Claim Missing Document
Check
Articles

PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PROGRAM ” SELF CARE MANAGEMENT” PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA MEKARWANGI DAN BENDUNGAN KECAMATAN PAGADEN BARAT KABUPATEN SUBANG -, Nursiswati,; -, Rafiyah, I.; -, Sutini, T.
Dharmakarya Vol 3, No 1 (2014): Dharmakarya
Publisher : DRPM Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.372 KB)

Abstract

Universitas Padjadjaran sebagai perguruan tinggiyang berada di Jawa Barat ikut serta membantumenyelesaikan masalah yang terdapat di wilayahJawa Barat khususnya Kacamatan Pagaden BaratKabupaten Subang melalui salah satu fungsi TriDharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepadamasyarakat (PKM). Tujuan program kegiatan PKMini adalah untuk: Meningkatkan pengetahuan dankemampuan masyarakat dalam meningkatkanManajemen self care pada penderita DiabetesMelitus; dan Mahasiswa dapat berpartisipasi dalammensosialisasikan kegiatan manajemen self caretersebut serta meningkatkan pengetahuan sertakemampuan kader kesehatan. Kegiatan lokakaryadilakukan di masing-masing desa yaitu di DesaMekarwangi dan Bendungan. Aparat pemerintahankedua desa beserta tokoh masyarakat menyadariadanya peningkatan angka Diabetes dan mendukungsepenuhnya program peningkatan pemberdayaanmasyarakat dalam manajemen self care penderitaDiabetes. Program pemeriksaan tensi darah gratisdilaksanakan di masing-masing desa pada waktuyang berbeda. Adapun pelatihan dilaksanakansecara paralel pada hari yang sama di masing-masingaula desa. Peserta yang hadir mewakili unsur Timpenggerak PKK, tim kader kesehatan, aparat desa,perwakilan warga, dan tim puskesmas. Kegiatanpelatihan dilaksanakan secara bergelombang sampaidengan 3 sesi berbeda. Total jumlah Peserta kaderkesehatan dan aparat yang hadir pada 3 sesi yangberbeda tersebut mencapai 49 orang. Pesertamendapatkan modul penanganan Diabetes Melitusdan materi penyuluhan yang diberikan dalampelaksanaan penyuluhan manajemen self care.Dengan demikian, seluruh peserta/kader dapatmempelajarinya kembali dan dapat digunakansebagai pedoman manajemen self care dalammengoptimalkan kegiatan penanganan DM. Evaluasidilakukan melalui pemberian kuis yang terdiri daripertanyaan dari materi yang telah didiskusikan.Sementara itu, untuk memantau keberlangsunganmanajemen self care setelah pelatihan, dilakukanprogram pendampingan kegiatan manajemen selfcare yang dilakukan oleh mahasiswa KKN.Kata Kunci: Diabetes Melitus, Manajemen self care,Kader
THE EFFECT OF PREGNANCY NUTRITIONAL CONSUMPTION IN LOW BIRTH WEIGHT RISK: A NARRATIVE REVIEW Sania Yulianti; Gian Cipta G; Ikhsan Hafidz; Shafira Rizki A; Siti Nur Fatimah; Nursiswati Nursiswati
Journal of Maternity Care and Reproductive Health Vol 3, No 4 (2020): Journal of Maternity Care and Reproductive Health
Publisher : Ikatan Perawat Maternitas Indonesia Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36780/jmcrh.v3i4.147

Abstract

Low birth weight are conditions for babies born weighing less than 2500 grams. LBW is related to the nutrition of pregnant women obtained from the consumption of nutrition during pregnancy and nutrition of the mother before pregnancy. A well-nourished mother before and during pregnancy has a high probability of giving birth to a healthy baby, full term and normal birth weight. LBW is the highest predictor of infant mortality. The purpose of this literature is to determine how the influence of nutritional consumption of pregnant women on the risk of LBW. The method used is narrative review with the database used is Google Scholar, Pubmed and EBSCO. Keywords using Indonesian, pregnant women, low birth weight babies and English keywords, nutrients, pregnancy, low birth weight. Articles are sorted based on the author's critical analysis. There were 5 articles that explained that the nutritional consumption of pregnant women needs to pay attention to a proper diet and diet where the nutritional composition must be complete and sufficient so as to minimize the risk of LBW. The conclusion is that the consumption of nutrition of pregnant women with proper diet and diet can minimize LBW so that the recommendation for pregnant women is to fulfill the nutritional needs completely and adequately.
Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana Bagi Masyarakat Kusman Ibrahim; Etika Emaliyawati; Desy Indra Yani; Nursiswati Nursiswati
Media Karya Kesehatan Vol 3, No 1 (2020): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v3i1.23991

Abstract

Indonesia dikenal sebagai negara yang sering ditimpa bencana, baik bencana alam maupun akibat ulah manusia. Dari indeks resiko bencana, Jawa Barat merupakan provinsi dengan dampak fisik tertinggi di Indonesia, dan Kabupaten Ciamis termasuk kabupaten dengan kelas indeks tinggi di Indonesia, namun penanganan bencana terutama aspek pencegahan dan mitigasi bencana nampaknya masih belum optimal. Masyarakat dan pemerintah lebih sering bersifat reaktif ketika bencana terjadi. Hal ini dapat memicu timbulnya banyak korban jiwa dan kerugian yang tinggi akibat kurangnya antisipasi dan kesiapsiagaan. Mengingat terbatasnya sumberdaya pemerintah dalam penanganan bencana, maka pemberdayaan masyarakat untuk bisa mencegah dan meminimalisasi dampak bencana sangatlah penting. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan agar masyarakat bisa menyadari kondisi-kondisi yang berisiko bencana, melakukan langkah-langkah pencegahan, dan penanganan pertama pada korban-korban bencana atau kecelakaan. Kegiatan dilakukan dalam bentuk pemaparan interaktif, diskusi, dan simulasi penanganan korban bencana selama 2 hari, diiikuti oleh 46 orang peserta yang terdiri dari para kader kesehatan, aparatur pemerintahan desa, anggota Perlindungan masyarakat (linmas), perwakilan puskesmas, unsur kewilayahaan seperti RT, RW, dan Dusun. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan skor rerata pengetahuan dari 77,07 sebelum pelatihan ke 89,57 setelah pelatihan, serta sikap positif peserta dan antusias peserta dalam mengikuti simulasi penanganan korban bencana. Antusiasme peserta selama pelatihan tampak sangat tinggi terbukti dengan banyaknya pertanyaan serta tingginya partisipasi dalam pelatihan. Namun demikian, kegiatan ini belum bisa menjangkau sebagian besar masyarakat lainnya sehingga perluasan dan keberlanjutan dari kegiatan ini masih sangat diperlukan. Kata kunci: Bencana, masyarakat, pelatihan, simulasi.
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PROGRAM ” SELF CARE MANAGEMENT” PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA MEKARWANGI DAN BENDUNGAN KECAMATAN PAGADEN BARAT KABUPATEN SUBANG Nursiswati, -; Rafiyah, I. -; Sutini, T. -
Dharmakarya Vol 3, No 1 (2014): Dharmakarya
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.372 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v3i1.8305

Abstract

Universitas Padjadjaran sebagai perguruan tinggiyang berada di Jawa Barat ikut serta membantumenyelesaikan masalah yang terdapat di wilayahJawa Barat khususnya Kacamatan Pagaden BaratKabupaten Subang melalui salah satu fungsi TriDharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepadamasyarakat (PKM). Tujuan program kegiatan PKMini adalah untuk: Meningkatkan pengetahuan dankemampuan masyarakat dalam meningkatkanManajemen self care pada penderita DiabetesMelitus; dan Mahasiswa dapat berpartisipasi dalammensosialisasikan kegiatan manajemen self caretersebut serta meningkatkan pengetahuan sertakemampuan kader kesehatan. Kegiatan lokakaryadilakukan di masing-masing desa yaitu di DesaMekarwangi dan Bendungan. Aparat pemerintahankedua desa beserta tokoh masyarakat menyadariadanya peningkatan angka Diabetes dan mendukungsepenuhnya program peningkatan pemberdayaanmasyarakat dalam manajemen self care penderitaDiabetes. Program pemeriksaan tensi darah gratisdilaksanakan di masing-masing desa pada waktuyang berbeda. Adapun pelatihan dilaksanakansecara paralel pada hari yang sama di masing-masingaula desa. Peserta yang hadir mewakili unsur Timpenggerak PKK, tim kader kesehatan, aparat desa,perwakilan warga, dan tim puskesmas. Kegiatanpelatihan dilaksanakan secara bergelombang sampaidengan 3 sesi berbeda. Total jumlah Peserta kaderkesehatan dan aparat yang hadir pada 3 sesi yangberbeda tersebut mencapai 49 orang. Pesertamendapatkan modul penanganan Diabetes Melitusdan materi penyuluhan yang diberikan dalampelaksanaan penyuluhan manajemen self care.Dengan demikian, seluruh peserta/kader dapatmempelajarinya kembali dan dapat digunakansebagai pedoman manajemen self care dalammengoptimalkan kegiatan penanganan DM. Evaluasidilakukan melalui pemberian kuis yang terdiri daripertanyaan dari materi yang telah didiskusikan.Sementara itu, untuk memantau keberlangsunganmanajemen self care setelah pelatihan, dilakukanprogram pendampingan kegiatan manajemen selfcare yang dilakukan oleh mahasiswa KKN.Kata Kunci: Diabetes Melitus, Manajemen self care,Kader
Larutan Pembersih PeriuretraSebelum Pemasangan Kateter Urin Menetap: Literature Review Awaluddin A; Nursiswati N
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.7 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i2.71

Abstract

Pemasangan kateter urin menetap pada pasien baru di rumah sakit adalah 23,2% setiap bulan. Delapan puluh persen kejadian infeksi saluran kemih disebabkan oleh kateter urin menetap yang tidak aseptik. Kematian akibat infeksi ini adalah 32% dari seluruh kasus infeksi nosokomial. Penggunaan larutan pembersih periuretra sebelum pemasangan kateter urin menetap dalam mengurangi infeksi saluran kemih kurang memadai. Metode yang digunakan adalah literature review, dengan pencarian pada database CINAHL, proquest, dan google scholaryang dipublikasikan dari tahun 1995 sampai dengan 2013. Kata kunci yang digunakan meliputi catheterization, indwelling urinary catheter, bacteriuria, meatal atau periurethral cleaning, urinary tract infection, dan nursing. Dua puluh lima literatur yang berkaitan didapatkan. Larutan yang umum digunakan adalah air kran, air steril, larutan antiseptik, dan salin normal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kejadian infeksi saluran kemih dengan penggunaan air kran dibandingkan dengan povidone-iodine10% atau chlorhexidine0.1%. Hal yang sama juga ditemui saat pengunaan air steril dibandingkan dengan povidone-iodineatau chlorhexidine gluconate10% atau 0.05%, saat penggunaan air dan sabun, busa pembersih kulit, povidone-iodine10%, dan salin normal. Air steril adalah larutan hipotonik, tidak mahal, dan tidak mengiritasi kulit. Salin normal juga lebih murah dan kurang mengiritasi kulit. Larutan antiseptik cukup mahal, dapat mengiritasi kulit, dan memiliki efek samping alergi atau toksik. Sabun memiliki sedikit kadar antiseptik dan relatif murah. Larutan pembersih periuretra sebelum pemasangan kateter yang dapat digunakan adalah air kran, air steril, larutan antiseptik, salin normal, dan air dan sabun. Diperlukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan air steril atau salin normal. Kata kunci:Infeksi saluran kemih, kateter urin menetap, larutan pembersih periuretra AbstractMonthly, 23.2% of new patients in hospital had an indwelling urinary catheter, and 80% of them had urinary tract infections. Data showed that this infection was contributed to 32% of death in nosocomial infection cases. Using the periurethral cleaning solution before the insertion of indwelling catheter to reduce urinary tract infections are still debated. This literature review used some databases such as CINAHL, proquest and google scholar that published between 1995 and 2013. Key words included catheterization, indwelling urinary catheter, bacteriuria, meatal or periurethral cleaning, urinary tract infection, and nursing. This study reviewed 25 appropriate literatures. The solution were tap water, sterile water, antiseptic solution, and normal saline. Statistically, there was no differences of incidences of urinary tract infection when tap water solution compared with povidone-iodine or chlorhexidine 0.1% as well the use of sterile water compared with povidone-iodine or chlorhexidine gluconate 10% or 0.05%, water and soap, skin cleansing foam, povidone iodine, and normal saline. Sterile water is an inexpensive hypotonic solution and does not irritate the skin. Normal saline is also less expensive and less irritating to the skin. Antiseptic solution is quite expensive, can irritate the skin, and have an allergic or toxic side effects. Soap has little value as an antiseptic and relatively inexpensive. Tap water, sterile water, antiseptic solution, normal saline, and water and soap are some solutions that can be us as periuretral cleaning solution. Further study related to the usage of steril water or normal saline is needed.Key words: Indwelling urinary catheter, periurethral cleaning solution, urinary tract infection
Kualitas Hidup berdasarkan Karekteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yuli Wahyuni; Nursiswati N; Anastasia Anna
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.916 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.79

Abstract

Karekteristik pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dapat memengaruhi kualitas hidupnya meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lama menderita DM, dan status pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kualitas hidup berdasarkan karekteristik pasien DM tipe 2. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 89 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner karekteristik responden dan Quality of Life Instrument for Indian Diabetes Patients (QOLID)yang terdiri dari 34 pertanyaan. Data yang terkumpul dikategorikan menjadi kualitas hidup tinggi/rendah berdasarkan nilai mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup (QoL) pasien DM tipe 2 secara keseluruhan adalah tinggi (56,18%). Berdasarkan umur, QoL tinggi terbesar adalah lansia (65,9%) dan QoL rendah terbesar adalah dewasa madya (53,84%). Jenis kelamin, QoL tinggi terbesar adalah laki-laki (58,97%) dan QoL rendah terbesar adalah perempuan (46%). Tingkat pendidikan, QoL tinggi terbesar berada pada perguruan tinggi (78,26%) dan QoL rendah terbesar berada pada SD (65%). Berdasarkan sosial ekonomi, QoL tinggi terbesar adalah penghasilan lebih dari >5 juta (87,5%) dan QoL rendah terbesar adalah <1 juta (66,67%). Berdasarkan lama menderita, QoL tinggi terbesar adalah >10 tahun (66,67%) dan QoL rendah terbesar adalah < 1 tahun (53,33%). Berdasarkan status pernikahan QoL tinggi terbesar adalah menikah (56,16%) dan QoL rendah terbesar adalah janda/duda (46,67%). Perawat diharapkan dapat membantu pasien dengan karekteristik tingkat pendidikan SD, usia dewasa madya, penghasilan <1 juta dan lama menderita <1 tahun dengan cara mengembangkan aktivitas yang dapat mendukung peningkatan QoL pasien DM tipe 2.Kata kunci:DM tipe 2, karekteristik pasien, kualitas hidup AbstractAges, sex, education levels, economic status, marital status, and the length of life with diabetes mellitus are characteristics of patient with type 2 DM that can affect to their quality of life. The purpose of this study was to describe type 2 diabetes mellitus patients’ quality of life based on patients’ characteristics. Descriptive quantitative approach with purposive sampling was applied to 89 respondents. Data were collected using Quality of Life Instruments for Indian Diabetes Patients (QOLID), which consists of 34 questions. Data were analyzed using means scores. The result showed that quality of life (QoL) of patients with type 2 diabetes were high (56.18%). Based on age categories, the highest QoL was the elderly group (65.9%) and the lowest was the middle adulthood group (53.84%). Men had higher QoL than women with (58.97%) and (46%), respectively. This study also found that university graduates had the highest QoL (78.26%) and the lowest were elementary school graduates (65%). Based on the economic status, people with income >5 million (50%) had the highest QoL and the lowest was people with income <1 million (35.90%). Diabetic patients who suffering for more than 10 years (66,67%) had the highest QoL and the lowest was people who suffer of type 2 DM for less than a year (53.33%). Based on marital status, the highest QoL was married people (56.16%) and the lowest was widow (46.67%). Nurses are expected to help patients with low level of QoL and develop some activities to enhance the QoL of patient with type 2 DM.Key words: Patient’s characteristic, quality of life, type 2 DM
Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Sisca Damayanti; Nursiswati N; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.084 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.81

Abstract

Penyakit diabetes melitus tipe 2 (DMT2) memerlukan pengontrolan untuk meminimalisir komplikasi melalui penerapan self-managementyang baik. Efektifitas penerapan self-managementdipengaruhi banyak faktor salah satunya dukungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien DM sehingga diharapkan dapat membantu, mengontrol dan membentuk perilaku pasien DM termasuk dalam hal ini perilaku self-management. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan untuk menggali dukungan keluarga dalam konteks pasien DM di Indonesia. Sebanyak 78 responden dilibatkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode concecutive sampling. Dukungan keluarga diukur menggunakan instrumen yang di modifikasi dari The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) dengan skor Alpha Cronbach 0,973 dan korelasi inter-item0.386-0.859. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan dukungan keluarga dikategorikan menjadi favorable(bila skor total individu > nilai mean kelompok 69,62). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden (55,1%) melaporkan dukungan keluarga favorable. Dari analisis domain dukungan keluarga, dimensi dukungan lingkungan sosial secara umum menunjukkan persentase terendah (48,71%) dibandingkan domain dukungan keluarga yang lainnya. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk meningkatkan keterlibatan keluarga dalam perawatan DMT2 serta meningkatkan aspek dukungan lingkungan sosial. Kata kunci: Diabetes melitus, dukungan keluarga, perilaku self-managementAbstractType 2 diabetes mellitus (T2DM) must be controlled to reduce complications through good self-management behaviour (SMB). The effectiveness of SMB is influenced some factors, one of them is family support. family is the closest social enviroment for patients of DM, thus it is hoped to help, control, and create patient of DM behaviour includes self management behaviour. This study was descrition quantitative with cross sectional approach purposed to determine the level of patients’ perceived of family support in Indonesia. Seventy-eight respondents were included for this study by using concecutive sampling methode. The questionnaire for family support was modified from The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) with Chronbach Alpha 0,973 and inter-itemcorrelation 0,386-0,859. The data collected were analyzed using descriptive analysis, where family support categorized into favorable (if individual score > the respondents mean score = 69.62) and oppositely. The results showed that more than half of respondents (55,1%) reported favorable family support. Regarding family support domains, social network support noted as the lowest percentage (48.71%). Therefore, it is important for nurses and other healthcare professional to improve family involvement in diabetes care especially improving network support aspect.Key words:Diabetes mellitus, family support, self-management behaviour
Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool(CPOT) di Intensive Care Unit(ICU) Ayu Prawesti Priambodo; Kusman Ibrahim; Nursiswati N
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.731 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.239

Abstract

Penggunaan alat ukur pengkajian nyeri yang sistematik dan terstandar pada pasien kritis yang tidak mampu untuk melaporkan rasa nyeri adalah suatu hal yang perlu diperhatikan. Behavioural pain scales(BPS) adalah alat ukur yang lebih dini dan banyak digunakan di area keperawatan kritis. Critical pain observation tools(CPOT) adalah alat yang dikembangkan menggunakan unsur-unsur rasa nyeri yang ada pada beberapa alat ukur pengkajian nyeri, termasuk BPS, namun CPOT belum banyak dikenal dan digunakan. Tujuan penelitian adalah melihat kesesuaian alat ukur CPOT dengan alat ukur BPS. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan Crosssectional dengan sampel pasien GICU (General Intensive Care Unit) dengan penurunan kesadaran dan menggunakan ventilasi mekanik sebanyak 48 pasien. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengkajian dilakukan dengan observasi skala nyeri menggunakan BPS dan CPOT pada saat pasien kondisi istirahat dan positioninguntuk melihat keandalan alat ukur nyeri. Hasil uji beda dan korelasi pada hasil pengukuran nyeri pada BPS dan CPOT adalah bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa BPS dan CPOT dapat mengukur perbedaan intensitas nyeri saat istirahat dengan saat positioning. Hasil uji kesesuaian (kappa) pengukuran BPS dengan CPOT memiliki nilai kesesuaian yang bermakna, dengan nilai kesesuaian (kappa) BPS-CPOT pada kondisi istirahat sebesar 0,937, sedangkan nilai kesesuaian (Kappa)BPS-CPOT pada kondisi positioning sebesar 0,265. BPS dan CPOT adalah alat penilaian nyeri yang dapat digunakan dalam menilai rasa sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada pasien kritis. CPOT lebih mudah digunakan dan aplikatif karena memiliki definisi operasional yang jelas. Kata kunci : Behavioural pain scale, Critical pain observation tool, pasien kritis.Pain Assessment among Critically Ill Patients using the Critical Pain Observation Tool (CPOT) in the Intensive Care Unit AbstractA systematic and standardised tool to assess pain experienced by critically ill patients has been previously highlighted. The BPS is the common tool used in the intensive care setting which can be used. But, the Critical Pain Observation Tool (COPT) has not been used extensively in the hospital. Thus, the efficacy of this tool needs to be examined. This descriptive observational study aimed to find an agreement of CPOT with BPS using a cross-sectional method recruited 48 participants with consecutive sampling technique. Pain assessment was performed during a resting and positioning period to check the agreement of the tools. Data was analysed using Cohen’s Kappa index analysis. Findings demonstrated a significance difference of pain intensity measured by BPS and CPOT during the period of resting (κ = 0.937) and positioning (κ = 0.265). Thus, BPS and CPOT are reliable scales to measure pain intensity. It is expected that those tools can help nurses to improve pain management for critically ill patients. However, CPOT is considered more applicable and user-friendly compared to the BPS.Keywords: Behavioral Pain Scale, Critical Pain Observation Tool, critical nursing care
Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Citra Windani Mambang Sari; Hartiah Haroen; Nursiswati Nursiswati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.628 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i3.293

Abstract

Perilaku perawatan kaki merupakan komponen yang penting dalam pencegahan kaki diabetik. Namun, banyakpasien Diabetes Melitus (DM) yang tidak menjalankannya akibat rendahnya pengetahuan dan self-efficacy pasienmaupun keluarga. Di sisi lain, dukungan dan keterlibatan keluarga merupakan aspek penting dalam terlaksananyaperilaku perawatan kaki pasien DM. Pengembangan program peningkatan perawatan kaki DM berbasis keluargapenting dilakukan guna mengatasi kelemahan program sejenis yang berbasis individu. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengidentifikasi pengaruh program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga terhadap perilakuperawatan kaki pasien DM. Penelitian quasi experiment dengan pre-test and post-test with control group designini melibatkan 72 responden DM Tipe 2 dan keluarganya yang diseleksi secara purposive dari populasi respondenDiabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Sampel dibagi menjadi kelompokintervensi dan kontrol dengan masing-masing 36 responden. Responden pada kelompok intervensi mendapatkanprogram edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, konseling serta tindak lanjut 1 kali melalui telepon dan tigakali melalui kunjungan langsung ke rumah. Perilaku perawatan kaki dikumpulkan menggunakan kuesioner.Data dianalisis menggunakan paired dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaankarakteristik antar kelompok. Perilaku perawatan kaki post test (M=84.69, SD=4.49) pada kelompok intervensiberbeda secara bermakna (p = 0.000) lebih tinggi dibanding pre test (M=49.50, SD=9.40), sedangkan padakelompok kontrol ada penurunan skor setelah pengukuran (sebelum M=51,33, SD=8,58; sesudah M=49,50,SD=9,40; p=0,219). Program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga efektif meningkatkan perilaku perawatankaki pasien DM. Dengan demikian, perawat dapat mengintegrasikan program edukasi perawatan kaki berbasiskeluarga ke program perkesmas sebagai upaya pencegahan kaki diabetik pada pasien Diabetes Melitus.
Peningkatan Pengetahuan Melalui Pendidikan Kesehatan "Sharing Tentang Minum Jus" Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular Dan Kronis Nursiswati Nursiswati; Fitry Filianty; Hasniatisari Harun
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 7 (2022): Volume 5 No 7 Juli 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i7.6250

Abstract

 ABSTRAK  Kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan resiko ke-10 tertinggi dari angka kematian di dunia. Konsumsi buah dan sayur dapat mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular. Upaya dalam meningkatkan kesadaran konsumsi buah dan sayuran dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan dan modifikasi mengkonsumsi sayur dan buah dengan cara diolah menjadi juice. Oleh sebab itu tujuan umum dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan Pendidikan Kesehatan tentang manfaat juice buah dan sayur dalam pencegahan penyakit tidak menular dan kronis. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah Pendidikan dalam bentuk penyuluhan kesehatan mengenai penyakit tidak menular, kandungan gizi buah dan sayur, manfaat mengkonsumsi buah dan sayur, serta memberikan tester juice. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 10 orang masyarakat umum, dan 7 orang mahasiswa. Hampir seluruh peserta mengatakan tidak pernah membuat juice sayur. Hasil evaluasi kegiatan terdapat peningkatan pengetahuan terkait manfaat jus sayur. Peserta yang hadir memilih juice yang berwarna orange selain hijau pada awalnya, namun setelah mencoba peserta menyebutkan bahwa ternyata rasa juice berwarna hijaupun sangat enak. Diharapkan informasi yang telah disampaikan dalam bentuk pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam konsumsi buah dan sayur. Kata kunci: Jus Buah Dan Sayur, Pencegahan, Penyakit tidak menular, Penyakit Kronis  ABSTRACT Lack of consumption of fruits and vegetables is the cause of the 10th highest risk of death globally. Consumption of fruits and vegetables can reduce the risk of non-communicable diseases. Community can increase awareness of fruit and vegetable consumption by increasing knowledge and modifying the consumption of vegetables and fruit by processing them into juice. Therefore, the general goal of this community service activity is community empowerment in preventing non-communicable and chronic diseases through the production and consumption of healthy veggie juice. The topic of education program includes the importance of preventing non-communicable diseases, the nutritional components of fruits and vegetables, and the benefits of consuming fruits and vegetables. Following the education programs we provided some veggie juice testers. The number of participants who attended was ten people living in the community and seven students. Almost all participants said they never made vegetable juice. The results of the activity showed an increase in knowledge regarding the benefits of vegetable juices. Participants chose the yellow or orange color juices  other than green at first, but after trying it, they said that it taste was very good and tasty. It is hoped that the information that has been conveyed in the form of health education can increase public awareness in the consumption of fruits and vegetables. Keywords: Healthy Veggie Juice, Prevention, Non-communicable Diseases 
Co-Authors Acob, Joel Rey Adam, Saddam Febriansyah Adisite, Meina Nur Aeni Aisyah Istiqomah Anastasia Anna Andini, Nathania Putri Anza Zahya Qeysha Aprilia Inggritika Priyatmoko Putri Awaluddin A Ayu Prawesti Priambodo Azrania Fatima Bambang Aditya Nugraha Bambang Aditya Nugraha Bambang Aditya Nugraha Carissa Muthia Putri Nugroho Chandra Isabella Hostanida Purba Citra Windani Mambang Sari Dadang Purnama Deasy Silvya Sari Deasy Silvya Sari Deasy Silvya Sari Deasy Sylvia Sari Desy Indra Yani Devita Listuhayu Dianantari, Fauziyyah Dimas Andhika Diva Jogina Dwi Winastuti Efri Widianti Eka Afrima Sari Eka Afrima Sari Eka Afrima Sari, Eka Afrima Etika Emaliyawati Fa'izah, Bella Nadia Fadhilah, Adinda Fadillah, Jasmine Fasya Faradisa, Firna Husnika Farida Afifah Nurlathifah Faturrahman, Reza Rizkika Febbie Chandra Syahrani Feni Agustina Fera Imelia Agustin Firman Sugiharto Firman Sugiharto Fitria, Nita Fitry Filianty Ghifani Sifa Azahra Gian Cipta G Hana Rizmadewi Agustina Hartiah Haroen Harun, Hasniatisari Harun, Hasniatisari Haruni, Hasniatisari Hediati Hastuti Heliani, Yusshy Kurnia I. -, Rafiyah, I. Ikhsan Hafidz Iqbal Pramukti Istiqomah Dieni Hanifa Khoirunnisa, Fadila Kirana, Ade Kurnia Herliani, Yusshy Kusman Ibrahim Lia Sari Lidya Rahmawati Malfa Laila Pratidina Malihatunnisa Nurrofikoh Malihatunnisa Nurrofikoh Maniatunufus Maniatunufus Maniatunufus Maniatunufus Maniatunufus, Maniatunufus Maria Komariah Muhamad, Sahrul Nur Muhammad Alghifari Budiman Muhammad Fauzan Tamir Muhammad Sajid Ramadhan Naomi Sella Aprilia Novia Rahmawati Novia Yulianti Nur'aeni, Nabyla Nur'aeni, Nabyla Nur'aeni Nurrofikoh, Malihatunnisa Nurrofiqoh, Malihatunnisa Nurul Darmawulan Nurul Maulidya Nurwijayanti Oktaviani Fauziyah Ooh Hodijah Ooh Hodijah Putri Noor Kholisoh Purnama Wati Putri, Silvi Riana Rafiyah, I. - Rahmat, Dadang Ramdhani, Muhammad Zaky Regina Cahyani Revi Merliani Nugraha Reyza, Muhammad Fakhrul Ridwana, Feni Rifia Azka Nabiilah Rizka Adinda Rustianti Salwa, Sayyidah Sandra Pebrianti Sandra Pebrianti Sania Yulianti Santi Rukminita Anggraeni Santi Rukminita Anggraeni, Santi Rukminita Sari, Eka Afirma Setiani, Haniifah Shabira Fairuz Hasna Shafira Rizki A Sisca Damayanti Siti Nur Fatimah Siti Ulfah Rifa&#039;atul Fitri Siti Ulfah Rifa’atul Fitri Sri Hartati Pratiwi Sutini, T. - Sya'fa, Siti Noor T. -, Sutini, T. Taty Hernawaty Titis Kurniawan Titis Kurniawan Titis Kurniawan Titis Kurniawan Titis Kurniawan Tuti Pahria Umy Riskyani Urip Rahayu Vieri Abdurrafi Wati, Putri Noor Kholisoh Purnama Widaningsih, Ida Yanti Rubiyanti Yuli Wahyuni Yutantri, Savitri Kartika