cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 56 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa" : 56 Documents clear
ANALISIS KARYA SENI LUKIS YASRUL SAMI Prety Chia; Nessya Fitryona
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39582

Abstract

Yasrul Sami is one of the West Sumatran artists who is consistent with his work with the abstract expressionism genre. His work is quite unique by featuring unusual elements, such as symbolic letters and numbers. The problem in this research is how the journey of Yasrul Sami's works and the characteristics of his paintings. This research is a qualitative research in the form of descriptive analysis, using the sociological approach of Vera L. Zolberg and art criticism by Edmund Burke Feldman. Data were obtained by using observation, interview, and documentation techniques by Milles and Huberman. The data analysis technique uses data triangulation by Mathinson, namely triangulation of sources, techniques and time. Based on the results of the research, Yasrul Sami's creative journey began when he was little, there were several people involved and became Yasrul's motivation to become an artist as well as a lecturer. Yasrul's work when he was young was in the form of geometric lines, during his junior high school years he painted realistic landscapes. During his high school years, he stopped painting and continued at the SMSR school and continued his education in abstract expressionism until now. Characteristic of Yasrul Sami's work based on an art criticism approach, it was found that the use of symbols of numbers, letters, repeated triangular geometric elements, water droplets and colors that were classified as gloomy matched Yasrul Sami's character. The conclusion of this study is based on sociological theory and art criticism in Yasrul's work is influenced by social and community institutions that shape Yasrul Sami's character. Keywords: Yasrul Sami, abstract, sociology, critic.AbstrakYasrul Sami merupakan salah seorang seniman Sumatera Barat yang konsisten dengan karyanya beraliran abstrak ekspresionisme. Karyanya cukup unik dengan menampilkan elemen yang tidak biasa, seperti huruf dan angka yang simbolik. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana perjalanan karya Yasrul Sami dan ciri khas dari karya lukisnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berupa analisis deskriptif, dengan pendekatan sosiologi Vera L. Zolberg dan kritik seni oleh Edmund Burke Feldman. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi oleh Milles dan Huberman. Teknik analisis data menggunakan triangulasi data oleh Mathinson yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu. Berdasarkan hasil penelitian, perjalanan kekaryaan Yasrul Sami dimulai ketika ia kecil, ada beberapa orang yang terlibat dan menjadi motivasi Yasrul untuk menjadi seorang seniman sekaligus dosen. Karya Yasrul ketika kecil berupa goresan garis geometris, masa SMP melukis pemandangan realis, masa SMA berhenti melukis dan dilanjutkan kembali pada sekolah SMSR dan melanjutkan pendidikan kuliah dengan karya abstrak ekspresionisme sampai sekarang. Ciri khas karya Yasrul Sami berdasarkan pendekatan kritik seni didapatkan bahwa penggunaan simbol angka, huruf, elemen geometris segitiga berulang, tetesan air dan warna yang tergolong suram sesuai dengan karakter Yasrul Sami. Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan dari teori sosiologi dan kritik seni dalam berkarya Yasrul dipengaruhi oleh instusi sosial dan masyarakat yang membentuk karakter Yasrul Sami.Kata Kunci: Yasrul Sami, abstrak, sosiologi, kritik. Authors:Prety Chia : Universitas Negeri PadangNessya Fitryona : Universitas Negeri Padang References:Donny, P. (2022). “Menganalisis Unsur-Unsur Karya”. Hasil Wawancara Pribadi: 3 Oktober 2022, Kota Padang.Dita, D. (2022).  “Menganalisis Unsur-Unsur Karya”. Hasil Wawancara Pribadi: 3 Oktober 2022, Kota Padang.Fauzie, M. (2017). Prosedur Kritik Seni Rupa.   Makalah tidak diterbitkan. Pendidikan Seni Rupa UNP Padang.Fitryona, N., & Erfahmi, S. (2013). Eksistensi Nurdin BS dalam Berkarya Seni Lukis. Serupa The Journal of Art Education, 1(3).Jasrizal, R. (2022). “Kajian Seni Rupa”. Hasil Wawancara Pribadi: 02 Agustus 2022, SMK Negeri 4 Padang.Katalog, K. (2004). Mempertimbangkan Tradisi Kampung dan Rantau. Jakarta: Panitian Pameran.Katalog, K. (2018). Japuik Tabao Jilid 3. Jakata: Bentara Budaya Jakarta.Muklisin, M., & Triyanto, R. (2020). Analisis Formal Lukisan Andi Ian Surya. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 292-299.Salam, S. (2020). Pengetahuan Dasar Seni Rupa. Makassar: Badan Penerbit      UNM.Soedarso, S. P. (2002). Pengantar Apresisasi Seni. Yogyakarta: STSRI.Sami, Y. (2022). “Warna Terang dalam Karyanya”. Hasil Wawancara Pribadi:  02 Februari 2022, Kota Padang.Hazry, Z. (2022). “Bersama Teman Sesenimannya”. Hasil Wawancara Pribadi: 02 Agustus 2022, SMK Negeri 4 Padang.Zolberg, V. L. (1990). Constructing a Sociology of The Arts. New York : Cambridge University Press.
IMPLEMENTASI RAGAM HIAS SONGKET PALEMBANG PADA RUANG PUBLIK SEBAGAI REPRESENTASI ESTETIK BUDAYA LOKAL PALEMBANG Husni Mubarat; Saaduddin Saaduddin; Muhsin Ihaq
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39818

Abstract

The Goverment of Palembang has shown their efforts on introducing "songket"  to public this movement can be seen from several buildings (public area) decorated with "songket" traditional pattern adding up the beauty and the image of Palembang local culture. However, as can be seen in some of its application are not stipulate the aesthetic rules, such as shape, color combination from "songket" pattern  and the building are not consistent and looks forced. This research has been done to analyze the form, meanings, and the presentation of "songket" Palembang traditional pattern in public area with aesthetic approach. Analysis method that used in this research are (1) intraaesthetic  method, is study of art which is related with physics manifestation such as, shapes and pattern. (2) extraaesthetic factor, is the study of an aspect come from to support the art itself itself such as, physiologist, society, culture, and nature. The results of this explanation are (1) form, the pattern of Palembang "songket" Which are implemented at few public area have the shape of bungo tanjong decoration, also pattern of berante star and pucuk rebong with maroon, green, yellow and gold color combination. (2) meanings, bungo tanjung pattern on "songket" Palembang represent hospitality, pucuk rebung pattern means luck, like the philosophy of bamboo tree which growth and bloom together, berante star pattern has the meaning of family relationship. (3) the presentation of tradisional "songket" Pattern implemented on public area building in Palembang like, gates and wall structure. The implementation of "songket" Pattern at some public area are an honor of Palembang cultural heritage from the past which is can fulfill the aesthetic desire of every citizen as visual cultural identity ( visual identity) although as educational media which is observed from messenge, meanings, and other important points which are implement on those pattern.Keyword : pattern, songket, Palembang, implementation, public. AbstrakUpaya pemerintah Kota Palembang memperkenalkan songket pada masyarakat luas terlihat dari beberapa bangunan (ruang publik) yang dihiasi dengan motif songket agar dapat menambah keindahan dan membangun citra kearifan lokal. Namun terlihat di beberapa penerapannya masih kurang memperhatikan kaidah-kaidah estetika, seperti bentuk dan kombinasi warna antara motif songket dan bangunan yang tampak tidak selaras dan terkesan dipaksakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalaisis wujud, bobot, dan penyajian motif songket Palembang pada ruang publik dengan pendekatan estetika. Adapun metode analisis yang digunakan, (1) analisis intraestetik, yaitu kajian karya seni yang berkaitan dengan manifestasi fisik, seperti bentuk dan corak, (2) faktor ekstraestetik, yaitu kajian terhadap aspek menjadi pendukung hadirnya karya seni, seperti psikologis, sosial, budaya, dan lingkungan alam. Hasil dan pembahasan, (1) wujud, motif songket Palembang yang diimplementasikan pada ruang publik berupa ragam hias bungo tanjong, motif bintang berante dan pucuk rebong dengan kombinasi warna merah maroon, warna hijau, kuning, dan warna keemasan, (2) bobot, motif songket Palembang bungo tanjung menunjukkan keramahtamahan, motif pucuk rebung bermakna keberuntungan layaknya filosofis pohon bambu yang tumbuh dan berkembang serta selalu hidup bersama, motif bintang berante memiliki makna hubungan kekeluargaan, (3) penyajian, motif songket diimplementasikan pada bangunan ruang publik di Kota Palembang, seperti gerbang, pagar dan dinding bangunan. Penerapan motif songket pada ruang publik merupakan penghargaan terhaddap tinggalan budaya masa lampau yang dapat memenuhi hasrat estetik masyarakat, sebagai identitas budaya visual (visual identity) maupun sebagai media edukatif yang dikaji melalui pesan, makna dan nilai-nilai yang terkandung pada motif tersebut.Kata Kunci: motif, songket, Palembang, implemenasi, publik.  Authors:Husni Mubarat : Universitas Indo Global MandiriSaaduddin : Institut Seni Indonesia PadangpanjangMuhsin Ilhaq : Universitas PGRI Palembang References:Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar (T. Razen (ed.); 1st ed.). Bandung: MSPI.Guntur. (2004). Ornamen Sebuah Pengantar (I). P2AI Surakarta.Hendra, H., & Agustin, D. (2022). Eksistensi Tenun Songket Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 11(1), 202. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.28908.Izzara, W. A., & Nelmira, W. (2021). Desain Motif Tenun Songket Minangkabau Di Usaha Rino Risal Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(2), 423. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.25928.Lestari, A., & Hera, D. W. (2021). Makna Motif Nago Besaung pada Kain Songket Pengantin di Rumah Songket Adis Palembang. Ars: Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 24(2), 135–142. https://doi.org/10.24821/ars.v24i2.4253.Mata Jendela Seni Budaya Yogyakarta. (2016). Mengartikulasikan Ruang Publik dan Karya Seni Akal Tidak Sehat. XI (1).p. 1-42.M, S. T. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia (3rd ed.). Penerbit Angkasa.Mubarat, H., & Iswandi, H. (2018). Aspek-Aspek Estetika Ukiran Kayu Khas Palembang. Jurnal Ekspresi Seni, 20, 139–152. https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/403/295.Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara Semarang CV.Rosita, H., Putri, D., & Destiarmand, A. H. (2020). Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Jurnal Ekspresi Seni Songket Motif Development of Ogan Ilir.Sila, I. N., & Made, B. I. D. A. (2013). Kajian Estetika Ragam Hias Tenun Songket Jinengdalem. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 2(1), 158–178.Syarofie, Y. (2009). Songket Palembang: Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, dan Tradisi (2nd ed.). Palembang: Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Dinas Pendidikan.Viatra, A. W., & Triyanto, S. (2014). Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenundi Indralaya, Palembang. Ekspresi Seni, 16(2), 168. https://doi.org/10.26887/ekse.v16i2.73.
TRANSFORMASI MOTIF TRADISI DARI MEDIA 2D KE 3D SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN BUDAYA VISUAL LAMPUNG Maria Veronika Halawa; Putri Kholida
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39856

Abstract

Each region undoubtedly owns traditional visual culture, and the most common are traditional motifs whose existence is now increasingly evident. The bamboo shoots (pucuk rebung), boats (kapal), and ferns (pucuk pakis) motifs are part of the traditional Lampung motifs, which are generally found on traditional fabrics used in traditional Lampung cultural events. In its development, these motifs are dominantly used by Lampung people to produce new products in 3D (three-dimensional) media which previously used 2D media forms. The purpose of this research is to see how far the transformation process of these motifs has developed and its application in new 3D media. The method used is qualitative through field observations and interviews. The results showed that the transformation started from 3D media, which was then developed on 2D media (custom cloth), and is currently being developed again on 3D media. This transformation process is considered necessary and reasonable and has the support of the people of Lampung. With the cultural change, these traditional motifs are increasingly known by the people of Lampung and the broader community.Keywords: transformation, traditional motifs, 2D, 3D  AbstrakBudaya visual tradisional tentunya dimiliki oleh setiap daerah, paling umum adalah motif-motif tradisi yang pada zaman sekarang semakin jelas eksistensinya. Pucuk rebung, kapal, dan pucuk pakis, merupakan bagian dari motif tradisi Lampung, yang pada umumnya banyak dijumpai pada kain-kain adat, yang digunakan dalam acara adat tradisional masyarakat Lampung. Dalam perkembangannya, motif-motif tersebut dominan digunakan oleh pemilik budaya untuk memproduksi produk-produk budaya baru melalui media tiga dimensi (3D) yang sebelumnya lebih banyak diterapkan bentuk media dua dimensi (2D). Tujuan dari penelitian ini antara lain melihat perkembangan proses transformasi motif tradisi, serta penerapannya dalam media 3D. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan observasi lapangan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi justru dimulai dari media 3D yang kemudian dikembangkan pada media 2D, seperti kain adat, dan pada saat ini kembali lagi dikembangkan pada media 3D. Proses transformasi ini dianggap perlu dan wajar, dan mendapat dukungan dari masyarakat Lampung. Dengan adanya proses perubahan budaya tersebut motif-motif tradisi ini menjadi semakin dikenal oleh masyarakat Lampung khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.Kata Kunci: transformasi, motif tradisi, 2D, 3D. Authors:Maria Veronika Br Halawa : Institut Teknologi SumateraPutri Kholida : Institut Teknologi Sumatera References:Nur, M. H. A., Susyanti, S., & Budiman, A. (2019). Persepsi Visual Anak Muda Bandar Lampung Terhadap Motif Khas Lampung (Pucuk Rebung dan Kapal). Jurnal Bahasa Rupa, 3(1), 22-30.Fadila, A. (2017). Penerapan geometri transformasi pada motif Batik Lampung. In Semasdik Universitas Muhammadiyah Metro: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (365-370).Irwan, I. (2021). “Transformasi Motif-motif Lampung di benda kerajinan”.  Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juli 2021, PKOR Way Halim Lampung.Lisianti, S., Hagijanto, A. D., & Malkisedek, M. H. (2020). Kajian Visual Siger dalam Budaya Kontemporer Masyarakat Lampung. Jurnal DKV Adiwarna, 1(16), 11.Mesra, M., Kartono, G., & Ibrahim, A. (2022). Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara Pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 81-88.Mikaresti, P., & Mansyur, H. (2022). Pewarisan Budaya Melalui Tari Kreasi Nusantara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 147-155.Nasukah, B., & Winarti, E. (2021). Teori Transformasi dan Implikasinya pada Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 2(2), 177-190.Nugroho, M. P., Cahyana, A., & Falah, A. M. (2021). Penelitian Antropologi Kajian Etnografi Visual Pada Kain Tapis Lampung. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 18-26.Rahmat, S. P. N. (2021). Transformasi Dokumen Komunikasi Visual Sampul Buku Digital Dalam Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Sosial Budaya Bidang Desain Komunikasi Visual. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 172-183.Sachari, A., & Yan, Y. S. (2001). Wacana Transformasi Budaya. Bandung: ITB.Sari, D. M., & Purnomo, E. (2021). Efektifitas Usability (Penggunaan) Sign System Tempat Wisata Kota Sawahlunto sebagai Kota Tambang Berbudaya. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 254-261.Sari, G. P., & Arief, D. R. (2022). Transformasi Ragam Hias Kawung Kedalam Desain Bentuk Pola Modul Untuk Digunakan Pada Proses Pembuatan Produk Kulit Dengan Mendayagunakan Perca Kulit Menggunakan Teknik Modular Interlocking. Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit, 21(1), 56-67.Wahyuningsih, E. (2022). “Analisis Penerapan  Mengenai Motif Tradisi Lampung”. Hasil Wawancara Pribadi: 8 Oktober 2022, Museum Lampung.
BUSHCRAFT DALAM KARYA UKIR BATU Angga Elpatsa; San Ahdi; Defrizal Saputra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38312

Abstract

So far, many people don't know the term Bushcraft in detail, even though we see this language very often on our social media. In a narrow sense, some of us think that bushcraft is about adventure in the wild, or there are also those who think that this is the same as the science of survival in the wild. Indeed, some of these points of view are a bit close to the notion of bushcraft itself, both are related to survival in the wild, but there are differences. Bushcraft is more about using primitive tools made by hand as a medium for survival in the wild. This is one of the author's goals in the creation of this stone carving, using primitive human knowledge as a technique for survival. The method of creating this stone carving work is by elaboration and synthesis. Elaboration is an activity carried out by the author to find and collect the required data and work carefully. Then the data is analyzed in detail in the preparation process. Synthesis is a process of combining the results of the elaboration to be realized in a form of concept work. The creation of this work is an implementation of primitive culture as a way to survive. This stone carving later developed into a work of art that has aesthetic value in today's society. Not only as a form of survival in the wild, even bushcraft scholarship can also be a medium of survival in this era of globalization.Keyword : bushcraft, carving, stone. AbstrakIstilah Bushcraft sejauh ini masih banyak yang belum mengetahui secara detail, walaupun penggunaan bahasa ini sangat sering kita lihat dalam media sosial kita. Dalam makna sempitnya sebagian kita menganggap bushcraft ialah tentang berpetualang di alam liar, atau ada juga yang menganggap hal ini sama dengan keilmuan bertahan hidup di alam liar. Memang beberapa sudut pandang tersebut sedikit berdekatan dengan pengertian bushcraft itu sendiri, sama-sama berkaitan dengan bertahan hidup di alam liar, namun ada perbedaannya. Bushcraft lebih kepada penggunaan alat-alat primitif yang dibuat oleh tangan sebagai media untuk bertahan hidup di alam liar. Inilah salah satu tujuan penulis dalam penciptaan karya ukir batu ini, menggunakan keilmuan manusia primitif tersebut sebagai teknik untuk bertahan hidup. Metode penciptaan karya ukir batu ini adalah dengan elaborasi dan sintesis. Elaborasi merupakan kegiatan yang dilakukan penulis untuk mencari dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan serta pengerjaan karya dengan teliti. Kemudian data-data tersebut dianalisis secara rinci dalam proses persiapan. Sedangkan Sintesis merupakan suatu proses penggabungan hasil dari elaborasi untuk diwujudkan dalam sebuah bentuk konsep karya. Penciptaan karya ini merupakan   implementasi dari budaya primitif sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup. Ukiran batu ini kemudian berkembang menjadi sebuah karya seni yang bernilai estetik di tengah kehidupan masyarakat sekarang. Bukan hanya sebagai bentuk bertahan hidup di alam liar bahkan keilmuan bushcraft ini juga bisa menjadi sebagai media bertahan hidup di era globalisasi seperti sekarang ini.Kata kunci: bushcraft, ukiran, batu. Authors:Angga Elpatsa : Universitas Ngeri PadangSan Ahdi : Universitas Ngeri PadangDefrizal Saputra : Universitas Ngeri Padang References:Adiyuwono, N. S. (2008). Survival. Teknik Bertahan Hidup Di Alam Bebas. Bandung: Angkasa.Bahari, N. (2008). Kritik Seni Wacana: Wacana Apresiasi  dan  Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Fenton, L. (2016). Bushcraft and Indigenous Knowledge : Transformation of a Concept in the Modern World. Doctoral of Philosophy (PhD) Thesis, Inggris: University of Kent.Justin, M. R., Rohiman, R., & Darmawan, A. (2022). Desain Identitas Visual pada UMKM Ruang Keramik Studio Kota Metro Lampung. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 156-164. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.34948.Grave, R. (1984). Australian Bushcraft: A Guide To Survival & Camping. Australia: Pty Ltd.Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.Kartika, D. S. (2003). Tinjauan Seni Rupa Modern. Surakarta: Departemen Pendidikan Nasional STSI Surakarta.Marah, R. (1988). Ragam Hias Minangkabau. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Maulana, A. (2009). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.Oxford, E. D. (1989). A New English Dictionary on Historical Principles (NED).English: Oxford University Pressamadhan, M. S., Yulianti, K. N., & Ananta, D. (2022). Inovasi Produk Fashion dengan Menerapkan Karakter Visual Chiaroscuro Menggunakan Teknik Cetak Tinggi Cukil Kayu Block Printing. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 192-201. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.33052.Susanto, M. (2012). Diksi Rupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagad Art House.
ANALISIS PROSES PEREKAMAN MUSIK DENGAN METODE DIGITAL DI SANGGAR BUANA BANDA ACEH MASA PANDEMI CIVID-19 Benny Andiko; Benni Andika; Sabri Gusmail
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38737

Abstract

This research is entitled "Analysis of Music Recording Process with Digital Methods in Sanggar Buana Banda Aceh during the COVID-19 Pandemic". This study aims to determine the process of recording music using the Digital Method at Sanggar Buana Banda Aceh during the Covid-19 Pandemic. The tracking process of music recording on each instrument is recorded in the track.The overdub process is done by adding a new recording at the same time as the previously made recording is being played.The editing process uses an audio editor to enhance certain parts. The mixing process balances and combines the recorded tracks by prioritizing the principle of necessity. The equalizing process creates the sound character of traditional musical instruments based on the concept of sound frequency. The sound effect process provides an effect to strengthen the sound character of traditional musical instruments. The mastering process sets the standard volume, adjusts the frequency, removes or reduces effects that interfere with the character of the sound, balances and finalizes the audio as a whole. The research method used in this research is qualitative research as a research procedure that produces descriptive data in the form of written information and analysis using Studio One 5 software. The stages of data collection are: observation; literature review; interviews and documentation. The results and discussion of this research are; digital music recorder at Sanggar Buana Banda Aceh using digital recording equipment as follows; the Warm Audio WA 47 JR condenser microphone uses ambient miking techniques, the Focusrite Scarlett 18i8 3rd Gen audio interface; uses a multitrack recording technique with separate vocal tracks from Rapa'i; medium for delivering vocals and Rapa'i; the storage media is PreSonus Studio One 5 software. The recording process with the stages of tracking, overdub, editing, mixing, equalizing, sound effects and mastering.Keywords: analysis, recording process, music, sanggar buana. AbstrakPenelitian ini berjudul “Analisis Proses Perekaman Musik dengan Metode Digital di Sanggar Buana Banda Aceh pada Masa Pandemi COVID-19”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses Perekaman Musik dengan Metode Digital di Sanggar Buana Banda Aceh pada Masa Pandemi COVID-19. Proses tracking dari perekaman musik pada setiap instrument direkam dalam track. Proses overdub dilakukan dengan menambahkan rekaman baru pada saat yang bersamaan dimainkan rekaman yang telah dibuat sebelumnya. Proses editing menggunakan audio editor untuk menyempurnakan bagian tertentu. Proses mixing menyeimbangkan dan menggabungkan track rekaman dengan mengutamakan prinsip kebutuhannya. Proses equalizing menciptakan karakter bunyi dari alat musik tradisi berdasarkan konsep frekuensi bunyi. Proses sound effect memberikan efek untuk memperkuat karakter bunyi dari alat musik tradisi. Proses mastering menetapkan standar volume, mengatur frekuensi, menghilangkan atau menurunkan efek yang mengganggu karakter bunyi, menyeimbangkan dan finalisasi audio secara utuh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa informasi tertulis dan analisis menggunakan software Studio One 5. Tahapan pengumpulan data yaitu: observasi; studi pustaka; wawancara dan dokumentasi. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini yaitu; perekam musik dengan metode digital di Sanggar Buana Banda Aceh menggunakan peralatan rekaman digital sebagai berikut; microphone condenser Warm Audio WA 47 JR menggunakan teknik ambient miking, audio interface Focusrite Scarlett 18i8 3rd Gen; menggunakan teknik perekaman multitrack dengan track vokal terpisah dari Rapa’i; media penyampai vokal dan Rapa’i; media penyimpan yaitu software PreSonus Studio One 5. Proses rekaman dengan tahapan tracking, overdub, editing, mixing, equalizing, sound effect dan mastering.Kata Kunci: analisis, proses perekaman, musik, sanggar buana. Authors:Benny Andiko : Institut Seni Budaya Indonesia AcehBenni Andika : Institut Seni Budaya Indonesia AcehSabri Gusmail : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Andiko, B & Denada, B. (2021). Analisis Timbre Rapa’i Buatan Fajar Siddiq di Desa Kayee Lheu, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar (Kajian Musik Multimedia). Gorga: Jurnal Seni Rupa¸10(02), 495-507. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28382.Audio, W. (2022). Cardioid Condenser Microphone WA 47-jr. https://warmaudio.com/wa47jr/ (diakses pada 8 Agustus 2022).Focusrite, F. (2022). Audio Interface Focusrite Scarlett 18i8 3rd Gen. https://focusrite.com/en/usb-audio-interface/scarlett/scarlett-18i8  (diakses pada 10 Agustus 2022).Huber, D. M,. & Runstein, R. E. (2017) Modern Recording Techniques. Routledge: Focal Press.Lefaan, A.Y. (2010). Studio Rekaman Musik Di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28382.Moleong, L. J. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Sukman, F. F., & Gusmail, S. (2019). Eksistensi Tari Ratoh Bantai di Sanggar Buana Banda Aceh. Jurnal Ekspresi Seni, 21(2). http://dx.doi.org/10.26887/ekspresi.v21i2.961.Walzer, D. A. (2016). Software-Based Scoring and Sound Design. Music Educators Journal, 103(1), 22-36. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0027432116653449.Wirandi, R., Permata, M. M. B., & Denada, B. (2020). Sistem Tata Kelola Grup Rapa’i Daboh Bungong Jeumpa Bantimoh di Kawasan Pemukiman Pasca Tsunami Aceh, Care, Kota Jantho. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 347-358. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20659.
POWER PEREMPUAN DALAM TRADISI MUSIK BECANANG DI BENER MERIAH Rika Wirandi; Fifie Febryanti Sukman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.40085

Abstract

This study aims to identify and examine the existence and role of women in the bronze musical tradition: becanang in Bener Meriah. The extent of the role of men in Aceh, including various forms of performing arts activities known as Islamic – the becanang music culture has survived for a long time until now with supporters and performers of the culture being women. The importance of this research to be carried out for several reasons and considering the lack of studies on traditional music from a gender perspective to date in Indonesia, especially in Aceh. In addition, the reason for the low interest of traditional music researchers to conduct studies on the presence of women in Indonesian music culture from a gender perspective. This research uses descriptive qualitative research methods using several data collection techniques, including: literature studies and static archives, direct observation, interviews with sources from various backgrounds, documenting object events contextually, to the selection stage to field data analysis. The gender perspective is an analytical perspective that will later be used to look at gender issues in becanang music culture and the role and existence of women in the life of this musical tradition. This study concludes that, becanang can be regarded as entertainment music and music to encourage work whose musical traditions are brought to life by women. All types of traditional music that use canang musical instruments (bronze and bamboo) as well as arts that use the term "canang" are played and brought to life by women and are only spread around the Central, South, and Southeast regions of Aceh Province.Keywords: becanang, women, bener meriah, Aceh. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menilik keberadaan dan peranan perempuan dalam tradisi musik perunggu: becanang di Bener Meriah. Luasnya peran laki-laki di Aceh, termasuk berbagai bentuk aktivitas seni pertunjukan yang dikenal Islami – kebudayaan musik becanang bertahan sejak lama sampai saat ini dengan pendukung dan pelaku kebudayaannya adalah perempuan. Pentingnya penelitian ini untuk dilakukan atas beberapa alasan serta menimbang masih minimnya sampai hari ini kajian tentang musik-musik tradisional dalam perspektif gender di Indonesia, terutama di Aceh. Di samping itu, alasan rendahnya minat peneliti-peneliti musik tradisional untuk melakukan studi tentang keberadaan perempuan dalam budaya musik di Indonesia dalam perspektif gender. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antara: studi literatur dan arsip statis, observasi langsung, wawancara dengan narasumber dari berbagai latar belakang, pendokumentasian peristiwa objek secara kontekstual, hingga tahap seleksi hingga analisis data lapangan. Perspektif gender merupakan sudut pendang analisis yang nantinya akan dipakai dalam melihat persoalan gender dalam kebudayaan musik becanang serta peran dan keberadaan perempuan dalam kehidupan tradisi musik tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, becanang dapat dikatakan sebagai musik hiburan dan musik penyemangat bekerja yang tradisi musiknya dihidupkan oleh perempuan. Semua jenis musik tradisi yang menggunakan alat musik canang (perunggu dan bambu) maupun kesenian yang menggunakan istilah “canang” dimainkan serta dihidupkan oleh perempuan dan hanya tersebar di sekitar wilayah Tengah, Selatan, dan Tenggara di Provinsi Aceh.Kata Kunci: becanang, perempuan, bener meriah, Aceh.Authors:Rika Wirandi : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFifie Febryanti Sukman : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Bungin, B. (2015). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Groups.Hurgronje, C. S. (1996). Tanah Gayo dan Penduduknya. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS).Hutajulu, R. (2003). Power, Gender, dan Musik pada Masyarakat Batak Toba: Opera Batak sebagai Wadah ekspresi Perempuan. Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, XII. 113-136.Jannah, R. (2020). Sakdiah: Negosiasi Gender dalam Musik Pop Gayo. Semarang: Elsa Press.Koskoff, E. (2014). A Feminist Ethnomusicology: Writings on Music and Gender. Urbana: University of Illinois Press.Manalu, N. A., & Sukman, F. F. (2020). Tari Seudati Inong sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673.Nettl, B. (2012). Theory and Method in Ethnomusicology. Terj. Nathalian H.D.P Putra. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi. Jayapura: Jayapura Center of Music.Saraswati, I. (2022). Mencari Perempuan dalam Kritik Kiwari. Serunai.co. https://serunai.co/2019/03/26/mencari-perempuan-dalam-kritik-musik-kiwari/ (diakses tanggal 01 Maret 2022).Wirandi, R., & BP, M. M. (2021). Fungsi Musik dalam Upacara Perayaan Ritual Thaipusam Etnis Hindu Tamil di Banda Aceh. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 415-422. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28379.
VISUALISASI IBU DAN AYAH DALAM KARYA PATUNG ASSEMBLING Taufik Ivan Irwansyah Hidayatulloh
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39923

Abstract

This research is a study of the creation of sculptures by raising the issue of parents as the main idea carried out by assembling techniques using found materials. Where in the process tried to develop concepts, techniques, and materials for the creation of this work in the form of three statues of Mother and one statue of Father. Aside from the desire to develop this, this creation study seeks to affirm that the figure of both parents becomes very important in the side of life including in its various roles and sacrifices. This creation research is designed as exploratory development research. Therefore, the experimental tendency is to look for possibilities of novelty both in terms of form, technique, and exploration of the material and its medium. Data collection techniques carried out in the form of literature studies include observation as material for empirical studies to obtain relevance between theoretical concept study and the form of experience as a form of reflection in their work. Creating this work broadly carries out several stages including exploration, improvisation, and formation. Various new findings in the process were encountered, and all forms of adjustment between mediums that include materials and techniques were explored with the concept of shape. The medium used includes found material items that are considered non-artistic objects processed through assembling techniques, explored and combined with a concept of creating a work of three sculptures of Mother and one statue of Father into findings from the process so that it becomes an alternative in the study of the creation of this work.Keywords: assembling, found object, Mother, Father. AbstrakPenelitian ini merupakan studi penciptaan karya seni patung dengan mengangkat isu orang tua sebagai gagasan utama yang dikerjakan dengan teknik assembling menggunakan material barang temuan. Di mana dalam prosesnya berusaha mengembangkan konsep, teknik dan material pada penciptaan karya ini dengan wujud tiga patung Ibu dan satu patung Ayah. Selain dari rasa ingin mengembangkan hal tersebut, studi penciptaan ini berusaha menegaskan bahwa figur kedua orang tua menjadi sangat penting dalam sisi kehidupan termasuk dalam berbagai peran dan pengorbanannya. Penelitian penciptaan ini didesain sebagai penelitian pengembangan yang bersifat eksploratif. Oleh karena itu, kecenderungan eksperimentatif untuk mencari kemungkinan-kemungkinan kebaruan baik dari segi bentuk, teknik, eksplorasi material dan mediumnya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa studi literatur termasuk observasi sebagai bahan kajian empiris demi memperoleh relevansi antara penelaahan konsep secara teori dengan bentuk pengalaman sebagai wujud refleksi dalam berkaryanya. Proses penciptaan karya ini secara garis besar melakukan beberapa tahapan diantaranya eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Berbagai temuan baru dalam prosesnya dijumpai, segala bentuk penyesuaian antara medium yang meliputi material dan teknik dieksplorasi dengan konsep kebentukan. Medium yang digunakan meliputi material barang temuan yang dianggap sebagai benda non-seni diproses melalui teknik assembling, dieksplorasi dan dipadukan dengan sebuah konsep penciptaan karya tiga patung Ibu dan satu patung Ayah menjadi temuan dari prosesnya sehingga menjadi alternatif dalam studi penciptaan karya ini.Kata Kunci: assembling, barang temuan, Ibu, Ayah. Author:Taufik Ivan Irwansyah Hidayatulloh : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References:Isnanta, S. D. (2015). Penciptaan Karya Seni Mixed Media Berbasis Ekperimentasi Dengan Teknik Assemblage. Abdi Seni : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1), 66–75. https://doi.org/https://doi.org/10.33153/abdiseni.v6i1.2269.Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern (Revisi). Yogyakarta: Penerbit Rekayasa Sains.Kelly, J. (2008). The anthropology of assemblage. Art Journal, 67(1), 24–30. https://doi.org/10.1080/00043249.2008.10791291.Marianto, M. D. (2019). Seni & Daya Hidup dalam Perspektif Kuantum. Scritto Book dan BP ISI Yogyakarta.Selly, A. (2019). Galeri Seni Daur Ulang Sampah di Jakarta. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), I(1), 1–10.Soedarso, S. (2006). Trilogi Seni (Cetakan Pe). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Susanto, M. (2011). Diksi Rupa: Kumpulan Istilah & Gerakan Seni Rupa (Revisi). Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagad Art House.
DIFUSI KEBUDAYAAN PADA KESENIAN TULO-TULO DI KOTA SABANG Haria Nanda Pratama; Nadra Akbar Manalu; Abdul Rozak
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38329

Abstract

Tulo-tulo is an art created by the people of Nias who transmigrated to Sabang City. The people of Nias settled and lived in the area and then presented their culture in the form of Tulo-tulo art. Tulo-tulo became an art that was adopted by the people of Sabang City and was able to survive in a new area. The existence of Tulo- tulo is a cultural attribute that is able to play a role as an element of building the identity of the people of Sabang City. The occurrence of this did not escape the process of cultural diffusion where it was possible that a group of people brought their culture to a new area. This process can be seen through the history of the birth of tulo-tulo art, until its existence in the midst of the people of Sabang City, it can be identified through the concept of performance and the form of presentation of the art of Tulo-tulo. To dissect the diffusion process in Tulo-tulo art, the researcher uses the diffusion theory according to Koentjaraningrat. The purpose of this study is to identify the process of cultural diffusion in Tulo-tulo art as a form of community identity in Sabang City. The workings of this research use qualitative methods with the following stages: Literature Study, Observation, Interview and Documentation. The source of the data is direct observation with the performers of the tulo-tulo art in the city of Sabang. To help collect data in this study, the researcher used an ethical and emic approach. Where the results of this study will discuss the origin of the art of Tulo- tulo; the concept and form of presentation of the Tulo-tulo art performance; and Tulo-tulo as a result of cultural diffusion. Thus, the diffusion process in the art of tulo-tulo which is seen in the concept of the performance is a blend of the culture of the people of Nias and Aceh. The occurrence of this combination in acculturation can be seen from the performers of the arts, the use of language, and the accompaniment of music.Keywords: tulo-tulo, cultural diffusion, Sabang city. AbstrakTulo-tulo merupakan sebuah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nias yang bertransmigrasi ke Kota Sabang. Masyarakat Nias menetap dan tinggal di wilayah tersebut dan kemudian menghadirkan kebudayaannya dalam bentuk kesenian Tulo-tulo. Tulo-tulo menjadi kesenian yang diadopsi oleh masyarakat Kota Sabang dan mampu bertahan di wilayah yang baru. Keberadaan Tulo-tulo menjadi atribut budaya yang mampu berperan sebagai unsur pembangun identitas masyarakat Kota Sabang. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari proses difusi kebudayaan di mana kemungkinan karena adanya sekelompok masyarakat membawa budayanya ke wilayah yang baru. Proses tersebut dapat dilihat melalui sejarah lahirnya kesenian tulo-tulo, hingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Kota Sabang, hal tersebut dapat diidentifikasi melalui konsep pertunjukan dan bentuk penyajian kesenian Tulo-tulo. Untuk membedah proses difusi pada kesenian Tulo-tulo, peneliti menggunakan teori difusi menurut Koentjaraningrat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses difusi kebudayaan dalam kesenian Tulo-tulo sebagai bentuk identitas masyarakat di Kota Sabang. Cara kerja dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan antara lain: Studi Pustaka, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Sumber data yang dilakukan adalah pengamatan lansung dengan pelaku kesenian tulo-tulo yang berada di kota Sabang. Untuk membantu pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Etik dan Emik. Di mana hasil dari penelitian ini akan membahas asal usul kesenian Tulo-tulo; konsep dan bentuk penyajian pertunjukan kesenian Tulo-tulo; dan Tulo-tulo sebagai hasil difusi kebudayaan. Dengan demikian, proses difusi pada kesenian tulo-tulo yang terlihat pada konsep pertunjukannya merupakan perpaduan kebudayaan masyarakat Nias dan Aceh. Terjadinya perpaduan ini secara akulturasi terlihat dari pelaku kesenian, penggunaan bahasa, dan musik iringan.Kata Kunci: tulo-tulo, difusi kebudayaan, kota Sabang. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehNadra Akbar Manalu : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Koentjaraningrat, K. (1990). Pengantar Ilmu Antrologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Penerbit Rineka Cipta.Maghfirah, A. M., & Erlinda, E. (2019). Transformasi Pencak Silat Parian Menjadi Tari Garigiak di Istano Tuan Gadang Batipuah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 137-142. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.12931.Manalu, N. A., & Sukman, F. F. (2020). Tari Seudati Inong sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673.Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.Rahayu, T. (2022). “Kebudayaan Masyarakat Nias”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2022, Medan.Safitri, W. (2022). “Asal-usul Kesenian Tulo-tulo”. Hasil Wawancara Pribadi: 26 Juli 2022, Kota Sabang.Siswantari, H., & Setyaningrum, F. (2018). Rampak Kendang Patimuan Cilacap Sebagai Wujud Difusi Kesenian Jawa Barat. Jurnal Kajian Seni, 4(2), 103-113. https://doi.org/10.22146/jksks.46449.Ulfa, M. (2021). Rekonstruksi Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
ELEMEN ESTETIS RUMAH PERANAKAN JAMBLANG SEBAGAI RUANG EDUKASI SEJARAH DAN BUDAYA Krismanto Kusbiantoro; Tessa Eka Darmayanti; Elliati Djakaria; Latifah Nur Azizah; Fellicia Lodhita
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39273

Abstract

Aesthetic elements are frequently viewed as embellishments that can affect perception, thereby enriching the quality of a building or space. Aesthetic elements are also closely related to the course of history and culture, therefore this article aims to introduce history and culture through the presence of aesthetic elements in a Peranakan house in Jamblang, Cirebon. Based on this, data collection techniques are needed through direct observation, in-depth interviews, and literature exploration. This qualitative research is also supported by a phenomenological approach because the concept is related to culture, space, and perception. The findings of this study reveal that the introduction of history and culture can be done by "reading" the embodiment of aesthetic elements, so that become an educational space. This knowledge and learning process is one way to maintain culture and maintain local culture as a national identity.Keywords: elements, aesthetic, houses, jamblang, culture. AbstrakElemen estetis seringkali dilihat sebagai hiasan yang dapat mempengaruhi persepsi, sehingga memperkaya kualitas bangunan atau ruang. Elemen estetis juga erat kaitannya dengan perjalanan sejarah dan budaya. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan sejarah maupun budaya melalui keberadaan elemen estetis pada rumah Peranakan di Jamblang, Cirebon. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara mendalam serta eksplorasi literatur. Penelitian kualitatif ini juga didukung dengan pendekatan fenomenologi karena konsep tersebut berkaitan dengan budaya, ruang dan persepsi. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa pengenalan sejarah maupun budaya dapat dilakukan dengan “membaca” kewujudan elemen estetis sehingga menjadi ruang edukasi. Pengetahuan dan proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu cara untuk menjaga budaya dan mempertahankan budaya lokal sebagai identitas bangsa.Kata Kunci: elemen, estetis, rumah, jamblang, budaya. Authors:Krismanto Kusbiantoro : Universitas Kristen MaranathaTessa Eka Darmayanti : Universitas Kristen MaranathaEliati Djakaria : Universitas Kristen MaranathaLatifah Nur Azizah : Universitas Kristen MaranathaFellicia Lodhita : Universitas Kristen Maranatha References: Caco, A. (2019). Pengembangan Desain Ornamen Berbasis Kearifan Lokal pada Elemen Estetis Eksterior Masjid Imaduddin Tancung Kabupaten Wajo. Prosiding Seminar Nasional LP2M UNM, 881-886.Darmayanti, T. E., & Bahauddin, A. (2019). Rebuilding Space in Peranakan House in Lasem, Indonesia: Perceived Space Concept. 651, 661.Darmayanti, T. E. (2021). Ruang Ketiga pada Gerbang Rumah Peranakan Pecinan, Lasem, Jawa Tengah, Indonesia. Kajian Kes: Rumah Peranakan Kidang Mas. PhD Dissertation:  Penang: Universiti Sains Malaysia.Darmayanti, T. E., Drajat, R. P., & Isfiaty, T. (2022). Membaca Visual Wayang Beber Sebagai Ide Perancangan Ruang. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya, 4(3), 309-317.Gustami, G. (1980). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: ASRI.Hardjasaputra, A. S. (2011). Cirebon dalam Lima Zaman. Jawa Barat: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jabar.Hastuti, D. L. (2012). Struktur dan Fungsi Desain Interior Rumah Peranakan Tionghoa di Surakarta pada Awal Abad ke-20. Pendhapa, 3(2), 64-81.Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambatan.Kusbiantoro, K et al. (2021). Hybrid Approaches in Cultural Heritage Reconstruction of Chinese Liutenant Tomb in Bandung: A Multidisciplinary Surve dalam Innovation Research in the Era of MBKM. Maharashtra: Novateur Publication.Kustedja, S. (2018). Jejak Budaya Komunitas Tionghoa di Bandung. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung.Levebfre, H. (1991). The Production of Space. New Jersey: Wiley.Lombard, D. (2000). Nusa Jawa Silang Budaya jilid II: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia.Marcella, B. S. (2014). Bentuk dan Makna Atap Kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, 10(5), 349-359.Pallasmaa, J., & Space, P. (2012). On Atmosphere: Peripheral Perception and Existential Experience. Encounters, 2, 237-251.Pelzang, R., & Hutchinson, A. M. (2018). Establishing Cultural Integrity in Qualitative Research: Reflections From a Cross-Cultural Study. International Journal of Qualitative Methods, 17(1). https://doi.org/10.1177/1609406917749702.Pratiwo, P. (1990). Ph.D. Thesis: The Transformation Of Traditional Chinese Architecture: A Way to Interpret Issues on Modernization and Urban Development on the North-Eastern Coast of Central Java – Indonesia. German: Aachen, Technische Hochschule.Reid, A. (1999). Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 jilid II. Jakarta: Yayasan Obor.Royandi, Y., Gunawan, I. V., & Halim, E.A. (2022). Analisa Bangunan dengan Pengaruh Tionghoa pada Pecinan Indramayu Jawa Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 67-73.Rusyanti, R. (2012). Interaksi Budaya pada Bentuk Rumah Pecinan Cirebon. PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 1(2), 309-324.Sunaryo, S. (2009). Ornamen Nusantara : Kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Semarang: Dahaga Price.Susanto, M . ( 2002 ) . Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.Tjahyono, G. (2002). Indonesian Heritage: Arsitektur. Jakarta: Grolier International.
CITRA PEREMPUAN DALAM LUKISAN KARYA PERMADI LYOSTA Hatmi Negria Taruan; Susandro Susandro; Rika Wirandi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.40086

Abstract

This study aims to understand the ethnographic and gender aspects and values in the visual use of women, themes about women, and the representation of gender injustice towards women in paintings by Permadi Lyosta in 2000-2007.This study uses a descriptive qualitative research method using data collection techniques through observation, interviews, and visual data collection methods in the form of physical works and works in catalogs. Ethnographic and gender approaches are the perspectives used in this study. The results of this study show that Permadi Lyosta's post-New Order works are more dominant in using women's visuals with themes of women's backwardness and marginalization in social life through paintings of women who are depicted as manual laborers as farmers, traders in traditional markets. As women, wives and housewives with cultural burdens and gender roles as women who raise children at home. There is almost no image of women depicted as figures who fill strategic roles in the public sphere. On the other hand, Permadi's works are a kind of criticism of the gender injustice experienced by women. Keywords: woman, painting, permadi lyosta. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memahami aspek dan nilai etnografis dan gender dalam penggunaan visual perempuan, tema-tema tentang perempuan, serta representasi ketidakadilan gender terhadap perempuan dalam lukisan karya Permadi Lyosta tahun 2000-2007. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskripstif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta metode pengumpulan data visual berbentuk karya-karya fisik dan karya-karya dalam katalog. Pendekatan etnografi dan gender adalah perspektif yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan karya-karya Permadi Lyosta pasca orde baru lebih dominan memakai visual perempuan dengan tema-tema keterbelakangan dan ketermajinalan perempuan dalam kehidupan sosial melalui lukisan-lukisan perempuan yang digambarkan sebagai pekerja kasar sebagai petani, pedagang di pasar tradisional. Sebagai perempuan, istri, dan ibu rumah tangga dengan beban kultural serta peran gender sebagai perempuan yang mengasuh anak-anak di rumah. Hampir tidak ada gambaran citra perempuan yang tergambar sebagai sosok-sosok yang mengisi peranan strategis di ruang publik. Di sisi lain, karya-karya Permadi tersebut semacam kritik terhadap ketidakadilan gender yang dialami perempuan. Kata Kunci: perempuan, karya lukis, permadi lyosta. Authors:Hatmi Negria Taruan : Institut Seni Budaya Indonesia AcehSusandro : Institut Seni Budaya Indonesia AcehRika Wirandi : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Fitryona, N., & Kharisma, M. (2021). Darvies Rasjidin dan Perubahan Karyanya Sebuah Kajian Sosiohistoris. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 35-44. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.23677.Khairi, A. I., & Hafiz, A. (2022). Kajian Estetika Lukisan Realis Kontemporer Drs. Irwan, M. Sn. yang Berjudul di Ujung Tanduk. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 138-146.Rostiyati, A. (2019). Memaknai Lukisan Perempuan dalam Konteks Budaya Visual. Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya., 20(2), 187-202.Yulianto, N., & Yuliastuti, N. (2019). Dinamika Citra Tubuh Perempuan dalam Lukisan KARYA Luna Dian Setya. Imajinasi: Jurnal Seni, 13(1), 27-34.