cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 26 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa" : 26 Documents clear
MANIFESTASI LAMBI TEI, TENUN IKAT ASAL ROTE NDAO Retno Walfiyah; Ira Adriati
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32859

Abstract

The manifestation of Lambi tei, ikat weaving from Rote Ndao is one of the many cultural products of the people on the island of Rote Ndao, namely a special ikat called Lambi Tei made using young gewang leaf fibers or called hakenak. In the past, when cotton had not been planted in Rote, at the behest of the Dutch through the cultur stelsel, the people of Rote made clothing from the fibers of young gewang leaves. The motifs emerged when cotton was present and then people made yarn. When the nobility made patterned cloth, the commoners only weaved plain cloth and then dyed it black. Rote Island is located at the southern tip of Indonesia and Lambi Tei ikat weaving has a dominant role in almost every activity of the Rote Ndao community, especially its function during traditional wedding rituals, funeral ceremonies, and is one of the benchmarks for women's maturity. Initially, the fibers used were young gewang leaves without motifs which later developed into a unique motif and became the pride of every clan (family). Each clan will have a distinctive motif, and usually the to'o (uncle) of the mother's family becomes the leader for the delivery of cloth. The characteristic color of Rote ikat weaving is black and white. The natural color used is thread soaked in mud in the lake where the animals wallow for months then soaked in pama'a, which is the skin of the nitas fruit, which is burned and then the ashes are soaked. Using qualitative methods, collecting data by interviewing related sources and studying Pustaka. Rote Ndao ikat weaving is very closely related to people's lives. Family motifs are considered valuable because they are hereditary. The Rote Ndao ikat motif is a manifestation of their life.Keywords: lambi tei, tenun ikat, gewang. AbstrakManifestasi Lambi tei, tenun ikat asal Rote Ndao adalah satu dari banyak produk budaya masyarakat di pulau Rote Ndao adalah tenun ikat khas bernama Lambi Tei dibuat menggunakan serat daun gewang muda atau disebut dengan hakenak. Di masa lalu saat kapas belum ditanam di Rote atas perintah belanda melalui cultur stelsel penduduk Rote membuat busana dari serat daun gewang muda. Motif-motif muncul ketika kapas hadir dan kemudian orang membuat benang. Ketika kaum bangsawan membuat kain yang bermotif, rakyat jelata hanya menenun kain polosan dan kemudian diwarnai hitam. Pulau Rote terletak di ujung selatan Indonesia dan tenun ikat Lambi Tei memiliki peran yang dominan pada hamper setiap aktivitas masyarakat Rote Ndao, terutama fungsinya ketika acara ritual adat pernikahan, upacara kematian, dan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan perempuan. Awal mula yang digunakan adalah serat daun gewang muda tanpa motif kemudian berkembang menjadi  motif yang unik dan menjadi  kebanggaan setiap marga (family). Setiap marga akan memiliki motif khas, dan biasanya to’o (paman) dari keluarga ibu menjadi pimpinan untuk penyerahan kain. Ciri khas warna tenun ikat Rote adalah warna hitam dan putih. Warna alami yang digunakan adalah benang yang direndam dalam lumpur di danau tempat berkubangnya hewan-hewan selama berbulan-bulan kemudian direndam dalam pama’a yaitu kulit buah nitas dibakar kemudian abu tersebut direndam. Menggunakan kualitatif, melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara sumber terkait dan studi Pustaka.Tenun ikat Rote Ndao sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya. Motif keluarga dianggap sebagai sesuatu yang berharga karena bersifat turun temurun. Motif tenun ikat Rote Ndao merupakan manifestasi kehidupan mereka.Kata Kunci: lambi tei, tenun ikat, gewang. Authors:Retno Walfiyah: Institut Teknologi BandungIra Adriati: Institut Teknologi Bandung References:Amalo, Gentry, “Kain Raja-Raja Termanu”. Hasil Wawancara Pribadi: 2 Mei 2021, Bandung.Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Haning, Paula. (2016). Fungsi Kain Tenun Ikat NTT, Asal-usul Bunga Sarung dan Selimut Orang Rote Ndao. http://paulahaning.blogspot.com/2016/02/fungsi-kain-tenun-ikat-ntt.html. (diakses tanggal 22 Mei 2021).James, J. Fox. (1960). Master Poets, Ritual Master The Art of Oral Composition Among the Rotenese of Eastern Indonesia. Australia: Australia Nation University.Lenggu, Margareth. (2020). Perempuan di Balik Tinta. Jakarta: Loka Media.Wilson, Markus Andreas T. (2014). Relasi Negara dan Masyarakat Rote. Salatiga: Satya Wacana University Press.Melalatoa, Junus. (1995). M. Ensiklopedia Suku Bangsa D Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.Blanc, W. S., & Sukardja, P. (2016). Tenun Ikat Masyarakat Kampung Ndao di Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Humanis, 270-278.
INOVASI PRODUK FASHION DENGAN MENERAPKAN KARAKTER VISUAL CHIAROSCURO MENGGUNAKAN TEKNIK CETAK TINGGI CUKIL KAYU BLOCK PRINTING Mochammad Sigit Ramadhan; Kikit Nur Yulianti; Dede Ananta
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.33052

Abstract

The peculiarities of conventional techniques in textile processing make a significant contribution to the artwork’s value in terms of aesthetics and originality. The woodcut relief printing technique, also known as block printing, is a conventional surface design textile technique with its characteristics in terms of technical work and the resulting visual effects. The visual character of chiaroscuro can be built with the composition of color values with different intensities through the printing plate or matrix printing process in the block printing area. The primary purpose of this study is to determine the opportunities for textile materials to be processed using relief woodcut block printing with chiaroscuro visual characteristics in craft-based fashion product design. This study uses a qualitative method to analyze the studies' results based on data collection and application theories from literature and observations. So, it is possible to develop through experiments and analyses following research objectives. The research results include the visualization of motifs in the form of stylized images of fire and sky on sheets of ATBM woven cloth with kenaf and hemp fibers using a relief woodcut block printing with the multi-block method. Then it is implemented into a menswear fashion collection consisting of 5 (five) fashion design looks with a focus on placing motifs on the tops of shirts, jackets, and bomber jackets. Keywords: chiaroscuro, block printing, craft, fashion. AbstrakKekhasan teknik konvensional dalam pengolahan tekstil memberikan sumbangan yang signifikan bagi nilai sebuah karya baik dari segi estetika maupun orisinalitas. Teknik cetak tinggi cukil kayu atau disebut juga block printing merupakan salah satu teknik surface design textile konvensional yang memiliki karakteristik tersendiri dalam hal teknis pembuatan karya maupun efek visual yang dihasilkan. Karakter visual chiaroscuro dapat dibangun dengan komposisi nilai warna dengan intensitas berbeda melalui proses pencetakan plat cetak atau matriks pada bidang cetak block printing. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peluang material tekstil yang diolah menggunakan teknik cetak tinggi cukil kayu block printing berkarakter visual chiaroscuro pada perancangan produk fashion berbasis kriya. Pada penelitian ini metode kualitatif digunakan sebagai panduan di mana analisis atas hasil kajian berdasarkan pengumpulan data, penerapan teori, serta observasi yang menunjang sehingga dapat dilakukan pengembangan melalui eksperimen dan analisis sesuai tujuan penelitian. Hasil penelitian diantaranya adalah visualisasi motif berupa stilasi image api dan langit pada lembaran kain tenun ATBM serat kenaf dan rami dengan menggunakan teknik cetak tinggi cukil kayu block printing metode multi-block. Kemudian diimplementasikan menjadi satu koleksi fashion menswear yang terdiri dari 5 (lima) look rancangan busana dengan fokus penempatan motif berada pada bagian atasan berjenis kemeja, jacket dan bomber jacket.Kata Kunci: chiaroscuro, block printing, kriya, fashion. Authors:Mochammad Sigit Ramadhan : Universitas TelkomKikit Nur Yulianti : Universitas TelkomDede Ananta : Institut Seni Budaya Indonesia Bandung References:Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia. (2003). Ragam Busana Pria. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Barnard, M. (2002). Fashion as Communication. USA: Routledge.Buckland, J. W. (1973). Etching and Engraving, Techniques and Modern Trend. USA: Dover Publication Inc.Budiyono. (2008) Kriya Tekstil Jilid 3. Jakarta:  Departemen Pendidikan Nasional.Bunka Fashion College. (2009). Fundamental of Garment Design. USA: Bunka Fashion College.Darmaprawira, S. W. (2008). Warna: Teori dan Kreativitas penggunaannya. Bandung: Penerbit ITB.Dumamika, T. A., & Ramadhan, M. S. (2021). Pengaplikasian Teknik Block Printing dengan Material Kayu Bekas Kebakaran Hutan Kalimantan Barat pada Pakaian Ready to Wear. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(02), 277–286. https://doi.org/https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.27154Frings, G. S. (1987). FASHION: From Concept to Consumer. USA: Prentice-Hall.Gnann, A., Eskerdjian, D., & Foster, M. (2014). Chiaroscuro: Renaissance Woodcuts from Collections of Georg Baselitz and the Albertina, Vienna. USA: Royal Academy of Arts.Hughes, A. & Morris, H. V. (2008). PRINTMAKING Traditional and Contemporary Techniques. USA: RotoVision.Kamal. (2022). Menswear Market Size 2021 | Industry Share, Growth, Trends And Forecast 2026. ZNews Africa. https://znewsafrica.com/news/90777/menswear-market-size-2021-industry-share-growth-trends-and-forecast-2026/Kemenparekraf. (2014). Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. Jakarta: Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif RI.Kudiya, K. (2019). Kreativias dalam Desain Batik. Bandung: ITB Press.Perangin Angin, D. A. K. (2020). Pengaplikasian Teknik Anyaman Pada Busana Muslim Bergaya Casual Sporty. Jurnal ATRAT, 8(3), 111–120. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v8i3.1606Ramadhan, M. S. (2018). Penerapan Metode Reduksi pada Penciptaan Karya Seni Grafis Cetak Tinggi Cukil Kayu Chiaroscuro. Jurnal Rupa, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.25124/rupa.v3i1.1330Riyanto, A. A. (2003). Teori Busana. Bandung: Yapemdo.Yulianti, N. A. (1998). Busana Pria. Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta.
PEWARNAAN BATIK ZAT SINTETIS DI RUMAH BATIK PANDAN MANGURAI KOTA SUNGAI PENUH Trisna Aprilia; Adriani Adriani
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.29839

Abstract

This study uses synthetic dyes in the dyeing process of synthetic dye batik in Sungai Penuh City (Case Study at Rumah Batik Pandan Mangurai). The purpose of this study is to describe the recipe and process of batik coloring at Rumah Batik Pandan Mangurai. This research method is descriptive qualitative method, primary data with secondary data, research informants batik business owners and workers at Rumah Batik Pandan Mangurai. The instrument in the researcher's own research, which uses an observation guide, an interview guide, a documentation guide then the equipment used is a recording (camera). The validity of the data was obtained through careful observation, and trigulation. The data were analyzed using data reduction, data presentation and gathering conclusions. The conclusion is the research on recipes and dyeing techniques used at Rumah Batik Pandan Mangutai with a vlot of 1:20 and the dye used is 5gr per 200 gr of fabric. Using 5000 ml of water for the dye used in this batik coloring technique using naptho, indigosol and remasol dyes. And using TRO to remove the starch on the cloth so that the color results are perfect. The coloring technique used is the dyeing technique, which is repeated as desired. Keywords: recipes, techniques, batik synthetic substances. AbstrakPenelitian ini pewarnaan Batik Zat Sintetis di Kota Sungai Penuh (Studi Kasus di Rumah Batik Pandan Mangurai)  menggunakan pewarna sintetis pada proses mewarnai kain batik  pewarna sintetisnya terdiri dari zat pewarna napthol, zat pewarna indigosol, dan zat pewarna remasol. Tujuan dari penelitian ini guna mendiskripsikan resep dan proses pewarnaan batik di Rumah Batik Pandan Mangurai. Metode penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif, data primer dengan data sekunder, informan penelitian pemilik usaha batik dan pekerja di Rumah Batik Pandan Mangurai. Instrumen pada penelitian peneliti sendiri, yang menggunakan panduan obesrvasi, panduan wawancara, panduan dokumentasi kemudian peralatan yang digunakan ialah perekaman (kamera). Keabsahan data didapatkan melalui telitian pengamatan, dan trigulasi. Data dianalisis memakai reduksi data, penyajian data serta pengumpulan kesimpulan. Kesimpulan yang penelitian  resep dan teknik pewarnaan yang digunakan di Rumah Batik Pandan Mangutai dengan vlot 1:20 dan zat pewarna yang digunakan yaitu 5gr per 200 gr kain. Menggunakan 5000ml air untuk zat pewarna yang pakai pada teknik pewarnaan batik ini dengan menggunakan zat warna naptho, indigosol dan remasol. Dan menggunakan TRO untuk menghilangkan kanji yang ada dikain agar hasil warnanya sempurna.Teknik pewarnaan yang digunakan menggunakan teknik celup, yang dilakukan berulang-ulang sesuai dengan keinginan.Kata Kunci: resep, teknik, batik zat sintetis. Authors:Trisna Aprilia: Universitas Negeri PadangAdriani: Universitas Negeri Padang References:Barcode, T. S. (2010). Batik. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.Chatib, Winarni. (1980). Pengetahuan Bahan Tekstil 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidkan Menengah Kejuruan.Herina, Sri  and Yuniasari, Dwi. (2013). Pewarnaan. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.Noor, F. (2007). Teknologi Tekstil dan Fashion. Yogyakarta: UNY Press.Ramanto, Muzni. (2007). Pengetahuan Bahan Seni Rupa  Dan Karya. Padang: UNP Press.Setiawati, P. (2004). Kumpas Tuntas Teknik Proses Membatik . Yogyakarta: Absolut.Soermarjadi, dkk. (1992). Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.Sunarto. (2008). Teknologi Pencelupan Dan Pengecapan Jilid III. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.Tejahjani, I. (2013). YUk, Membatik!. Jakarta: Esensi. 
ANALISIS PEMAKNAAN DAN TANDA PADA DESAIN LOGO GP MANDALIKA SERIES Sasih Gunalan; Haryono Haryono; I Nyoman Miyarta Yasa
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.34285

Abstract

The existence of the GP Mandalika series logo design is very important to do to brand existing activities. In this paper, the author will specifically make a study of the meanings and signs implied in the GP Mandalika logo. This paper aims to make a study and analysis of the meanings and signs contained in the GP Mandalika series logo design. The type of research method used in this paper is qualitative research, with the analytical method using Charles Sander Peirce's semiotic triadic theory. In this theory there are three important points as a sub-study. Such as object, interpretant and representamen. These three points in Peirce's triadic theory are known as the semiosis process, which is also a study process in analyzing the meanings and signs of the GP Mandalika series logo design. Some of the results of the studies found in this study, are that there are several elements of visual communication design in the GP Mandalika series logo. The logo elements are in the form of monograms and wordmarks which are also a trademark for racing events at the Mandalika GP series. The monogram is an abstract form consisting of a mosaic of constituent letters in the abbreviation GP Mandalika. The wordmark on the GP Mandalika series logo uses the Arial typeface which has been modified in several parts. The combination of letters and the use of the right colors strengthens the identity of the logo. Overall, the design of the GP Madalika series logo can represent the cultural identity of Indonesia, especially Lombok and the competitive sport of racing through the shape of the existing logo. It is hoped that the existence and business of cultural branding and activities will continue to be carried out as an effort to preserve the locality values they have. Keywords: analysis, signs, GP Mandalika Series. AbstrakKeberadaan desain logo GP Mandalika series, sangat penting dilakukan untuk membranding kegiatan yang ada.  Pada tulisan ini, penulis akan secara khusus membuat kajian tentang makna dan tanda yang tersirat pada logo GP Mandalika. Tulisan ini bertujuan untuk membuat kajian dan analisis makna dan tanda yang terdapat pada desain logo GP Mandalika series. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini ialah penelitian kualitatif, dengan metode analisis menggunakan teori triadik semiotik Charles Sander Peirce. Dalam teori ini terdapat tiga point penting sebagai subkajian. Seperti objek, interpretan dan representamen. Ketiga poin dalam teori triadik Peirce ini dikenal sebagai proses semiosis, yang sekaligus sebagai proses kajian dalam menganalisis makna dan tanda pada desain logo GP Mandalika series. Beberapa hasil kajian yang ditemukan dalam penelitian ini, ialah terdapat beberapa elemen desain komunikasi visual pada logo GP Mandalika series. Elemen logo tersebut berupa monogram dan wordmark yang sekaligus menjadi trademark event balap di GP Mandalika series. Monogram berupa bentuk abstrak yang terdiri mozaik huruf penyusun dalam singkatan GP Mandalika. Wordmark pada logo GP mandalika series menggunakan jenis huruf arial yang telah dimodifikasi pada beberapa bagian. Kombinasi bentuk huruf dan penggunaan warna yang tepat menguatkan identitas pada logo tersebut. Secara kesluruhan desain logo GP Madalika series dapat mewakili identitas budaya Indoneisa, khususya Lombok dan kompetitifnya olahraga balap melalui bentuk logo yang ada. Diharapkan eksistensi dan usaha branding budaya dan kegiatan terus dilakukan sebagai usaha melestarikan nilai lokalitas yang dimiliki.Kata Kunci:analisis, tanda, GP Mandalika Series.  Authors:Sasih Gunalan : Universitas BumigoraHaryono : Universitas BumigoraI Nyoman Miyarta Yasa : Universitas Bumigora References:Alex, Sobur. (2001). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.Budiman, Kris. (2004). Semiotik Visual. Yogyakarta: Jalasutra.Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.Departemen Pendidikan Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Fiske, Jhon. (2001). Cultural and Communication Studies.Yogyakarta: Jalasutra.Noname. (1982). Introduction to communication studies. London: Routledge.Gunalan, Sasih.  (2020). Representasi Lokalitas pada Ilsutrasi Desain Kaos Art Series Sasaku Lombok.  Proseding Semnades. Jawa Timur: Universitas Maarif Hasyim Latif.Gunalan, Sasih. (2020). Analisis Pemaknaan Semiotika Pada karya Iklan Layanan Masyarakat.  Jurnal Nawala Visual, 2(2), 44-51. https://doi.org/10.35886/nawalavisual.v2i2.117Hariwijaya. (2008).  Pedoman Penulisan Proposal Ilmiah. Yogyakarta: Oryza.Jefkins, Frank. (1997). Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset.Morioka, S, Adam, & Stone, T. (2004). Logo Design Workbook: A Hands-On Guide To Creating Logos. Amerika: Rockport.Peirce, Charles Sanders. (1982). Logic as Semiotics: The Theory of Sign”. Bloomington: Indiana Universty Press.Piliang, Yasraf, Amir. (2018). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.Safanayong, Y. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.Wirania, Swasty. (2016). Branding: Memahami dan Merancang Strategi Merek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Zaimar, Okke K.S. (2008). Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Sosial.
EKSISTENSI TENUN SONGKET HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Hendra Hendra; Dika Agustin
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.28908

Abstract

This study aims to determine the products produced by Halaban Puti Sariau songket weaving, the structure of the motifs, and the development of the placement of songket weaving motifs found in Halaban Puti Sariau songket weaving. This study uses a qualitative research method with a theoretical approach to form, structure, and development. Data was collected through literature study, observation, interviews, and documentation.The products that have been produced by Halaban Puti Sariau songket weaving are songket, scarves, songket bags, songket clothes, women's songket woven clothes, and woven scarves with a combination of embroidery and embroidery. The structure of the applied motifs is arranged vertically and horizontally, the typical songket woven from Halaban is metallic songket weaving. So that is what makes the difference between Halaban songket weaving and songket weaving from other regions. The development of the placement of motifs lies in the use of old motifs that apply several motifs in one songket woven cloth, then develop using only one kind of motif in the middle of the cloth.Keywords: songket weaving, structure, development.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk yang dihasilkan tenun songket Halaban Puti Sariau, struktur motif, serta perkembangan penempatan motif tenun songket yang terdapat di tenun songket Halaban Puti Sariau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori bentuk, struktur, dan perkembangan. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Produk yang telah diproduksi tenun songket Halaban Puti Sariau berupa songket, selendang, tas songket, bahan baju songket, baju tenun songket wanita, dan selendang tenun dengan kombinasi sulam dan bordir. Struktur motif yang diterapkan tersusun secara vertikal dan horizontal, tenunan songket khas dari Halaban yaitu tenun songket metalik. Maka itulah yang menjadi pembeda antara tenun songket Halaban dengan tenun songket dari daerah lainnya, Perkembangan dari penempatan motif terletak pada penggunaan motif lama yang menerapkan beberapa motif dalam satu buah kain tenun songket, lalu berkembang dengan menggunakan satu macam motif saja pada bagian tengah kain.  Kata Kunci: tenun songket, struktur, perkembangan.  Authors:Hendra : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDika Agustin : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Garang, Dt., Dkk. (2019). Tenun Songket Sumatra Barat. Bekasi: CV. Sarana cipta Kreasi.Halimah, Siti. (2003). Tenun Siak Rahma di Kampung Rempak Kecamatan Siak Indrapura Kabupaten Siak Propinsi Riau (Skripsi).  Padangpanjang: Jurusan Kriya STSI Padangpanjang.Hospers, Jhon. (2018). Fisafat Seni The Philosophy of Art (Sebuah Pengantar Metodologi). Yogyakarta: Thafa Media.Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma. Kartika, Dharsono Sony. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains._______.(2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.Kartiwa, Suwati. (1989). Kain Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan.Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakary.Malik, Abdul., dkk. (2004). Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Rahmanita, Nofi. (2010). Tenun Songket.  Padangpanjang: Institut Seni Indonesia Padangpanjang.Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
PROSES PEWARNAAN BATIK DI KECAMATAN LUNANG PESISIR SELATAN (STUDI KASUS DI RUMAH BATIK DEWI BUSANAA LUNANG) Yola Suhaini; Adriani Adriani
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.31245

Abstract

This research is about coloring batik which do at the batik house Dewi Busana Lunang located in the district Lunang  districts Pesisir Selatan using synthetic dyes indigosol and remazol in batik staining technique. Synthetic dyes are used because they are fast and practical so that coloring is easier to do, and has good fastness. This research aims to describe dyestuffs recipes and batik coloring techniques at house Dewi Busana Lunang in the district Lunang districts Pesisir Selatan. metod uses a type of qualitative descriptive method is This research. Data collection was carried out whit observation techniques, interviews, and documentation. In this research the informants are leaders and batik craftsmen tho know about batik coloring techniques at the House Batik Dewi Busana Lunang. The instrument in this study is the researcher himself, the type of data used is primary and secondary data. Next, the data is studied and analyzed by stage of data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The legality data is do by triangulation of the leadership.The results of the study can be seen: the dye used at House Batik Dewi Busana Lunang is using synthetic dyes in the form of indigosol and remazol. For the coloring recipe, use a vlot 1:5, 5 grams of  dye mixed with 1 liter water. Because, coloring agents prepared for brushes and dabs are not for dyeing. The coloring technique used is a brush technique for two times of coloring.Keywords: dyestuffs, recipes, coloring techniques. AbstrakPenelitian ini mengenai pewarnaan batik yang dikerjakan di Rumah Batik Dewi Busana Lunang yang beralamat di Kecamatan Lunang Pesisir Selatan yang menggunakan pewarna sintetis indigosol dan remazol pada teknik pewarnaan batik. Zat warna sintetis digunakan karena penggunaannya yang cepat dan praktis sehingga pewarnaan lebih mudah dilakukan, serta memiliki ketahanan luntur yang baik. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan zat warna, resep dan teknik pewarnaan batik di Rumah Dewi Busana Lunang di Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Metode deskriptif kualitatif merupakan teknik penelitian ini, pengumpulan data dimulai dengan memanfaatkan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk penelitian ini informannya ialah pemilik dan orang pengerajin batik yang memahami mengenai teknik pewarnaan batik di Rumah Batik Dewi Busana Lunang. Instrument untuk penelitian ini yaitu peneliti sendiri, jenis data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. kemudian, data dikaji dan dianalisis dengan tahap reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilaksanakan dengan triangulasi terhadap pemilik. Hasil penelitian ini dapat dilihat: zat warna yang digunakan di Rumah Batik Dewi Busana Lunang yakni memakai pewarna sintetis berupa indigosol dan remazol. Untuk resep pewarnaan menggunakan vlot 1:5, 5gr zat pewarna dicampur dengan 1 liter air. Karena zat pewarna yang dipersiapkan untuk kuas dan colet bukan untuk pencelupan. Teknik pewarnaan yang digunakan menggunakan teknik kuas untuk 2 kali pewarnaan.Kata Kunci:zat warna, resep, teknik pewarnaan. Authors:Yola Suhaini : Universitas Negeri PadangAdriani : Universitas Negeri Padang References:Susanto, S. (1973). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.Sri, Herlina dan Dwi, Yuniasari. P. (2013). Pewarnaan untuk SMK. Jakarta: Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.Supriono. Primus. (2016). The Heritage of Batik Identitas Pemersatu Kebanggan Bangsa. Yogyakarta: ANDI OFFSET.Sri Soedewi, Samsi. (2011). Teknik dan Ragam Hias Batik. Yogyakarta: Titian Foundation.Setiawati, Puspita. (2004). Kupas Tuntas Teknik Proses Membatik. Yogyakarta: ABSOLUT.Wulandari, Ari. (2011). Batik Nusantara. Yogyakarta: ANDI OFFSET.Yulia, Aryani. (2014). Modul Pembelajaran Batik untuk Kelas XI. Padang: UNP.

Page 3 of 3 | Total Record : 26