cover
Contact Name
Ardhi Prabowo
Contact Email
ardhiprabowo@mail.unnes.ac.id
Phone
+62818240132
Journal Mail Official
kreano@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Mathematics Department, D7 Building, 1st Floor. Mathematics and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang. Taman Siswa Street, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 50229.
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
ISSN : 20862334     EISSN : 24424218     DOI : https://doi.org/10.15294/kreano.v13i2
Core Subject : Education,
Kreano is a place to share and communicate research results from researchers or invited authors. Kreano publishes original, novel, and empirical works in the field of mathematics education. Researchers can come from Lecturers, Teachers, Researchers, and students who need broad access to the publication of your research results. The Journal invites original research articles and not simultaneously submitted to another journal or conference. Jurnal Kreano invites authors to conduct empirical research according to the classification in the Mathematics Education Database.
Articles 42 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif" : 42 Documents clear
Bayangan Konsep (Concept Image) Mahasiswa pada Konsep Kombinasi Ditinjau dari Perbedaan Gender dan Kemampuan Matematika
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5901

Abstract

Bayangan konsep seseorang merupakan kumpulan gambar mental yang disertasi dengan sifat-sifat dan proses-proses yang terkait dengan konsep tersebut yang ada dalam pikiran. Oleh karenanya bayangan konsep berbentuk konsepsi-konsepsi nonverbal terhadap suatu konsep formal. Paper ini mengungkapkan tentang profil bayangan konsep mahasiswa program studi matematika tentang konsep kombinasi, khususnya untuk mahasiswa laki-laki dengan kemampuan rendah  Matematika Dasar dan mahasiswa perempuan dengan kemampuan tinggi Matematika Dasar.  Penelitian ini menggunakan  penelitian pendekatan deskriptif kualitatif. Di dalam penelitian ini diungkapkan pula adanya miskonsepsi mahasiswa dan konflik kognitif serta respon intuitif terhadap konsep kombinasi dan pemecahan masalah yang terkait dengan kombinasi.  Selain itu, adanya kategori bayangan konsep instrumental dan bayangan konsep relasional yang dimiliki mahasiswa terhadap konsep kombinasi serta dalam melakukan pemecahan masalah yang terkait kombinasi.Someone’s concept image to a concept be a collection of all  mental pictures together with properties and processes associated to the concept in his/her mind. Therefore, concept image as a non-verbal perceptions of a formal concept. This paper is to show the profile of  concept image about concept of combination of the mathematics students who have high ability in basic mathematic. This study used qualitative descriptive approach. In this study was shown students’ concept image and thinking process of concept combination k objekt of n objek as a reciprocal  connection between concept images and formal concepts and also shown category of concept image including instrumental concept image  and relational concept image that belonged the students about concept of combination k object of n object.
Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Pengukuran Ditinjau dari Gaya Kognitif
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.7127

Abstract

Berpikir metaforis adalah aktivitas mental dengan menggunakan metafora-metafora yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Metafora adalah suatu ide untuk mengaitkan masalah yang dihadapi dengan pengalaman sehari-hari dan materi matematika yang dikenalnya. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir metaforis siswa SMP dalam memecahkan masalah pengukuran ditinjau dari gaya kognitif. Subjek penelitian ini adalah dua siswa yang terdiri atas siswa bergaya kogntif reflektif  (SR) dan siswa bergaya konitif impulsif (SI). Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tugas pemecahan masalah dan wawancara semi terstruktur. Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data. Hasil penelitian ini adalah deskripsi berpikir metaforis yang terdiri atas connect, relate, explore, analyze, transform dan experience. Secara umum, deskripsi berpikir metaforis kedua sebjek ialah sebagai berikut. Pada tahap connect, SR menghubungkan dua ide yang berbeda. Ide pertama adalah menentukan selisih keliling kedua persegipanjang dengan cara memisalkan pergeseran titik pada salah satu sisi persegipanjang sesuai keinginannya, perubahan keliling persegipanjang dengan memisalkan penambahan ukuran panjang dan lebar persegipanjang tersebut, dan jumlah panjang semua rusuk balok setelah panjang, lebar, dan tinggi balok diperpanjang sepertipada umumnya. Sedangkan ide yang kedua, ketiga hal tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan. Pada tahap relate, SR menghubungkan ide yang berbeda dengan pengetahuan yang dia miliki. SR menghubungkan dengan beberapa materi di matematika. Pada tahap explore, SR membuat model yang sesuai dengan permasalahan yang ia hadapi dan mendeskripsikan kesamaan kedua ide yang ia temukan. Pada tahap analyze, SR menjelaskan kembali langkah-langkah yang ia lakukan dalam menemukan selisih keliling kedua persegipanjang, perubahan keliling persegipanjang, dan jumlah panjang semua rusuk balok yang dinyatakan dalam bentuk persamaan serta mendeskripsikan kembali kesamaan kedua ide yang ia temukan. Pada tahap transform, SR menyimpulkan besarnya selisih keliling kedua persegipanjang setelah titik pada salah satu sisi persegipanjang digeser ke kiri atau kanan, perubahan keliling persegipanjang, dan jumlah panjang semua rusuk balok dengan tepat. Pada tahap experience, SR dapat menerapkan hasil yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada tahap connect, SI menghubungkan dua ide yang berbeda. SI memiliki dua ide yang berbeda. Ide pertama adalah menghitung selisih keliling kedua persegipanjang sebelum titik pada salah satu sisi persegipanjang digeser, perubahan keliling persegipanjang dengan memisalkan penambahan ukuran panjang dan lebar persegipanjang tersebut, dan jumlah panjang semua rusuk balok sebelum ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok berubah. Sedangkan ide yang kedua, ketiga hal itu dinyatakan dalam bentuk persamaan. Pada tahap relate, SI mengaitkan ide yang berbeda dengan pengetahuan yang dia miliki. SI menghubungkan dengan beberapa materi yang ia pelajari di matematika. Pada tahap explore, SI membuat model yang sesuai dengan permasalahan yang ia hadapi namun, ia tidak dapat mendeskripsikan kesamaan kedua ide yang ia temukan. Pada tahap analyze, SI menjelaskan kembali langkah-langkah yang ia lakukan sebelumnya dan tidak dapat mendeskripsikan kesamaan kedua ide yang ia temukan. Pada tahap transform, SI menyimpulkan besarnya selisih keliling kedua persegipanjang setelah titik pada salah satu sisi persegipanjang digeser digeser ke kiri atau kanan, perubahan keliling persegipanjang, dan jumlah panjang semua rusuk balok dengan tepat. Pada tahap experience, SI dapat menerapkan hasil yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.Metaphorical thinking is the mental activity by using metaphors that fit the situation. Metaphor is an idea to link the problems faced by everyday experience and the familiar mathematical material. This research is descriptive research with qualitative approach that aimed to describe the metaphorical think profile of junior high school students for solving measurement problem based on cognitive style. The subjects of this research are two students consist of a student with cognitive style (SR) and a student with cognitive impulsive style (SI). The data collecting technique that used in this research is by giving the assignment of problem solving and semi-structured interviews. Triangulation of time used to test the credibility of the data out of this research. The result of this study is description of metaphorical thinking consists of connect, relate, explore, analyze, transform and experience. In general, description of metaphorical thinking of the two subjects is as follows. At connect stage, SR connected two different ideas. The first idea is to determine the difference between the two rectangular perimeter by supposing the friction of point in one of the rectangular’s side as SR wanted, the change of rectangle perimeter by supposing the extension of the length and width of the rectangle, and the total length of all the sides of the square after length, width, and height of the square that is extended just like in general. While the second idea is three of it is assumed using equation. At relate stage, SR connected the ideas that contrast with the knowledge SR had that related to some material in mathematics. At explore stage, SR created a model that appropriate to the problems SR faced and describes the similarities of two ideas that SR found. At analyze stage, SR reexplained the steps SR did in finding the difference between two rectangular perimeter, the changing of rectangle perimeter, and the total length of all sides of the square that is assumed using some equation and redescribe the similarities of two ideas that he found. At transform stage, SR concluded the difference magnitude between two rectangles after point in one of the rectangular’s side is shifted to the left or right, the perimeter changing of rectangle, and the total length of all the sides of the square appropriately. At this stage of experience, SR could apply the results obtained to resolve the problems faced. At connect stage, SI connected two different ideas. SI had two different ideas. The first idea is to calculate the difference between the two rectangular perimeter before point in one of the rectangular’s side is shifted, the changes of rectangle perimeter  by letting addition of the length and width of the rectangle, and the total length of all sides of square before the length, width, and height of the square was changed. While the second idea is to assume them as x equation. At relate stage, SI associated different ideas with the knowledge that SI had. SI connected with some materials that SI had learned in mathematics. At explore stage, SI made the model appropriate to the problems SI faced, but SI could not describe the similarity of the two ideas that SI found. At analyze stage, SI reexplained the steps which SI had done before and can not describe the similarities of the two ideas that SI found. At transform stage, SI summed up the magnitude both of rectangles perimeter after point in one of the rectangular’s side is shifted to the left or right, the perimeter changing of rectangle, and the total length of all the sides square appropriately. At experience stage, SI could apply the results obtained to resolve the problems faced. 
Analisis Time-Line dan Berpikir Kritis Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Pembelajaran Kooperatif Resiprokal
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.4980

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui grafik time-line dalam diskusi untuk pemecahan masalah opened-ended dalam pembelajaran kooperatif resiprokal, mendeskripsikan langkah-langkah kegiatan pemecahan masalah open-ended dalam diskusi kelompok pada  pembelajaran kooperatif  resiprokal, dan mendeskripsikan  karakteristik berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah open-ended. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Kegiatan pada penelitian ini adalah pembelajaran resiprokal 2 kali untuk mendapatkan data time-line tahap berpikir kritis dan time-line aktivitas pemecahan masalah matematika, tes berpikir kritis 2 kali, analisis karakteristik berpikir kritis berdasarkan tes 1 dan 2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di  SMP Negeri 1 Ngadirejo Temanggung. Hasil penelitian ini adalah 4 kelompok diskusi melakukan tahap strategi pada berpikir kritis lebih lama dibandingkan tahap berpikir kritis lainnya (klarifikasi, simpulan, dan strategi. Untuk memecahkan masalah matematika, pada langkah pertama yaitu memahami masalah. Pada langkah ini siswa dominan melakukan aktivitas bertanya dan memprediksi. Pada langkah kedua yaitu merencanakan penyelesaian, siswa dominan melakukan kegiatan bertanya dan menjelaskan. Pada langkah ketiga yaitu melaksanakan penyelesaian, siswa dominan melakukan kegiatan menjelaskan dan bertanya. Sedangkan pada langkah keempat yaitu mengecek kembali, siswa dominan melakukan kegiatan menjelaskan.The purpose of this research is to know the time-line graph in the discussion for the solving of opened-ended problem in cooperative reciprocal learning, to describe the steps of open-ended problem solving activity in group discussion on reciprocal cooperative learning, and to describe the critical thinking characteristics of students in solving the open problem -ended. This research is a qualitative research. Activity in this research is reciprocal learning 2 times to get time-line data of critical thinking stage and time-line activity of problem solving of mathematics, critical thinking test 2 times, analysis of critical thinking characteristic based on test 1 and 2. Source of data in this research is student Class VIII in SMP Negeri 1 Ngadirejo Temanggung. The result of this research is 4 group discussion to do strategy phase on critical thinking longer than other critical thinking stage (clarification, conclusion, and strategy To solve mathematical problem, in step one that is understanding problem In this step student dominant doing activity of ask and predict In the second step is to plan the settlement, the dominant students do the activities of asking and explaining.In the third step is to carry out the settlement, the dominant students do activities explain and ask.While in the fourth step is to check again, the dominant students do explaining activities.
Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Nonrutin Ditinjau dari Kemampuan Matematika
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5919

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika nonrutin ditinjau dari kemampuan matematika. Subjek penelitian terdiri atas dua siswa SMP Negeri 1 Painan yaitu satu siswa berkemampuan matematika tinggi dan satu orang siswa berkemampuan matematika sedang. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung  yaitu soal Tes Kemampuan Matematika (TKM), Tugas Pemecahan Masalah Matematika Nonrutin (TPMMN) dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan tugas tertulis dan wawancara. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi waktu. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara proses berpikir kreatif siswa berkemampuan matematika tinggi dan siswa berkemampuan sedang. Keduanya melalui tahapan proses berpikir kreatif yaitu tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.This study, a descriptive qualitative with qualitative approach, aimed at describing Junior High School students’ creative thinking process in solving mathematical nonroutine problem in terms of mathematical ability. The subjects of the research were two students of SMP Negeri 1 Painan; one student with high mathematical ability and the other with the intermediate ability. The instruments used on this research covered main instrument that was the author and supporting instruments; test of mathematical ability, tasks of mathematical problem solving nonroutine and interview guidelines. The data collection was conducted through written tasks and interview. To validate the data credibility, time triangulation was applied. The research showed that there was no significant difference between creative thinking process for a student with high mathematical ability and the other with intermediate one. Both of the study subject had been through creative thinking process phase; preparation, incubation, illumination, and verification.
Pembelajaran Menemukan Nilai PHI(π) melalui Pendekatan Matematika Realistik di Sekolah Dasar
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5996

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak implementasi Hypothetical Learning Trajectory (HLT) dalam mengajarkan nilai  melalui pendekatan matematika realistik. Penelitian ini mendeskripsikan implementasi Hypothetical Learning Trajectory (HLT) melalui penelitian Design Research yang terdiri atas tiga tahap yaitu (i) preparing for the experiment, (ii) the teaching experiment, dan (iii) the retrospective analysis. Penelitian ini melibatkan satu orang guru dan 28 siswa kelas V MIN Rukoh, Banda Aceh. Data dikumpulkan melalui lembar observasi, video pembelajaran, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HLT yang dikembangkan dapat membantu siswa melukis titik pusat dan diameter benda berbentuk lingkaran, menemukan nilai yang paling akurat hasil pembagian keliling dengan diameter lingkaran yaitu  Kendala  dalam penelitian ini adalah siswa kesulitan melakukan operasi pembagian bilangan desimal.The purpose of this study was to determine the impact of the implementation Hypothetical Learning Trajectory (HLT) in teaching the value of π through realistic mathematics approach. This study describes the implementation Hypothetical Learning Trajectory (HLT) through research Design Research, which consists of three stages: (i) preparing for the experiment, (ii) the teaching experiment, and (iii) the retrospective analysis. The study involved one teacher and 28 students of class V MIN Rukoh, Banda Aceh. Data were collected through observation sheets, instructional videos, and field notes. The results showed that the HLT developed to help students paint the center and diameter of a circle-shaped object, find the most accurate value of the division of the circumference to the diameter of the circle is π = 3.14. Constraints in this study were students’ difficulty performing division operation decimals.
Literasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.6756

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu; (1) mendeskripsikan literasi matematis siswa SMP kategori climber dalam menyelesaikan masalah kontekstual, (2) mendeskripsikan literasi matematis siswa SMP kategori camper dalam menyelesaikan masalah kontekstual, dan (3) mendeskripsikan literasi matematis siswa SMP kategori quitter dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian tiga orang siswa kelas IX SMP GKST Ensa. Penentuan calon subjek dilakukan dengan memperhatikan rata-rata nilai tugas dan nilai ulangan harian dan jenis kelamin. Selanjutnya calon subjek diberi ARP (Adversity Response Profile) untuk menentukan subjek penelitian dengan kategori climber, camper, dan quitter. Penelitian ini menggunakan instrumen Angket ARP dan Tugas Pemecahan Masalah (TPM). Literasi matematis subjek penelitian diidentifikasi dengan indikator pada 3 (tiga) proses matematika yaitu formulate (merumuskan), employ (menerapkan) dan interpret. Data hasil penelitian akan mendeskripsikan 3 subjek, yaitu subjek climber, subjek camber, dan subjek quitter. Ketiga subjek akan dideskripsikan dalam kegiatan merumuskan (to formulate), menerapkan situasi (to employ), dan menafsirkan (to interpret).Purpose of this research; (1) describe the mathematical literacy school students climber category in solving contextual problems, (2) describe the mathematical literacy school students category camper in solving contextual problems, and (3) describe the mathematical literacy school students category quitter in solving contextual problems. This research is descriptive qualitative approach to the subject of research of three students of class IX SMP GKST Ensa. The selection of candidates subject conducted with respect to the average value of daily tasks and test scores and gender. Further prospective subjects were given ARP (Adversity Response Profile) to determine the subject of research by category climber, camper, and a quitter. This study uses ARP Questionnaire instruments and Troubleshooting Tasks (TPM). Mathematical literacy research subjects identified with the indicator at 3 (three) that formulate mathematical process (formulate), employ (applying) and interpret. Research data will describe three subjects, namely the subject climber, camber subject, and the subject quitter. All three subjects will be described in formulating activities (to formulate), impose a state (to employ), and interpret (to interpret). 
Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5009

Abstract

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang diukur pada studi PISA. Namun berdasarkan hasil studi PISA, kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh  pembelajaran konvensional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Pagedangan, Tangerang. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan instrumen tes berupa soal uraian kemampuan komunikasi matematis. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen berbentuk Nonequivalent Control Group Design. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik inferensial dengan melakukan uji-t. Berdasarkan analisis data menggunakan SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2013 penelitian menemukan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh  pembelajaran konvensional.Mathematics communication ability is one of the skills that was measure in PISA. Based on the results of the PISA, mathematics communication ability Indonesian students is still low. The pupose this research is to see if there is an increase in mathematics communication ability students acquire learning using learning model Think-Pair-Share (TPS) with students who obtain the conventional learning. The sample in this research is grade  MTs Negeri Pagedangan, Tangerang. In collecting the data, researchers use test instruments in the form of a question of mathematical communication ability essay test. This research using quantitative methods with quasi experimental design shaped Nonequivalent Control Group Design. Data analysis technique used is statistical techniques inferensial by doing the test-t. Based on data analysis using Microsoft Excel and SPSS 16.0 2013 this research found that increasing mathematical communication ability students acquire learning using learning model Think-Pair-Share (TPS) better than the students who obtain the conventional learning.
Tugas Mandiri Pre-Instructional pada Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Persamaan dan Garis Singgung Lingkaran
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5434

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pemberian tugas mandiri pre-instructional pada pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman persamaan lingkaran dan garis singgung lingkaran siswa kelas XI IPA 1 SMAN 9 Malang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi aktivitas guru dan siswa, tes tulis, catatan lapangan, dan penilaian diri siswa. Penerapan pemberian tugas mandiri pre-instructional pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru memberikan tugas mandiri pre-instructional sebelum pelaksanaan pembelajaran, (2) guru meninjau ulang materi sebelumnya atau prasyarat dengan strategi tanya jawab, (3) guru mengkomunikasikan tujuan dan aturan pembelajaran, (4) menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang meliputi presentasi kelas, diskusi kelompok, dan kuis, (5) guru meminta siswa menyimpulkan materi yang dipelajari, dan (6) guru memberikan tugas mandiri pre-instructional untuk pembelajaran berikutnya. Tahap pemberian skor kemajuan individual dan penghargaan kelompok di laksanakan setelah dua kali pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil penelitian siklus I, siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 78 ada sebanyak 72,22%, sedangkan pada siklus II ada sebanyak 83,33%.The purpose of this study is to describe the steps giving independent pre-instructional tasks on STAD cooperative learning to improve the understanding of the equation of the circle and tangent to the circle in grade 11 IPA 1 SMAN 9 Malang. This type of research is a classroom action research. Data collection techniques used were observation activities of teachers and students, a written test, field notes, and student self-assessment. The implementation of the giving independent pre-instructional tasks on STAD cooperative learning carried out by steps as follows: (1) the teacher gives the task independently pre-instructional prior to the implementation of learning, (2) the teacher to review the previous material or prerequisite to the strategy frequently asked questions, (3) teachers communicate the objectives and rules of learning, (4) implementing STAD cooperative learning which include class presentations, group discussions and quizzes, (5) the teacher asks the students concluded the material being studied, and (6) the teacher gives the task independently pre-instructional for the next lesson. Phase scoring the progress of individual and group awards implemented, after twice implementation of learning. From the results of the first cycle studies, students who achieve a value greater than or equal to 78 there was as much as 72.22%, while in the second cycle there is as much as 83.33%.
Kemampuan Berpikir Relasional Siswa dalam Mengerjakan Soal Kontekstual dengan Pendekatan Realistik Pada Topik Fungsi Linear
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.5013

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir relasional siswa yang masih rendah. Berpikir relasional menjadi salah satu masalah yang menarik dalam pendidikan matematika. Di dalam penelitian ini akan dikaji kemampuan berpikir relasional siswa dalam mengerjakan soal matematika kontekstual pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Kanisius Sleman dengan topik materi pembelajaran Fungsi Linear. Data proses berpikir relasional siswa diperoleh melalui soal penyelesaian masalah dan analisis penyajian hasil kegiatan siswa. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa  siswa mengalami kesulitan untuk berpikir relasional dalam menghubungkan antara masalah kontekstual dalam PMR terhadap materi fungsi linear terlebih pada penyajian data menggunakan grafik fungsi. Siswa belum mampu menggunakan grafik untuk menentukan hasil fungsi pada permasalahan kontekstual. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah siswa lebih sering diberikan soal yang ng dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir relasional, sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual dengan nalar dan membuat pembelajaran lebih bermakna.This research based on the students’ ability in relational thinking which is still low. Thinking relationaly become one of the interesting problems in learning mathematics. This research will discuss students’ relational thinking ability in doing contextual mathematics problem in Realistic Mathematics Learning. The method which is used in this research is descriptive qualitative. It is done toward 8th grade students of SMP Kanisius Sleman. The topic is Linear Function. The data of relational thinking is obtained through the students’ problem solving on mathematics and the analysis on students’ activities result presentation. This research shows that the students got difficulties to think relationaly to correlate contextual problems on learning toward the linear function material prior to data presentation using graph of function. Students are not able to use the graph to the determine the result of function oncontextual problem. From the research, it suggest that students should have been given more problems which stimulate to think relationaly, so that students are able to solve the contextual problem reasonably and make learning more meanigful.
Profil Kreativitas Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal tentang Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Gaya Kognitif
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif
Publisher : Mathematics Dept, Math. and Science Faculty, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kreano.v7i2.6437

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent (FD) dan Field Independent (FI). Subjek penelitian ini adalah dua orang siswa kelas VIII A SMP Negeri 7 Ketapang, yaitu satu siswa dengan gaya kognitif FD dan satu siswa dengan gaya kognitif FI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pemberian The Group Ebedded Figure Test (GEFT), tes penyelesaian soal, dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yaitu mereduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk mendapatkan data yang valid, digunakan triangulasi waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata kedua tipe gaya kognitif ini memenuhi tiga komponen dari berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibel, dan kebaruan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) profil kreativitas siswa field dependent dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar, mencakup (a) fasih, ditunjukkan dari kemampuan siswa memberikan tiga jawaban yang berbeda dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar; (b) fleksibel, ditunjukkan dengan terdapatnya lebih dari satu cara, ide, atau gagasan penyelesaian yang berbeda untuk membagi balok menjadi dua bagian yang volumenya sama; (c) kebaruan, ditunjukkan bahwa semua jawaban yang diberikan merupakan jawaban dari soal yang baru pertama diselesaikan oleh siswa field dependent; (2) profil kreativitas siswa field independent dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar, mencakup (a) fasih, ditunjukkan dari kemampuan siswa memberikan empat jawaban yang berbeda dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar; (b) fleksibel, ditunjukkan dengan terdapatnya lebih dari satu cara, ide, atau gagasan penyelesaian yang berbeda untuk membagi balok menjadi dua bagian yang volumenya sama; (c) kebaruan, ditunjukkan bahwa semua jawaban yang diberikan merupakan jawaban dari soal yang baru pertama diselesaikan oleh siswa field independent.This research aims at describing students’ creative thinking profile in solving question about dimensional figure as seen from Field Dependent (FD) and Field Independent (FI). Subjects of this research are two students of grade eight from class A SMP Negeri 7 Ketapang. One student is considered to possess FD cognitive style and the other one is considered to possess FI cognitive style. This research applies descriptive qualitative design. The process of data collection in this research is done by administering Group Embedded Figure Test (GEFT), questions completion test, and interview. Data analysis in this research is done through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Time triangulation is applied in this research to fulfill its validity aspect. The result of this research shows that both cognitive styles satisfy those three aspects of creativity that is fluency, flexibility, and novelty. The results of the research conclude that (1) students’ creative thinking profile in field dependent cognitive style has fulfilled (a) fluency, which is indicated by the ability of the student to provide three different answers; (b) flexibility, which is indicated by the ability of the student to give more than one ways, ideas, or solving opinions to divide a rectangular prism to become two figures with equal in volume; (c) novelty, which is indicated by the fact that the question given to student is new recently solved for the first time by the student, (2) students’ creative thinking profile on field independent cognitive style has fulfilled (a) fluency, which is indicated by the ability of the student to provide four different answers to solve question about dimensional figure; (b) flexibility, which is indicated by the ability of the student to provide more than one ways, ideas, or solving opinions to divide a rectangular prism to become two equal volume figures; (c) novelty, which is indicated by the fact that all the answer provided by the student is a new recent for the first time solved question for student. 

Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 2 (2023): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 14, No 1 (2023): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 13, No 2 (2022): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 13, No 1 (2022): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 12, No 2 (2021): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 12, No 1 (2021): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 11, No 2 (2020): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 11, No 1 (2020): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 10, No 2 (2019): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 10, No 1 (2019): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 9, No 1 (2018): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif 9(1) Vol 9, No 2 (2018): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 8, No 2 (2017): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 8, No 1 (2017): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 8, No 1 (2017): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 2 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 1 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 7, No 1 (2016): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 6, No 2 (2015): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 6, No 2 (2015): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 6, No 1 (2015): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 6, No 1 (2015): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 5, No 2 (2014): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 5, No 2 (2014): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 5, No 1 (2014): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 5, No 1 (2014): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 4, No 2 (2013): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 4, No 2 (2013): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 4, No 1 (2013): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 4, No 1 (2013): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 3, No 2 (2012): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 3, No 2 (2012): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 3, No 1 (2012): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 3, No 1 (2012): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 2, No 2 (2011): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 2, No 2 (2011): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 2, No 1 (2011): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 2, No 1 (2011): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 1, No 2 (2010): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 1, No 2 (2010): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 1, No 1 (2010): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif Vol 1, No 1 (2010): Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif More Issue