cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Studi Komunikasi dan Media
ISSN : 19785003     EISSN : 24076015     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media" : 11 Documents clear
REPRESENTASI ENKODING FENOMENA SURVEILENCE DAN MEDIA ONLINE (Analisis isi Isu Lokal dan Isu Potensi Lokal dalam Websites www.jambiekspress.co.id dan www.bangkapos.com.) Bambang Mudjiyanto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.799 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190201

Abstract

Representation of encoding -related online media surveilence- has a difference. This shows the relevance to the media agenda theory, especially in the context of the media agenda. Regarding to this assumption, the online media is percepted differently by the two online media organizations. Regarding the differences in the importance of an issue for media organizations, this indicates that the system of government in Indonesia at this time, the interpretation of the various problems that can last so arbitrary from various parties, including online media organizations. This condition occurs and justifies Abdullah's assumption that in the era of democracy in Indonesia, hegemonic interpretation (monosemy) of rulers does not exist anymore and turned into an interpretation of polysemy. The dominance of the polysemy principle in the encoding media phenomenon related to the functions surveilence implementation and particularly concerning local issues and economic potential, seems to indicate a loss for the local government because the local government get a less support from the press in the development/revenue improvement. To maximize the function of local media surveilence, local government need to make approaches in building the local press awareness for the sake of public interest related to local issues.Key words: Representation; Encoding; Surveilence; Online mediaABSTRAKRepresentasi enkoding media online terkait pemeranan fungsi surveilence, dengan mana cenderung menunjukkan perbedaan yang relatif sifatnya, kiranya itu memperlihatkan ada relevansinya dengan media agenda theory, khususnya dalam konteks media agenda. Dalam kaitan asumsi ini, kedua media online dalam proses enkoding ternyata cenderung dipersepsi secara berbeda oleh kedua organisasi media online. Mengenai perbedaan arti pentingnya suatu isu bagi organisasi media, itu juga dapat mengindikasikan bahwa dalam era sistem pemerintahan di Indonesia saat ini, penafsiran terhadap berbagai masalah itu dapat berlangsung “begitu cair” dari berbagai pihak, termasuk tentunya di pihak organisasi media online dalam penelitian ini. Kondisi ini dimungkinkan terjadi dan sekaligus membenarkan asumsi Abdullah bahwa dalam era demokrasi di Indonesia saat  ini hegemoni interpretasi (monosemy) penguasa tiada lagi dan berganti menjadi interpretasi bersifat polysemy. Dominannya prinsip polysemy dalam fenomena enkoding media terkait pelaksanaan fungsi surveilence dan khususnya menyangkut isu-isu lokal dan potensi ekonomi lokal, tampaknya itu mengindikasikan kerugian bagi pemerintah lokal karena dengan begitu pemerintah daerah setempat jadi kurang dapat dukungan dari pihak pers dalam rangka pengembangann daerah  di bidang pendapatan. Untuk memaksimalkan fungsi surveilence media lokal, kiranya pemerintah setempat perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang dapat menyadarkan pers lokal akan kepentingan bersama terkait pemediasian isu lokal.Kata-kata kunci : Representasi; Enkoding ; Surveilence; Media Online
INTERKONEKSI DAN PEMBANGUNAN E-GOVT Ari Cahyo Nugroho
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.114 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190206

Abstract

The background of this study is interconnection phenomenon that has hardly examined. This one focuses on questioning the network interconnection structure application in the public service, including e-govt. The results show that Interconnection network structure has been already adopted. The ability of computer radius  between computers is 5-10 km, with 10-100 Mbps bandwitch, with LAN Network Interconnection Structure. Router and gateway are already interconnected, except LAN. In overall, LAN is the network structure with related phenomenon, the stage of e-gov adopted in goverment, variants of 12 question was done in the development of e-govt agencies context. There are 3 that adopted: information site creation, human resources preparation, and internal dissemination of information sites. The level of e-govt development phase are divided into 4: preparation, maturation, consolidation and utilization. But generally, the level is in the preparation phase. The public has not be able to enjoy public service. The condition is not favorable to the public caused by a number factors of humanity (such as culture of sharing-sharring the information; culture of documentation). This increased interconnection implementation related and e-govt ahead requires an urgence of implementation of socializing and technical guidance related to implementation of interconnection and e-govt in the Government apparatus.Key words: Interconnection; Development; E-Govt.  ABSTRAKBerlatarbelakangkan fenomena interkoneksi yang hampir belum pernah diteliti,  penelitian fokus mempertanyakan penerapan struktur jaringan interkoneksi di instansi pelayanan publik bidang informasi dan dokumentasi dan termasuk kualitas tahapan pembangunan e-govt di instansi bersangkutan. Hasilnya menunjukkan struktur jaringan interkoneksi umumnya sudah diadopsi namun masih cukup banyak juga belum mengadopsi. Kemampuan jarak tempuh antar komputer yang sudah terkoneksi berkisar 5-10 km. Bandwhitch-nya 10-100 Mbps. Lingkup struktur jaringan interkoneksi itu bersifat LAN. Router dan gateway sudah dimiliki namun LAN-LAN itu belum terinterkoneksi. Secara overall struktur jaringan interkoneksi yang diadopsi itu, yaitu jaringan interkoneksi LAN. Terkait fenomena Tahapan e-government yang diadopsi di instansi, maka 12 varian persoalan sudah dilakukan dalam konteks pembangunan dan pengembangan e-govt instansi. Namun tiga yang banyak diadopsi : pembuatan situs informasi, penyiapan sdm, dan sosialisasi situs informasi untuk internal. Level tahapan pengembangan e-govt terbagi empat: persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan. Namun umumnya level itu baru dalam tahap persiapan. Karenanya publik jadi relatif belum dapat menikmati layanan publik. Kondisi tidak menguntungkan publik tersebut disebabkan sejumlah faktor humanity (seperti kultur berbagi-sharring informasi); kultur dokumentasi). Terkait ini peningkatan implementasi interkoneksi dan e-govt ke depan memerlukan urgensi pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait implementasi interkoneksi dan e-govt  di kalangan aparatur pemerintah.Kata-kata kunci : Interkoneksi ; Pembangunan; E-Govt.
DEMOKRASI, KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA DAN GLOBALISASI (Identifikasi dan Harapan Perencanaan Ulang) Aa Bambang A.S
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.779 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190211

Abstract

This article aims to explore and describe the democratic political communication and democracy of Indonesia type. We hope that the country's political communicators make good planning. Therefore, this article gives an overview of the basic political communication planning. This article identifies the characteristics of Indonesian peoples from the theory of sociology and anthropology. This then scrutinized it on the basis of historical reality, which the author experienced in childhood, especially in author residence. The results show that in fact Indonesia has a distinctive political communication, based on the Indonesia democratic system: Demokrasi Gotong Royong or well known as Demokrasi Pancasila. In the world it can be regarded as a form of monistic emancipatory model. Unfortunately, democracy got eroded by two trajectories of globalization which resulted in two figures causing a history accident. Efforts of Sukarno’s and Gusdur-Mega’s temporarily got stuck. But it’s not in uselessness. There is the light of hope that in the future time, peoples of Indonesia keep building characters. Hence, it’s suggested to develop conceptually, policy, and socialization on the model of democratic Indonesia.Keywords: democracy, political communication, globalization, communication plan. AbstrakArtikel ini bertujuan menelusuri dan menggambarkan komunikasi politik demokratis sekaligus demokrasi khas Indonesia. Dengan harapan ada perencanaan lebih lanjut dan matang bagi para komunikator politik negeri ini. Untuk itu, disiapkan pula gambaran dasar perencanaan komunikasi politik yang mengarah ke sana. Identifikasi dimulai dari karakteristik manusia Indonesia secara teoretis sosiologis dan antropologis, kemudian dikritisi berdasarkan realitas kesejarahan (masa lalu) di lapangan, yang penulis alami pada masa kecil, terutama di kampung halaman penulis. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki komunikasi politik yang khas, yang didasarkan pula pada sistem demokrasi Indonesia: Demokrasi Gotong Royong atau yang lebih dikenal –sebutannya (tidak substansinya)– Demokrasi Pancasila; yang didunia bisa dikatakan sebagai bentuk Model Monistik Emansipatory. Sayang demokrasi ini terkikis oleh dua lintasan globalisasi yang memunculkan pula dua tokoh penyebab kecelakaan sejarah. Upaya Sukarno dan GusDur-Mega untuk sementara terhambat. Memang tidaklah dia-sia. Setidaknya diharapkan masih ada anak bangsa yang mau melanjutkan caracter building yang mereka upayakan.Untuk itu disarankan pengembangan secara konsepsional, kebijakan, dan sosialisasi tentang model demokrasi Indonesia tersebut.Kata-kata : demokrasi, komuniaksi politik, globalisasi, perencanaan komunikasi
MASYARAKAT DAN INFORMASI PRODUK BERDAYA SAING INTERNATIONAL Hasyim Ali Imran
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.894 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190202

Abstract

Based on the sixth point of nawacita, this study aims to overview community cognition level regarding economy potential (local products) in their region and the Internet potential to enhance their product competitiveness internationally. Based on the  results of data overall analysis, community cognition level about the economy potential (local products) in their region is generally low. A relatively small numbers of community are in moderate and none have high knowledge. Regarding cognition about Internet potential to enhance competitiveness of the local products in the world, most peoples have moderate knowledge, and many of them have low knowledge. This study finds no high knowledgeable community members. Statistically, this study finds no significant relationship between the characteristics and cognition variabel. This is an indicator that among respondents, there are not agentic individuals. It  indicates that Kepulauan Seribu peoples are apathetic toward their environment. Further researches are recommended to use extranous variables in the instrument. Because of low cognition of society regarding local economy and the Internet potential as a medium for enhancing local economy to be internationally-competitive, we suggest to make efforts to empower them, to improve their cognition, for example by socialization or technical guidance.Keywords : community; information; cognition, local products; Internet potential. ABSTRAKBerlatarbelakangkan point ke enam nawacita, penelitian bertujuan mendapatkan gambaran mengenai kadar kognisi masyarakat terkait potensi-potensi ekonomi (produk lokal) dan kognisi terkait potensi internet sebagai sarana peningkat daya saing produk mereka di tingkat international. Hasil analisis over all terhadap data yang dikumpulkan dengan teknik survai menunjukkan bahwa kadar kognisi potensi-potensi ekonomi (produk lokal) umumnya masih relatif rendah. Relatif sedikit jumlah mereka yang sudah relatif sedang dan tidak dijumpai satupun yang sudah berpengetahuan tinggi. Begitupun menyangkut kognisi tentang Potensi Internet sebagai peningkat daya saing produk lokal di kancah international, anggota masyarakat kebanyakan masih berpengetahuan sedang dan masih cukup banyak pula yang masih berpengetahuan rendah. Sementara tidak ditemukan satupun anggota masyarakat yang sudah berpengetahuan tinggi. Secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara variabel karakteristik dengan variabel kognisi. Ketidaksignifikanan ini menjadi indikator bahwa di kalangan responden itu umumnya masih belum ditemukan individu-individu yang berkualitas “agentic” dan ini sekaligus mengindikasikan bahwa masyarakat kepulauan seribu itu tampak cenderung apatis terhadap lingkungannya. Untuk pelaksanaan penelitian sejenis di masa mendatang, perlu menyertakan variabel extranous dalam instrumen penelitian. Sehubungan masih banyaknya anggota masyarakat yang kognisinya masih rendah maka perlu dilakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat guna upaya peningkatan kognisi mereka, misalnya dengan sosialisasi atau bimtek. Kata-kata kunci : Masyarakat;Informasi; Kognisi; Produk Lokal; Potensi internet.
POLITICAL MARKETING DAN MEDIA SOSIAL (Studi Political Marketing Capres RI 2014 Melalui Facebook) Christiany Juditha
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (985.454 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190207

Abstract

The background of this research is the phenomenon of wasteful cost of political campaigns in the 2014 presidential election and the distrust towards the candidate of the leaders. This study focuses on the issue of political marketing. The research objective is to get an overview of  candidates political marketing (Prabowo and Jokowi) through Facebook. The method used is qualitative content analysis of the 4 categories of political marketing: policy, figures, parties and imaging. The study concluded that Prabowo policies tend to be global while Jokowi sectoral. Prabowo was described as confident, assertive, strong, trustworthy person and experienced one. Jokowi was depicted as a person who always listen, pay attention, love, defend and likes blusukan. Prabowo wanted to build a democratic nation. While Jokowi hoped Indonesia as a sovereign, independent, and cultured state. In image building, Prabowo highlighted the desire of supporters while Jokowi highlighted the working program. Political marketing is an attempt to provide political education by offering product quality according to the needs of society. Presidential candidates need to understand and carefully offer a product for public policy requires a presidential candidate who is able to accomplish state country, not rhetoric. Keywords :  Political marketing;  social media, presiden  candidate;  general  election;                Facebook. ABSTRAKBerlatarbelakangkan fenomena borosnya biaya kampanye politik dalam pilpres 2014 dan masih sangat tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin, penelitian ini fokus pada persoalan pemasaran politik (political marketing). Tujuannya untuk mendapatkan gambaran political marketing capres Prabowo dan Jokowi melalui Facebook. Metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif dengan 4 kategori political marketing :  kebijakan, figur, partai dan pencitraan. Hasil penelitian menyimpulkan kebijakan Prabowo bersifat global sementara Jokowi per sektoral. Prabowo digambarkan sebagai pribadi yang percaya diri, tegas, kuat, amanah dan berpengalaman. Jokowi tergambar sebagai pribadi yang selalu mendengar, memperhatikan, mencintai, membela serta gemar blusukan. Prabowo ingin membangun demokrasi bangsa, sementara Jokowi berharap Indonesia sebagai negara berdaulat, berdikari dan berkebudayaan. Dalam membangun pencitraannya, Prabowo sangat menonjolkan keinginan para pendukungnya, sedangkan Jokowi lebih menonjolkan program kerja. Political marketing  merupakan upaya untuk memberikan pendidikan politik dengan menawarkan produk berkualitas sesuai kebutuhan masyarakat. Capres perlu memahami dan cermat dalam menawarkan produk kebijakan karena kini  masyarakat membutuhkan capres yang mampu menyelesaikan persolan negara, bukan hanya sekedar retorika belaka.Kata Kunci : Political marketing; media sosial ;calon presiden; Pemilu; Facebook.
KOMUNITAS PEDESAAN DAN POLA SELEKTIFITAS INTERNET (Survai Komunitas Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan) Rukman Pala
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.81 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190203

Abstract

This study Background is to view the rural community condition regarding internet. This study focuses on the selectivity pattern issue of internet access and these pattern significance with  rural communities characteristics. The findings of rural community activity phenomenon -in the context of audience orientation dimensions, at the level selectivity, involvement and utilization which- shows the the internet use variation, become evidence that individuals in rural communities are active. Activities theoretically occur because peoples in rural communities psychologically have "needs and gratifications". The such activities emergence because of the five alternatives of "needs and gratifications". Attempts to see this  relationship significance was done in this study, at least, by knowing the significance of the characteristic relationship variable and selectivity pattern variable. But it doesn’t get proof statistically in this research. Neither  significance of individual characteristic variables with the type of information does. Theoretically those relations are not significant statistically. Even the association is more unsignificant when viewed from other minor variables within information types. The cause may be intervening/extraneous variables. Further research must implement similar research to make the theory advancementKeyword : patterns; selectivity; Internet; community; rural. ABSTRAKBerlatarbelakangkan upaya melihat kondisi komunitas pedesaan terkait internet, penelitian fokus pada persoalan pola selektifitas akses internet dan persoalan signifikansi pola dimaksud dengan karaktersistik anggota komunitas pedesaan. Temuan fenomena aktifitas komunitas pedesaan dalam konteks dimensi orientasi khalayak  pada level selektifitas, keterlibatam dan pemanfaatan yang notabene memperlihatkan variansi terkait penggunaan internet, menjadi fakta empiris pembukti individu komunitas pedesaan memang aktif adanya. Aktifitas itu secara teoritis dimungkinkan karena dalam diri individu komunitas pedesaan secara psikologis dilengkapi beberapa “needs and gratification”. Dengan demikian, munculnya fenomena ragam aktifitas individu komunitas pedesaan, secara teoritis itu dimungkinkan sehubungan dengan adanya lima alternatif “needs and gratification”. Upaya melihat signifikansi hubungan itu sendiri dilakukan dalam penelitian ini. Setidaknya dilakukan dengan cara berupaya mengetahui signifikansi keterkaitan variabel Karaktersistik dan variabel Pola Selektifitas. Asumsi itu tidak menemukan kebenarannya secara statistik dalam riset ini. Begitu pula ketika signifikansi tadi dilihat keterkaitannya menyangkut variabel karakteristik individu dengan jenis informasi. Secara teoritis hubungan keduanya tidak signifikan secara statistik. Bahkan tampak menjadi sangat tidak signifikan ketika asosiasi itu ditinjau pada variabel-variabel minor lainnya pada variabel mayor jenis informasi. Penyebabnya mungkin dari sejumlah variabel intervening atau sejumlah variabel extranous.  Pelaksaan penelitian sejenis melalui survai bersifat advance menjadi suatu keharusan dilakukan peneliti berikutnya untuk pengembangan teori. Kata-kata kunci : Pola ; Selektifitas; Internet; Komunitas; Pedesaan.
TELECENTERS DAN EKSISTENSINYA (Survai Eksistensi PLIK di Provinsi Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung) Felix Tawaang
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.093 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190208

Abstract

This study questions the existence of telecentres in Bengkulu, Jambi, and Bangka Belitung. The study concludes that telecentres or PLIK indicates that telecentres generally do not operate accordance with its objectives. This phenomenon indicates that the implementation telecentres establishement for the first time in Velmdalen, Swedia- was not in realization. Operating-PLIK - according to theory of telecenters- generally is included into the category of basic model telecenters. Referring to the report of APJII, this phenomenon occurs also in the country of Chile (Latin America) and South Africa. Some PLIK such as the District Kepahiang and Curup change from the basic model of telecentres becomes a model of telephone cafe. A number of PLIK operating, according to the indicators of telecenters are excluded from category of ideal telecenters of ideal model, the one of Multi-purpose Community telecentres-MCT. Therefore, in addition to addressing the technical shortcomings earlier, it needs to improve the quality of the resource managers.Key words: Telecenters ; PLIK; Existence; Telecentres Model; Province.   ABSTRAKPenelitian ini pada dasarnya mempertanyakan eksistensi telecenters di Provinsi Bengkulu, Jambi serta Bangka Belitung. Hasil studi menyimpulkan bahwa telecenters yang dalam kenyataan disebut PLIK itu mengindikasikan bahwa telecenters-telecenters itu umumnya tidak beroperasi sesuai dengan tujuan pengadaan program telecenters. Dengan fenomena ini, maka hakekat dari pelaksanaan Telecentres sebagaimana pembentukannya pertama kali di Velmdalen, Swedia itu dengan sendirinya jadi tidak mungkin terwujud. Selanjutnya, terkait dengan PLIK-PLIK yang dijumpai masih eksis beroperasi, mengacu pada teori telecenters, maka PLIK-PLIK dimaksud umumnya termasuk dalam kategori telecenters yang berbasis model dasar.  Mengacu pada catatan APJII, ini berarti fenomenanya sama dengan yang terjadi di negara-negara seperti Chili (Amerika Latin) dan Afrika Selatan, di  mana telecenters model dasar juga memang banyak dijumpai di sana. Beberapa PLIK seperti di Kabupaten Kepahiang dan Curup, dijumpai PLIK yang berganti model, dari telecenters bermodel dasar menjadi model wartel. Dari sejumlah PLIK yang beroperasi tadi, sesuai dengan indikator telecenters, maka tidak satupun di antaranya yang termasuk kategori model ideal-telecenters model Multi-purpose Community Telecenters-MCT. Untuk itu, maka di samping mengatasi kekurangan-kekurangan teknis tadi, kiranya perlu juga meningkatkan kualitas sumber daya penegelolanya.Kata-kata kunci : Telecenters; PLIK, Eksistensi; Model Telecenters; Provinsi
PENGGUNAAN INTERNET PADA MASYARAKAT PERKOTAAN (Survai Aktifitas Komunikasi Masyarakat Kelurahan Karombasan Utara, Kecamatan Wanea, Kota Manado melalui Medium Internet Femy F Umboh
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31445/jskm.2015.190204

Abstract

Beckground of this research is that internet use among urban peoples is better than rural people’s one.This study focuses on urban people’s internet usage. By referring to uses and gratification theory introduced by Katz, Blumler and Gurevitch and Levy’s concept of activities in operationalization of variableuse, and by survey technique, this study indicates that regarding activity phenomenon of “before”, their internet use motives are :information seeking; entertainment; playing games; workingand killing time. Generally, dominant motives are: information seeking; entertainment; playing games; working. In the actvity of “during”, research finds that respondents need time between 1–5 hours in every access for entertainment,1–5 hours for playing game, < 1 hours untill 11-15 hours to work. Many respondents use internet at home and places where they work. They use internet at home three time more than other places. There are 17 contentsthey access. Those contents have been accessed but most of them do never. Respondents tend to access social media. They access 2-4 times within a week for the last six months.Keywords: Urban people; Internet uses. ABSTRAKBerlatarbelakangkan indikasi masyarakat perkotaan lebih baik akses internetnya dari pada masyarakat pedesaan, penelitian fokus pada masalah penggunaan internet masyarakat perkotaan. Mengacu konsep uses dalam model teori Uses and Gratification dari Katz, Blumler dan Gurevitch dan konsep aktifitas dari Levy dalam mengoperasionalkan variabel penggunaan, hasil penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data survai menunjukkan bahwa terkait fenomena aktifitas “sebelum”, motif mereka menggunakan internet yaitu ; Cari Informasi; Hiburan; Bermain game; Bekerja dan Mengisi Waktu Senggang. Umumnya responden menonjol pada motif : Cari Informasi; Hiburan; main game; dan bekerja. Dalam hubungan aktifitas “selama”, temuan menunjukkan durasi waktu yang dihabiskan responden bermotif hiburan kebanyakan 1–5 jam per akses. Responden bermotif main game, kebanyakan 1–5 jam. Responden bermotif kerja, kebanyakan menghabiskan antara < 1 jam hingga 11 - 15 jam. Responden lebih banyak menggunakan internet di rumah dan di tempat kerja. Pengakses internet 3 kali seminggu di rumah relatif lebih banyak dari pada kelompok pengakses lainnya. Terdapat 17 ragam konten internet yang diakses. Umumnya ragam konten ini sudah diakses namun demikian bagian terbesarnya mengaku tidak pernah mengakses ragam konten itu. Media sosial menjadi konten yang cenderung banyak diakses dan mereka  lebih banyak mengaksesnya 2 kali-4 kali dalam seminggu selama enam bulan terakhir.Kata-kata kunci : Masyarakat Perkotaan ; Penggunaan Internet
CELLULAR PHONE AND THE USAGE (Problems of Cellular Phone’s Usage In Blank Spot Areas of Indonesia) KARMAN; A R Berto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (813.038 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190209

Abstract

Telepon seluler sebagai bentuk teknologi komunikasi mudah dijangkau lapisan masyarakat Indonesia. Namun, Kondisi geografis menyebabkan akses ke daerah menjadi sulit. Padahal, di daerah banyak potensi konsumen telepon seluler namun tidak difasilitasi dengan infrastruktur telekomunikasi. Fenomena ini menarik dikaji khususnya mengenai bagaimana pola penggunaan dan fungsi telepon seluler sebagai teknologi komunikasi tereduksi oleh keterbatasan infrastruktur. Tulisan ini akan mengeksplorasi, mengidentifikasi, dan memetakan pokok-pokok permasalahan terkait dengan pemanfaatan telepon seluler di daerah blankspot di Indonesia, serta ingin mengetahui trend penelitian kedepannya. Metode penelitian ingin adalah dengan melakukan tinjauan literatur terhadap publikasi terkait masalah ini. Hasilnya menunjukkan bahwa dari ketiga aspek permasalahan di atas (masalah teknis, organisasional, dan budaya) tidak dapat diperlakukan secara terpisah, tapi kesatuan yang saling terkait. Masalah teknis pada telepon seluler berkaitan dengan masalah organisasional (pemerintah dan swasta), dan masalah budaya (lokalitas daerah). Karena keragaman budaya di Indonesia, penelitian ini menganjurkan untuk menggunakan konstruktivis untuk mengkaji penetrasi teknologi telepon seluler. Analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana individu/kelompok merekonstruksi teknologi komunikasi sesuai konteks sosial-budaya. Karena konteks budaya yang khas di setiap daerah, generalisasi kuantitatif harus dikesampingkan, lebih menekankan pada keragaman konstruksi dan kokonstruksi individu/kelompok.Kata-kata Kunci: Permasalahan Infrastruktur; Permasalahan Kultur; Penggunaan Telepon                                   Seluler; Daerah Blankspot. ABSTRACTMobile phone as a form of communication technology is acceptable by many peoples. But geographical condition makes them difficult to access. In fact, many potential mobile-phones consumers are in rural areas. They have no enough telecommunications infrastructure. This phenomenon is interesting to study specially about how the usage and function of cell phone get reduced for bad infrastructure. This article will explore, identify, and map the problems related to mobile-phone usage in the blankspot in Indonesia. This one also wants to know future research trend. By literature review, this study shows that all three aspects of mobile phone usage (technical, organizational, and cultural issues) cannot be separated, but interrelated between one-and-among another. Technical issues on the mobile phone’s usage are related to organizational (government and private) and cultural ones. Because of the diversity of cultures in Indonesia, this study recommends to use a constructivism paradigm to study mobile phone penetration. The analysis then will be conducted to know how the individual/group reconstruct and  co-construct  communications  technology on the basis of their own socio-culture context. Because of cultural difference in each area, researchers can set aside generalization principle and focuses more on every individual or group’s construction to communication technology. Keywords: problems of infrastructure; problems of culture; cellular phone usage; Blank spot                       areas.
PENGGUNAAN DAN KONTEN INTERNET (Survai Aktifitas Penggunaan Perangkat dan Mediasi Konten Internet pada Masyarakat Kelurahan Rappojawa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar) Muhammad Rustam
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.714 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2015.190205

Abstract

The background of this research is the phenomenon of easyness of community to communicate since of ICT development, this article deals with phenomenon of the internet use, and access enabler, and mediating messages. This research uses the concept of activity within the concepts of Uses introduced by Levy in theoretical models of Uses and Gratifitcation. Data Collection is by survey. Based on the findings about the second dimension of activity phenomenon (communication sequence), especially in the second one, which concerns the applications phenomenon: browser; channel; and a variety of individual issues mediated by internet use. This existing diversity shows the selection process by respondents. In using media, individuals are assumed to be active selectors in the model of uses and gratification theory. This activation is caused by individuals, who are psychologically have needs and gratification. Thus, the emergence of diverse forms of activity, theoretically is possible because of the five alternative "needs and gratification " within the respondent. This study do not explore variable "needs and gratification".Therefore, which the most influencing minor variables of major variables of "needs and gratification" on the respondent's Internet uses activity are not identified. Hence, further researches need to analyze for example by LISREL analysis. Key words : Usage;  content; internet. ABSTRAKBerlatarbelakangkan fenomena kemudahan berkomunikasi di kalangan anggota masyarakat karena kemajuan ICT, penelitian diorientasikan pada masalah penggunaan internet dan fokus pada fenomena enabler akses dan mediating messages. Dengan menggunakan konsep aktivitas Levy dalam kaitan konsep Uses dalam model teori Uses and Gratifitcation, penelitian gunakan survai dalam pengumpulan datanya. Berdasarkan temuan terkait fenomena aktifitas dimensi kedua (urutan komunikasi), terutama pada urutan kedua, yaitu menyangkut fenomena aplikasi browser; channel; dan ragam permasalahan yang dimediasi individu melalui penggunaan internet, kiranya semua keragaman yang ada itu menunjukkan adanya proses seleksi dalam diri responden. Dalam penggunaan media, individu diasumsikan sebagai selector aktive oleh model teori uses and gratification. Aktifasi ini sendiri karena dalam diri individu itu secara psikologis memang telah dilengkapi beberapa “needs and gratification”. Ada lima kategori “Needs and gratification” itu. Dengan demikian, munculnya bentuk ragam aktifitas sebagaimana ditemukan dalam penelitian ini, secara teoritis itu dimungkinkan karena adanya lima alternatif “needs and gratification” dalam diri responden. Upaya eksplor terhadap variabel “needs and gratification” tidak dilakukan dalam penelitian ini dan karenanya variabel minor mana dari variabel mayor “needs and gratification” yang paling berpengaruh terhadap aktivitas responden menggunakan internet itu belum diketahui. Guna mengetahuinya karenanya diperlukan semacam analisis LISREL pada penelitian sejenis di masa mendatang.     Kata-kata Kunci : Penggunaan;  Konten; Internet 

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 28 No No. 2 (2024): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 28 No No 1 (2024): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 27 No 2 (2023): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 27 No 1 (2023): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 26 No 2 (2022): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 26 No 1 (2022): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 25, No 2 (2021): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 25, No 1 (2021): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 24, No 2 (2020): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 24, No 1 (2020): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 23, No 2 (2019): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 23, No 1 (2019): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 2 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 2 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 1 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 1 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 2 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 2 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 1 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 1 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 20, No 2 (2016): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 20, No 1 (2016): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 1 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 1 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 2 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 1 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 2 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 15, No 2 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media More Issue