative sketches to be). The results of designing a batik motif with the Inspiration of the Story of the Creation of the Pacitan Eklek Dance using primissima mori material, consisting of 3 design visualizations. The colors used are classic batik colors. Keywords: eklek dance, art, Pacitan. AbstrakPacitan memiliki berbagai macam jenis kesenian yang kental dengan unsur kedaerahan karena hampir seluruh daerah di Pacitan memiliki kesenian yang khas sesuai dengan kehidupan masyarakat di setiap daerahnya. Kesenian tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri dan menjadi identitas daerah karena dianggap memiliki peranan yang sangat penting dalam lingkungan masyarakat.Berkaitan dengan kesenian rakyat yang menjadi tradisi, di Desa Pelem Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan Jawa Timur ada suatu kesenian rakyat yang bernama Tari Eklek. Kesenian tersebut merupakan aset yangsangat berharga karena hanya satusatunya kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pelem, selain itu juga karena bentuk penyajian kesenian ini dianggap sangat menarik.Latar belakang  perancangan batik tulis dengan inspirasi Tari Eklek bertujuan mengembangkan motif melalui visual budaya yang belum diketahui masyarakat dan mendongkrak budaya dan pariwisata di Pacitan. Pendekatannya menggunakan teknik pengerjaan Gustami. Ini mencakup tiga tahap: fase eksplorasi (menemukan sumber  ide, mengumpulkan sumber referensi untuk mendapatkan bahan solusi desain, dan fase desain (visualisasi ide). Dari perspektif yang berbeda. Bentuk deskripsi lisan, termasuk beberapa pertimbangan (perwujudan tiga sketsa alternatif menjadi karya).Hasil perancangan motif batik dengan Inspirasi Cerita Terciptanya Tari Eklek Pacitanmenggunakan material mori primissima, terdiri dari 3 visualisasi desain. Warna yang digunakan adalah warna-warna batik klasik.    Kata Kunci: tari eklek, kesenian, Pacitan. Authors:Wahyu Rahmadina Kusumaningtyas : Universitas Sebelas MaretRatna Endah Santoso : Universitas Sebelas MaretReferences:Affanti, Tiwi Bina. (2008). Ornamentik. Surakarta: Fakultas Seni Rupa dan Desain.Anang. (2021).“Tari Eklek”. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Maret 2021, Pacitan.Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Edisi Ke IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Dewantara, Ki Hajar. (1977). Karya Ki Hajar Dewantara:Bagian I-Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Pancasila.Gustami, Sp. (2007). Butir-butir Mutiara Estetika Timur. Yogyakarta: Prasista.Hamzuri. (1985). Batik Klasik-Classical. Jakarta: Djambatan.Ismunandar, R.M. (1985). Teknik dan Mutu Batik Tradisional-Mancanegara. Jakarta: Dahara Prize.Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda Prawira. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.Kelompok Penyusunan Kamus Pusat Pengembangan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Kusumaningtyas, Wahyu Rahma. (2021).“Eklek Grindulu”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 30 Juni 2021, Pacitan.Pustekkom, Kemdikbud. (2019). Teknik Stilasi. https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Seni%20Motif/topik5.html (diakses tanggal 17 November 2020).Salamun, dkk. (2013). Kerajinan Batik dan Tenun. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.Sumintarsih, (2014). Tari Eklek. Yogyakarta: WBTB BPNB.Supangkat, Jim dan Rizki A. Zaelani. (2006). Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas. Jakarta: Art Fabrics bekerja sama dengan KPG.Susanto, Mikke. (2002). Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.Susanto, S. K. Sewan. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI.Widyanti, Nunung. (1994). Perkembangan Fungsi Tari Eklek di Desa Pelem Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan. Yogyakarta: FSP ISI Yogyakarta.Wuryani, Sri. (2013). Pembinaan Batik Ponorogo. Jurnal Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Surakarta, 5(1), 52-67. https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/abdiseni/article/download/193/195
STUDI TENTANG PEWARNAAN ALAM BATIK STUDI KASUS DI RUMAH BATIK KRINOK KECAMATAN RANTAU PANDAN KABUPATEN MUARA BUNGO JAMBI Euis Yuliana; Adriani Adriani
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32889

Abstract

This research is about natural coloring in batik at Krinok Batik House, Muara Bungo Regency. The advantages of natural dyes lie in the results of soft colors and are environmentally friendly. Each natural material produces a different color with the color direction determined by the mordant used. Krinok batik house uses natural materials in the form of leaves behind the wind, tingi bark, and tegeran wood. The purpose of the study was to describe natural color materials, techniques for making natural color extracts, batik coloring techniques with natural dyes, the results of natural batik colors at the Krinok batik house, Muara Bungo Regency. This research method is qualitative. The types of data are primary and secondary. The informant, the owner and craftsman of the Krinok Batik House, found 7 people. Data was collected by using observation, interview, and documentation techniques. The data analysis technique was carried out with an interactive model related to the problems of data collection, data reduction, data presentation and conclusions. The results of the study are natural materials that the authors examine there are 3 types including tegeran wood, sebalik wind leaves, and tingi bark. Previously, no one had researched the leaves behind the wind as a natural dye for batik. The process of extracting color by preparing tools and materials, weighing natural ingredients, then adding soda ash which serves to sharpen the color during the manufacturing process. Then the filter material and the dyeing process of the cloth are soaked in TRO first, then with natural dyes, then fixed with whiting. The color results produced by the leaf extract of Sebalik Angin: Light Golden Yellow, Paris Daisy Yellow tegeran wood, Sandy Brown high bark.Keywords: natural coloring, batik, krinok batik. AbstrakPenelitian ini tentang pewarnaan alam pada batik, di Rumah Batik Krinok Kabupaten Muara Bungo. Kelebihan pewarna alam terletak pada hasil warna lembut serta ramah lingkungan. Setiap bahan alam menghasilkan warna yang berbeda dengan arah warna ditentukan oleh mordan yang digunakan. Rumah batik krinok menggunakan bahan alam berupa daun sebalik angin, kulit kayu tingi, dan kayu tegeran. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan bahan warna alam, teknik pembuatan ekstrak warna alam, teknik pewarnaan batik dengan pewarna alam, hasil warna alam batik di rumah batik Krinok Kabupaten Muara Bungo. Metode penelitian ini kualitatif. Jenis datanya adalah primer dan sekunder. Informan ialah pemilik dan pengrajin Rumah Batik Krinok berjumlah 7 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan model interaktif yang berkaitan dengan permasalahan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu bahan alam yang penulis teliti ada 3 jenis diantaranya kayu tegeran, daun sebalik angin, dan kulit kayu tingi. Sebelumnya belum ada yang meneliti daun sebalik angin sebagai pewarna alam batik. Proses ekstrak warna dengan cara menyiapkan alat dan bahan, menimbang bahan alam, kemudian ditambahkan soda abu yang berfungsi untuk mempertajam warna saat proses pembuatan. Lalu bahan direbus disaring dan didinginkan. Proses pencelupan kain direndam TRO lebih dahulu, kemudian dengan zat warna alam, selanjutnya difiksasi dengan kapur sirih. Hasil warna yang dihasilkan ekstrak daun sebalik angin : Light Golden Yellow, kayu tegeran Paris Daisy Yellow, kulit kayu tingi Sandy Brown.Kata Kunci: pewarnaan alam, batik, batik krinok. Authors:Euis Yuliana: Universitas Negeri PadangAdriani: Universitas Negeri Padang References:Andriani, R., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2016). Perbedaan Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica Linn) Dan Jeruk Purut (Citrus Histrix) Terhadap Hasil Pencelupan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidium D. Don) Pada Bahan Sutra. Journal of Home Economics and Tourism, 12(2), 68-85. https://media.neliti.com/media/publications/71872-ID-none.pdfDewi S. I. M. Ardana, M & Rijai L. (2016). Kandungan Metabolite Sekunder dan Uji Aktivitas Daun Pila-Pila (Mallotus Paniculatus) In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences 20(4), 344-350. https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/index.php/mpc/article/view/203Fakhrikun. (2018).  Kearifan Lokal Motif Batik Semarang Sebagai Ide Dasar Model Kreatif Desain Kaus Digital Printing. Teknobuga: Jurnal Teknologi Busana dan Boga, 6(1). 16-34. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/teknobuga/article/view/16669Farida, R., & Nisa, F. C. (2014). Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan: Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2),362-373. https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/152/161Fitriana, L., & Adriani, A. (2019). Perbedaan Hasil Pencelupan Bahan Linen Dan Katun Pada Zat Warna Alam Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Mordan Air Kelapa. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 155-159. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/12981Sugiono. (2020). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitaif R&D dan penelitian pendidikan. Bandung: Alfabet.

Page 2 of 3 | Total Record : 26