Pradono, Mulyo Harris
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana

AMBANG PERCEPATAN GETARAN DAN KETEGAKAN GEDUNG UNTUK PENILAIAN KERUSAKAN AKIBAT GEMPABUMI Pradono, Mulyo Harris
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5379.649 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v11i1.3682

Abstract

Untuk pemantauan perilaku getaran gedung saat terjadi gempa, maka  diperlukan pemasangan sensor percepatan dan sensor ketegakan pada gedung-gedung bertingkat. Gedung yang dipasangi sensor-sensor dan dihubungkan pada pusat pemantauan memerlukan sistem pendukung keputusan untuk menilai apakah gedung masih dalam keadaan aman atau tidak segera setelah terjadi gempabumi. Makalah ini mengkaji mengenai batas-batas percepatan getaran dan batas ketegakan yang aman bagi kekuatan gedung Pembahasan didasarkan pada spektrum desain gempabumi untuk bangunan di Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk gedung yang dibangun setelah tahun 2012, ambang percepatan di permukaan tanah mengikuti standar dari Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2011. Selanjutnya, sebagai alternatif dapat digunakan kriteria kemiringan permanen gedung untuk menilai tingkatan kerusakan yang terjadi pada gedung pasca gempabumi seperti yang distandarkan oleh FEMA pada tahun 2000.
KAJIAN PERKUATAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN METODA BRESING Pradono, Mulyo Harris
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 14, No 2 (2019): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.127 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v14i2.3839

Abstract

Indonesia merupakan daerah yang rawan gempabumi. Konstruksi fasiltas umum harus aman terhadap ancaman gempabumi. Untuk konstruksi terbangun yang belum aman terhadap tingkat ancaman gempabumi pada lokasi terbangunnya, perlu mendapatkan peningkatan perilaku sehingga lebih aman terhadap ancaman gempabumi. Salah satu metode yang digunakan untuk perbaikan perilaku struktur adalah dengan pemasangan bresing baja pada bangunan struktur rangka beton bertulang. Hal yang perlu diperhatikan dalam penambahan bresing ini adalah terjadinya perubahan mekanisme penahanan gaya gempa oleh struktur, yaitu mekanisme dominasi momen kolom menjadi mekanisme dominasi tarik-tekan kolom yang diteruskan ke pondasi. Hal ini menyebabkan kekuatan pondasi juga menjadi faktor penentu dalam tingkat keefektifan pemasangan bresing tambahan. Makalah ini menampilkan kajian peningkatan kekuatan dengan penambahan struktur bresing yang diterapkan terhadap struktur gedung eksisting. Hasilnya menunjukkan keefektifan bresing dalam memperbaiki perilaku struktur dalam menerima beban gempa, walaupun dibatasi oleh ketersediaan lokasi penempatan bresing.
AMBANG PERCEPATAN GETARAN DAN KETEGAKAN GEDUNG UNTUK PENILAIAN KERUSAKAN AKIBAT GEMPABUMI Pradono, Mulyo Harris
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5379.649 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v11i1.3682

Abstract

Untuk pemantauan perilaku getaran gedung saat terjadi gempa, maka  diperlukan pemasangan sensor percepatan dan sensor ketegakan pada gedung-gedung bertingkat. Gedung yang dipasangi sensor-sensor dan dihubungkan pada pusat pemantauan memerlukan sistem pendukung keputusan untuk menilai apakah gedung masih dalam keadaan aman atau tidak segera setelah terjadi gempabumi. Makalah ini mengkaji mengenai batas-batas percepatan getaran dan batas ketegakan yang aman bagi kekuatan gedung Pembahasan didasarkan pada spektrum desain gempabumi untuk bangunan di Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk gedung yang dibangun setelah tahun 2012, ambang percepatan di permukaan tanah mengikuti standar dari Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2011. Selanjutnya, sebagai alternatif dapat digunakan kriteria kemiringan permanen gedung untuk menilai tingkatan kerusakan yang terjadi pada gedung pasca gempabumi seperti yang distandarkan oleh FEMA pada tahun 2000.