Mochamad Arief Soleh
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Respons fisiologis tanaman kentang terhadap jenis zat pengatur tumbuh pada berbagai kondisi cekaman kekeringan di dataran medium Nita Yuniati; Jajang Sauman Hamdani; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.863 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24972

Abstract

Sari Peningkatan suhu global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sangat berpotensi terjadi cekaman kekeringan pada tanaman kentang. Fenomena ini dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) asam salisilat dan paclobutrazol mampu memberikan perlindungan bagi tanaman terhadap cekaman kekeringan melalui serangkaian proses fisiologis seperti peningkatan aktivitas fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara ZPT dan cekaman kekeringan serta memperoleh jenis ZPT dan kondisi cekaman kekeringan yang masih mampu menghasilkan karakter fisiologis tanaman kentang terbaik di dataran medium. Percobaan bertempat di Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, pada ketinggian 685 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi. Petak utama terdiri dari interval penyiraman 1, 4, 8, dan 12 hari, sedangkan anak petak terdiri atas tanpa ZPT, asam salisilat, paclobutrazol, serta kombinasi asam salisilat dan paclobutrazol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis ZPT dengan cekaman kekeringan terhadap seluruh parameter fisiologis. Penambahan ZPT paclobutrazol mampu menghasilkan respons terbaik terhadap konduktansi stomata serta suhu kanopi. Sementara itu, tanaman kentang pada 9 MST masih mampu memberikan respons fluoresensi klorofil terbaik hingga interval penyiraman 4 hari.Kata kunci: Kentang ∙ Cekaman kekeringan ∙ Asam salisilat ∙ Paclobutrazol Abstract. The rising of CO2 concentration increases global temperature. This phenomenon potentially causes drought stress in potato plant and lead to interfere its physiological process. Plant growth regulator (PGR) such as salicylic acid and paclobutrazol are expected to protect the plant due to the drought stress through improving photosynthesis activity. This study aimed to understand the interaction between PGR and drought stress; and find out the types of PGR and drought stress condition which are able to provide the best physiological responses of potato plant in medium altitude. The experiment was conducted in Ciparanje Experimental Field, Jatinangor, at an altitude 685 m above sea level. Split plot design was used as the experimental design. The main plot was watering interval, consisted of 1, 4, 8, and 12 day; while the subplot was PGR treatment, consisted of non-PGR, salicylic acid, paclobutrazol, and the combination of salicylic acid and paclobutrazol. All of the treatments were replicated for 3 times. The results showed that interactions were not occurred between PGR and drought stress to all physiological parameters. The treatment of paclobutrazol exhibited stomatal conductance and canopy temperature. Meanwhile, the potato plant showed good responses on chlorophyll fluorescence 9 WAP until 4 days watering interval.Keywords: Potato ∙ Drought stress ∙ Salicylic acid ∙ Paclobutrazol
Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan Kakao (Theobroma cacao L.) Belum Menghasilkan Klon Sulawesi 1 Ester Miranda Lbn.Tobing; Santi Rosniawaty; Mochamad Arief Soleh
Agrikultura Vol 30, No 2 (2019): Agustus, 2019
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.1 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v30i2.22920

Abstract

Tanaman kakao banyak dibudidayakan di Indonesia, khususnya di perkebunan rakyat. Produksi kakao di Indonesia masih di bawah potensi hasil kakao secara umum. Peningkatan produksi perlu dilakukan, salah satunya dengan melakukan pemberian pupuk anorganik. Keefektifan penyerapan unsur hara oleh tanaman tergantung pada beberapa faktor, diantaranya dosis pupuk dan cara aplikasi pupuk yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis dan cara pemberian pupuk anorganik yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tanaman kakao belum menghasilkan. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada bulan Desember 2018 sampai bulan April 2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan terdiri dari dosis dan cara pemberian pupuk anorganik, dengan dosis pupuk meliputi: tanpa pemupukan; pupuk tunggal dengan satu taraf, yaitu 45 g/tanaman urea, 60 g/tanaman SP-36, 35 g/tanaman KCl; dan pupuk majemuk tablet NPKMg (20:10:10:2) dengan tiga taraf, yaitu 30 g/tanaman, 60 g/tanaman, 90 g/tanaman, sedangkan cara pemberian pupuk meliputi: disebar dan ditabur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dan cara pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kakao belum menghasilkan terutama pada parameter luas daun, indeks klorofil daun, jumlah flush, dan panjang flush. Pemberian 90 g/tanaman pupuk majemuk tablet NPKMg (20:10:10:2) dengan cara ditabur mampu meningkatkan pertumbuhan kakao belum menghasilkan.Kata Kunci: Kakao belum menghasilkan, Pupuk anorganik, Dosis, Cara pemberian
PENGARUH KONSENTRASI CO2 TERHADAP RESPON FOTOSINTESIS GENOTIPE KEDELAI YANG BERBEDA DALAM KAPASITAS BINTIL AKAR Mochamad Arief Soleh; Makie Kokubun
Zuriat Vol 22, No 1 (2011)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v22i1.6844

Abstract

Peningkatan konsentrasi CO2 [CO2] di atmosfer akan terus berlangsung sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman di masa depan. Peningkatan [CO2] tersebut dapat meningkatkan laju fotosintesis tanaman, sekaligus mempengaruhi hasil tanaman khususnya pada tanaman dengan tipe fotosintesis C3 misalnya kedelai. Kedelai kultivar Enrei (normal-nodulation) dan kultivar Enb01 (super-nodulation) telah ditanam di dalam pot dan ditempatkan di dua rejim [CO2] yang berbeda yakni [CO2] normal (380 ppm) dan [CO2] tinggi (580 ppm). Tanpa melihat perbedaan genotipe, laju fotosintesis kedelai pada level jenuh PPFD (Photosynthetic Photon Flux Density) (1500 µmolm-2s-1) di rejim [CO2] tinggi cenderung lebih tinggi dibanding rejime [CO2] normal pada fase awal tumbuh (sebelum berbunga) 42 dan 57 hari setelah tanam (HST). Sedangkan laju fotosintesis kedelai di rejim [CO2] normal cenderung lebih tinggi pada fase dewasa (sedang berbunga) umur 76 HST. Hal ini memperlihatkan adanya penurunan laju fotosintesis (down-regulation) pada tanaman kedelai umur dewasa (76 HST) di rejim [CO2] tinggi. Hasil pengamatan fotosintesis pada umur 57 HST pada level PPFD yang berbeda (0-1500 µmolm-2s-1) memperlihatkan peningkatan laju fotosintesis seiring meningkatnya radiasi cahaya. Sedangkan laju fotosintesis pada umur dewasa (76 HST) menjadi stagnan seiring meningkatnya radiasi cahaya. Oleh karena itu rejime [CO2] tinggi menstimulasi penurunan laju fotosintesis tanaman kedelai pada umur dewasa (76 HST) yakni pada saat pembungaan. Perbedaan genotip kedelai dalam kapasitas bintil akar tidak menunjukkan pengaruh terhadap laju fotosintesis.
Model Persamaan Prediksi Produktivitas dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Kabupaten Karawang Akibat Perubahan Iklim Ramdhani; Ruminta; Tati Nurmala; Mochamad Arief Soleh
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol. 7 No. 2 (2022): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33661/jai.v7i2.7031

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model persamaan prediksi produktivitas dan produksi Kedelai (Glycine max L.) di Kabupaten Karawang akibat perubahan iklim. Data yang digunakan adalah data tehunan rerata suhu udara dan jumlah curah hujan dari stasion cuaca yang terdapat pada lokasi penelituan. Sedangkan data produktivitas dan produksi Kedelai tahunan menggunakan data yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Karawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara rerata suhu udara tahunan terhadap produksi kedelai sebesar 0,867 dan korelasi antara jumlah curah hujan tahunan terhadap produksi kedelai sebesar -0,56. Persamaan linier ganda yang menghubungkan produktivitas kedelai dengan rerata suhu udara dan jumlah curah hujan tahunan adalah. Ypt(i) = b0 + b1.X1 + b2.X2, dimana Ypt =produktivitas kedelai tahunan (tons/ha, X1 = jumlah curah hujan tahunan (mm/year, X2 = rerata suhu udara tahunan (oC), dan b0, b1, dan b2 =koefisien regresi linier berganda. Masing-masing sebesar b0 = -0.385, b1= -0.00026, and b2= 0.86. Persamaan prediksi produktivitas tahunan yang dihasilkan adalah Ypt = 0.0158 X – 29.996, dengan R2= 0,675, where X = tahun dan Ypt = produktivitasKedelai tahunan, dan persamaan prediksi produksi Kedelai tahunan yang dihasilkan adalah Yp = 221,98 X – 445973, with R2= 0,597, dimana X = tahun dan Yp = produksi Kedelai tahunan