cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN" : 6 Documents clear
KAJIAN SENGON (Paraserianthes falcataria) SEBAGAI POHON BERNILAI EKONOMI DAN LINGKUNGAN Heru Dwi R., Susi. A; Ragil. B.W.M.P
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.777 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.201-208

Abstract

Hutan rakyat sengon hampir menutupi sebagian wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banyumas dan memainkan peran yang penting dalam perekonomian masyarakat serta di dalam memelihara lingkungan global, seperti pencegahan banjir, pengendalian proses pemadang-pasiran dan penyerapan serta fiksasi CO2. Hutan alam telah semakin berkurang, yang disebabkan oleh kegiatan tebas dan bakar, illegal logging, penebangan pohon secara berlebihan serta  konversi dari tanah-tanah hutan menjadi tanah-tanah pertanian. Hutan di satu sisi sebagai penjerap emisi karbon di sisi lain juga dapat menghasilkan/menyumbang emisi karbon di udara. Dengan makin berkurangnya hutan alam dari tahun ke tahun, akan menyebabkan berkurangnya pasokan bahan baku kayu bagi industri perkayuan yang ada selain itu juga dapat meningkatkan emisi karbon di udara apabila  pembakaran hutan selalu dilakukan dalam aktivitas manusia baik di dalam ataupun di luar kawasan hutan. Berkurangnya luasan hutan juga dapat menyebabkan semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup yang disebabkan hilangnya vegetasi pepohonan sebagai penjerap emisi karbon udara. Permasalahan di atas sebenarnya dapat di atasi apabila upaya penanaman pohon-pohonan dalam gerakan reboisasi hutan dan lahan, hutan tanaman industri dan hutan rakyat dapat berhasil dengan baik sehingga dapat memberikan konstribusi baik terhadap perekonomian maupun lingkungan. Memahami situasi demikian, BPK Solo melakukan penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisa berbagai data guna mengetahui pertumbuhan sengon serta mengkuantifikasikan kandungan karbon dalam biomasa tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) sebagai salah satu jenis unggulan dalam pembangunan hutan tanaman industri dan hutan rakyat. Dalam penelitian ini,  lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Wonosobo dan Banyumas. Penelitian yang dilakukan merupakan pengamatan (observasi) terhadap kondisi yang ada dan tidak melakukan perlakuan. Metode yang digunakan untuk mengetahui rosot karbon dalam tanaman adalah dengan pendekatan IPCC Guidelines (1995) dalam Retnowati (1998). Pertumbuhan sengon didekati dengan melakukan pengukuran diameter dan tinggi tanaman, yang selanjutnya dianalisis ke dalam suatu persamaan matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persamaan hubungan keeratan (determinasi) antara umur tegakan/tanaman dengan diameter, volume dengan diameter, berat kering total biomassa dengan diameter dan kandungan karbon dengan diameter, memberikan nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi sampai tinggi, ini berarti, persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi kandungan karbon tegakan/tanaman jati.
PERKECAMBAHAN BENIH KEMENYAN (Styrax benzoin Dryander) PADA BEBERAPA MEDIA TABUR DAN PERLAKUAN PENDAHULUAN Dede J. Sudrajat; Megawati Megawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.295 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.135-144

Abstract

Budidaya kemenyan (Styrax benzoin Dryander) masih terkendala dengan penyediaan bibit dalam jumlah yang mencukupi karena masih rendahnya keberhasilan perkecambahan dan tidak serempaknya perkembangan benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media tabur dan perlakuan pendahuluan yang mampu meningkatkan perkecambahan benih kemenyan.  Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 50 benih.  Media tabur yang digunakan adalah pasir, campuran pasir dan tanah (1 : 1 v/v), serbuk sabut kelapa, campuran pasir dan serbuk sabut kelapa (1 : 1 v/v), abu sekam padi, dan campuran pasir dan abu sekam padi (1 : 1 v/v). Media terbaik dari hasil pengujian tersebut digunakan sebagai media untuk pengujian perlakuan pendahuluan.  Metode perlakuan pendahuluan yang digunakan adalah tanpa perlakuan, perlakuan jemur-rendam selama 1 hari, perlakuan jemur-rendam selama 2 hari, perlakuan jemur-rendam selama 3 hari, peretakan, perendaman dalam asam cuka selama 24 jam, dan perendaman dalam air accu selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media perkecambahan terbaik untuk benih kemenyan adalah media pasir (daya berkecambah 63%, kecepatan berkecambah 0,78%/etmal dan nilai perkecambahan 0,22). Pada media pasir tersebut, perlakuan jemur-rendam selama 3 hari mampu meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih (daya berkecambah 88%, kecepatan berkecambah 2,06%/etmal, dan nilai perkecambahan 1,53). Perlakuan tersebut dapat meningkatkan daya berkecambah sebesar 17%, kecepatan berkecambah 83%, dan nilai perkecamabahan 195% terhadap kontrol (tanpa perlakuan pendahuluan).
PENENTUAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH DAN VIGOR DAYA SIMPAN RELATIF BENIH MERBAU, AKOR DAN MINDI M. Zanzibar M. Zanzibar; Agus Astho Pramono
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.098 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.145-155

Abstract

Benih bervigor tinggi adalah benih yang mampu berproduksi normal pada kondisi sub optimum dan di atas normal pada kondisi optimum.  Untuk melihat tampilan benih setelah ditanam atau disimpan perlu dilakukan uji vigor. Penelitian ini bertujuan mengetahui vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan relatif benih merbau (Intsia bijuga), akor (Acacia auriculiformis) dan mindi (Melia azedarach). Tingkat viabilitas diperoleh dengan cara penuaan dipercepat (accelerated aging) melalui penjenuhan benih dengan uap etanol (90 %) dan hembusan udara panas (50o C). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan ulangan sebanyak 4 kali, setiap ulangan terdiri dari 50 bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-masing jenis, benih dengan tingkat viabilitas yang rendah akan lebih responsif terhadap penurunan vigor. Pada kondisi di bawah tekanan (sub optimum), benih merbau mampu tumbuh dengan baik seperti halnya pada kondisi optimum sehingga benih ini relatif memiliki vigor kekuatan tumbuh tertinggi, diikuti kemudian oleh benih akor dan mindi. Benih merbau dan akor relatif lebih tahan terhadap pengaruh penuaan atau lingkungan yang tidak menguntungkan selama masa konservasi sehingga benih ini memiliki vigor daya simpan tertinggi, dibandingkan dengan pada benih mindi. 
RIAP HUTAN TANAMAN JATI DAN CENDANA DI NUSA TENGGARA TIMUR I Wayan Widhiana Susila
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.769 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.157-185

Abstract

Jenis jati (Tectona grandis) dan cendana (Santalum album) merupakan komoditi yang banyak dikembangkan pada program hutan tanaman selama ini di Timor. Akan tetapi, informasi kuantitatif kedua jenis tanaman tersebut masih relatif kurang, seperti misalnya data riap tegakan. Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi riap dan model pertumbuhan untuk pengelolaan tegakan yang lestari. Penelitian jati dilaksanakan di Timor (2 lokasi) pada tahun 1997 – 2004  dan cendana di Alor pada tahun 2004 – 2006 dengan pembuatan dan pengukuran masing-masing petak ukur permanen (PUP) pada setiap lokasi ukuran 3 x 50 x 50 m. Pengukuran/pengamatan ulangan dilakukan  setiap tahun pada bulan yang sama. Riap volume tegakan jati umur 10 tahun di Takari adalah 7,67 m3 ha-1 tahun-1; tegakan jati di Polen pada umur 8 tahun adalah 1,96 m3 ha-1 tahun-1, dan tegakan umur 7 tahun adalah 2,27 m3 ha-1 tahun-1. Riap volume tegakan cendana di Alor pada umur 31 tahun adalah  0,32 m3 ha-1 tahun-1,dan tegakan umur 19 tahun adalah 0,74 m3 ha-1 tahun-1. Model penduga tegakan jati di Takari adalah 1) D (cm) = 5,52356 + 0,08710X, dan 2) T (m) = 2,31488 + 0,18455X dan jati di Polen tahun 1997 adalah1) D (cm) = 2,25149 + 0,19089X, dan 2) T (m) = 2,33788 + 0,15172X. Model penduga tegakan cendana tahun 1976 adalah 1) D (cm) =  6,5412 + 0,0192X , 2) Log T (m) = Log -14,6848 + 6,0541 Log X, dan cendana tahun 1987 adalah 1) D (cm) = 6,9839 + 0,2140 X , 2) Log T (m) = Log -4,4230 +  3,6507 Log X.  Dimana : a)  X = umur tegakan, b) D = diameter tegakan, dan c) T = tinggi tegakan.
PEMETAAN POTENSI LAHAN DAN SEBARAN POPULASI TANAMAN RASAMALA UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER BENIH DI JAWA Danu Danu; Asep Rohandi; Agus Astho Pramono
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.482 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.125-133

Abstract

Kegiatan penelitian pemetaan  sebaran populasi tanaman hutan untuk sumber benih jenis rasamala (Altingia excelsa Noronhae) bertujuan untuk mengetahui sebaran populasi tanaman rasamala, baik yang terdapat di hutan alam maupun hutan tanaman beserta informasi kondisi ekologis tempat tumbuhnya seperti letak geografis, kondisi iklim, curah hujan dan jenis tanah sehingga dapat diketahui potensi lahan untuk pengembangan jenis ini di Pulau Jawa. Metode pengumpulan data meliputi: (1) studi literatur dan komunikasi langsung dengan pihak terkait dan masyarakat, (2) pengumpulan data sekunder meliputi: letak geografis, ketinggian, curah hujan, jenis tanah, dan topografi, (3) pengumpulan data kondisi tegakan meliputi: tahun tanam, kerapatan tegakan, tinggi, diameter, bentuk batang, bentuk tajuk.  Penyusunan peta sebaran populasi dan potensi lahan jenis rasamala dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi populasi rasamala untuk sumber benih tersebar di beberapa kabupaten yaitu kabupaten Bandung, Garut, Cianjur dan Banyumas. Lahan tersebut terletak pada ketinggian 808-1962 m dpl, jenis tanah Latosol, Litosol, Grumusol, asosiasi Andosol dan Latosol, asosiasi Regosol dan Litosol dengan curah hujan 1500-4300 mm/tahun.  Hasil analisis SIG menunjukkan sebaran potensi lahan untuk pengembangan tanaman rasamala di Pulau Jawa seluas 1.708.756 ha.  Sementara itu, ketersediaan sumber benih rasamala yang telah disertifikasi dan dapat dipetakan seluas 118,74 ha.
POTENSI CENDAWAN Beauveria bassiana (BALSAMO) VUILLEMIN ISOLAT BOGOR TERHADAP MORTALITAS LARVA PENGGEREK BATANG SENGON (Xystrocera festiva) PASCOE DI LABORATORIUM Wida Darwiati; Suhaeriyah Suhaeriyah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.573 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.3.187-199

Abstract

Hama yang  potensial menyerang tegakan sengon (Paraserianthes falcataria L.Fosberg) adalah hama penggerek batang Xystrocera festiva Pascoe (Coleoptera : Cerambicydae), dan salah satu  teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin. Penelitian bertujuan untuk menentukan  tingkat kerapatan spora cendawan entomopatogen B. bassiana isolat Bogor yang dapat menyebabkan mortalitas tinggi terhadap larva X. festiva. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2006 di Laboratorium Fitopatologi dan Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat. Penelitian ini memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perlakuan spora cendawan B. bassiana mampu mengendalikan larva X. festiva. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata. Kerapatan spora 108 spora/ml merupakan perlakuan yang menyebabkan mortalitas larva X. festiva terendah sebesar 84,93% sedangkan perlakuan kerapatan spora 1011 spora/ml menyebabkan mortalitas tertinggi sebesar 100% pada hari ke tujuh

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue