Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

MINIMASI KETERBUKAAN LAHAN MELALUI PENYARADAN YANG DIRENCANAKAN: KASUS DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 10 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6296.422 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.10.444-453

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan yang direncanakan. Penyaradan kayu dengan traktor betapapun hati-hatinya dilakukan, akan tetap menimbulkan kerusakan berupa keterbukaan lahan. Dengan penyaradan yang direncanakan   diharapkan dapat meminimalkan kerusakan tersebut. Penelitian telah dilakukan di dua perusahaan  hutan di Kalimantan Timur pada tahun 1996. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyaradan yang direncanakan terhadap terjadinya keterbukaan lahan dengan sasaran untuk meminimalkan terjadinya jalan sarad tidak produktif. Data yang dikumpulkan adalah: jumlah pohon  ditebang/disarad, jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke atas, kemiringan lapangan dan luas lahan terbuka. Analisis data menggunakan uji-t dan analisis regresi berganda.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai  berikut :Rata-rata jalan sarad tidak produktif yang disebabkan oleh penyaradan yang direncanakan adalah 4,4% dari jumlah jalan sarad produkiif dan 9,9% untuk konvensional. Terjadi penurunan  jalan  sarad  tidak produktif  sebesar  5,6% (sangt berbeda nyata pada taraf 99%).Rata-rata keterbukaan lahan yang disebabkan oleh penyaradan yang direncanakan adalah 11,2% dan untuk konvensional sebesar 15,2%. Terjadi penurunan keterbukaan lahan sebesar 4,0%  (berbeda nyata pada taraf 95%).Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterbukaan lahan dan jalan sarad tidak produktif secara positif adalah jumlan pohon ditebang/disarad dan kerapatan tegakan serta factor yang  berpengaruh negative adalah kemiringan lapangan untuk penyaradan yang direncanakan   sedangkan terhadap keterbukaan lahan pada penyaradan konvensional kemiringan lapangan berpengarun positif (sangat berbeda nyata pada taraf 99%). Penyaradan yang direncanakan  dapat meminimalkan terjadinya keterbukaan lahan berupa jalan sarad tidak produktif.
PENINGKATAN PEMANFAATAN KAYU RASAMALA DENGAN PERBAIKAN TEKNIK PENEBANGAN DAN SIKAP TUBUH PENEBANG: STUDI KASUS DI KPH CIANJUR, PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati; Djaban Tinambunan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 5 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7320.181 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.5.349-361

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2005. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan pemanfaatan kayu rasamala yang dihasilkan dari penerapan teknik penebangan serendah mungkin dan konvensioal sikap tubuh penebang (jongkok dan membungkuk).Data yang dikumpulkan adalah: waktu kerja, volume kayu, produktivitas, efisiensi, tinggi tunggak dan biaya penebangan. Data dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap faktorial split plot.Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dengan menerapkan teknik serendah mungkin dapat meningkatkan efisiensi sebesar 28.5% (jongkok) atau 28,2% (membungkuk); (2) Teknik penebangan dan sikap tubuh penebang berpengaruh nyata terhadap produktivitas dan biaya penebangan; (3) Rata-rata tinggi tunggak untuk teknik penebangan serendah mungkin adalah 9.18 cm (jongkok) dan 9.64 cm (membungkuk); sedangkan untuk teknik konvensional adalah 15.83 cm (jongkok) dan 16.41 cm (membungkuk).
PENYARADAN YANG DIRENCANAKAN UNTUK MINlMASI KERUSAKAN TEGAKAN TlNGGAL: Kasus Di Dua Perusahaan Hutan Di Kalimantan Timur Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 1 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2938.346 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.1.60-67

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil-hasil penelitian tentang kerusakun tegakan tinggal akibat kegiatan penyaradan yang direncanakan. Penyaradan dengan traktor meskipun hati-hati dilaksanakan, namun kerusakan terhadap tegakan tinggal tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Dengan teknik penyaradan yang direncanakan, diharapkan dapat meminimalkan kerusakan tersebut. Penelitian telah dilaksanakan di dua perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Tujuan penelitian adalah untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal yang terjadi.Data yang dikumpulkan adalah jumlah pohon ditebang/disarad, kerapatan tegakan berupa jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke atas, kemiringan lapangan dan jumlah pohon yang rusak. Data dianalisis dengan uji-t dan regresi berganda.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai berikut : Rata-rata kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan yang direncanakan adalah 8,4% dan untuk yang konvensional sebesar 13,47%. Terjadi penurunan kerusakan sebesar 5,07%.Adapun faktor dominan yang mempengaruhi terjadiuya kerusakan tegakan tinggal pada teknik penyaradan yang direncanakan adalah kemiringan lapangan (sangat berbeda nyata pada taraf 99%). Sementara itu untuk penyaradan konvensional faktor dominan yang sangat berpengaruh adalah kerapatan tegakan dan kemiringun lapangan (sangat berbeda nyata pada taraf 99%).Teknik penyaradan yang direncanakan dapat mengurangi kerusakan tegakan tinggal yang terjadi (5,07%).
FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN DI SUB REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Soenarno Soenarno; Wesman Edom; Zakaria Basari; Dulsalam Dulsalam; Sona Suhartana; Yuniawati Yuniawati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 34, No 4 (2016): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3013.182 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2016.34.4.335-348

Abstract

Dalam pemanfaatan kayu, pemanenan hutan merupakan tahap kegiatan utama yang dilakukan agar potensi pohon dapat dikeluarkan dari dalam hutan. Banyak atau sedikitnya limbah yang terjadi selama proses pemanenan kayu dapat dijadikan tolok ukur faktor eksploitasi (FE). Selama ini, pemerintah menetapkan angka FE sebesar 0,7. Padahal, paradigma pengelolaan hutan alam sudah semakin baik dengan diterapkannya pembalakan berdampak rendah (reduced impact logging/ RIL) dan/atau berdampak rendah karbon (RIL-C). Dilihat dari aspek ekonomis, nilai FE mempunyai peranan sangat penting karena digunakan sebagai pengali didalam menentukan jatah produksi tahunan (JPT) dan dasar untuk menjadi memperkirakan penerimaan besarnya provisi sumberdaya hutan (PSDH). Sedangkan dari aspek ekologis, penetapan nilai FE yang lebih besar dapat mengurangi terjadinya kerusakan hutan. Hasil penelitian yang dilakukan di 5 IUPHHK-HA di Kalimantan Timur menunjukkan besarnya bilangan FE berkisar antara 0,77 - 0,89. Besar kecilnya bilangan FE lebih dipengaruhi oleh faktor ketrampilan penebang dibandingkan dengan factor kompetensi manajemen IUPHHK-HA. 
FAKTOR KONVERSI PRODUKSI DOLOK PINUS DARI HUTAN ALAM (Studi kasus di satu perusahaan hutan di Aceh) Maman Mansyur Idris; Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 13, No 4 (1995): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3855.302 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1995.13.4.162-168

Abstract

This paper is presenting the results of the study on conversion factor of log production of Pine (Pinus merkusii) from natural forest. Study carried out at a logging company in Aceh in 1991. The aim of the study was to know the conversion factor of Pine log production from natural forest including volume and mass units of measurement.The data were analised statistically by t-test. The results of this study showed that the conversion factor of Pine log production unit were : (1) for fresh cut, 1 month and 2 months duration was 0.985 m3/ton or 1.0152 ton/m3, (2)for 3 and 4 months was 1.086 m3/ton or 0.9208 ton/m3 and (3)for 1 year was 1.239 m3/ton or 0.8071 ton/m3.
PEMBALAKAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MINIMASI KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL: KASUS DI SATU PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR Maman Mansyur Idris; Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 3 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6130.937 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.3.212-222

Abstract

Pembalakan yang  berdampak minimal  terhadap lingkungan merupakan isu sentral dalam era ekolabel dan perdagangan  bebas.  Untuk itu penelitian ini telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Kalimantan  Timur pada  tahun 1997. Tujuan penelitian adalah untuk menciptakan kondisi  tegakan tinggal yang  menjamin tercapainya pemanfaatan yang  berkelanjutan dengan cara untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal yang terjadi.Data yang dikumpulkan:  (1) pohon ditebang, pohon berdiameter 20 cm dan ke atas, pohon yang  rusak;  (2) jumlah  dan keadaan tiang;  (3)jumlah  dan keadaan pancang;  (4) jumlah  dan keadaan  semai.  Analisis  data  dilakukan  dengan membandingkan kerusakan  tegakan tinggal yang diakibatkan oleh teknik pemanenan konvensional dengan teknik terkontrol.Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa rata-rata kerusakan tegakan tinggal tingkat pohon, tiang, pancang  dan  semai  berturut-turut  adalah  11,2%; 4,9%;  4,5%   dan  5,7%  untuk yang terkontrol.  Sedangkan untuk konvensional besaran tersebut adalah 13, l %; 11, 9%;  12, 9% dan 14,4%.    Telah terjadi penurunan  kerusakan  berturut-turut  untuk tiang,  pancang    dan semai sebesar 7, l %; 8, 4% dan 8, 7%  (berbeda sangat nyata pada taraf 99%).Berdasarkan  hasil penelitian,   maka  dalam pelaksanaan pemanenan  kayu seyogyanyalah menggunakan   teknik  terkontrol yang sesuai dengan aturan TPTl karena dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi.
PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK PENEBANGAN POHON SERENDAH MUNGKIN DI HUTAN PRODUKSI ALAM: STUDI KASUS DI TIGA PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TENGAH Maman Mansyur Idris; Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 13, No 3 (1995): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1995.13.3.94-100

Abstract

This  paper   presents   the  results   of  the  study  of  wood  harvesting   productivity  and  efficiency when   practicing   the   lowest  possible   felling   technique.  The  case   study   was  selected   in   three logging   companies    in  Central    Kalimantan    in   1994.   Then,    the   results   are  compared   lo  those obtained  from  conventional   felling  technique.the  results  of the  study  are  as  follow  :1.The   results   of  wood   harvesting    productivity   is  25,2 m3/hr   for   lowest   possible   felling technique  and  28,8  m3/hr for   conventional  felling.  This difference   is  statisticallv   significant.2.The  average   of  wood  harvesting    efficiency    is  86, 1   % for   lowest   possible   felling    technique and   82,1   % for  conventional    felling   technique.   This   difference of  1,28 m3/tree  is  highl significant.3.The  average   of stwnp  height   when  practicing    the  lowest possible  felling technique  is 0,45 m, while for  conventional  felling  technique   is 1,21 m.
STUDI FAKTOR PEMANFAATAN DAN LIMBAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM PAPUA BARAT Soenarno Soenarno; Weman Endom; Sona Suhartana
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.2.67-84

Abstract

Pemanenan  kayu  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan  kualitas  produksi  kayu  bulat. Dua hal penting dalam proses pemanenan kayu adalah faktor pemanfaatan dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran, bentuk, dan kondisi limbah pemanenan serta menghitung besarnya faktor pemanfatan kayu dan faktor residu akibat pemanenan kayu. Penelitian dilakukan di dua  areal  pengusahaan  hutan  alam  di  Kabupaten  Wasior  dan  Nabire,  Provinsi  Papua  Barat.  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  faktor  pemanfaatan  kayu  pada  IUPHHK-HA  yang  menerapkan teknik Reduced Impact Logging (RIL) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan IUPHHK-HA yang pemanenan kayunya masih dilakukan secara konvensional. Faktor pemanfaatan kayu berkisar antara 86,2 – 87,8% dengan rata-rata 86,9%, dan faktor residu berkisar 12,3 – 13,8% atau rata-rata 13,1%. Besarnya volume kayu yang dimanfaatkan rata-rata 4,578 m3/pohon dari potensi batang bebas cabang sebesar 5,293 m3/pohon. Volume limbah berkisar antara 0,548 – 0,664 m3/pohon atau rata-rata 0,564 m3/pohon. Secara umum, sebagian besar limbah penebangan berupa  kayu yang cacat (65,1%), pecah (23,3%), dan paling rendah adalah limbah yang kondisinya masih baik (11,6%).
ANTROPOMETRIK PENEBANG JATI DI BKPH BANDUNGSARI KPH PURWODADI PERUM PERHUTANI UNIT JAWATENGAH Sona Suhartana; Maman Mansyur Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 7, No 1 (1990): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1990.7.1.28 - 33

Abstract

Anthropometric  data  of  the  workers  are essential  in  the practice of  ergonomics,  especially  for  the  design of  work places,  machines  and equipment in order to attain work comfort and increased  work productivity.Anthropometric measurements were carried out to 18 teak loggers aging between  20-35 years. The measurements included: body,  shoulder, elbow  and hip  height;  shoulder  and hip  width; length  of arm and. hand, length  of upper arm, lower arm and  hand;upper   reach  and  arm  span (measurements in  standing   position).   In  sitting  position, the  body measurements comprised  sitting,  elbow,  hip and knee  height;  length  of upper and lower log.The  result shoures  that  elbow  height  of  teak  logger has high  variability  and decreo,se their working comfort and productivity.  Lenght of arm and hand  which  are longer than axe handle  on the other hand speed  up working  fatique  and infficient work.
KONDISI TEGAKAN TINGGAL DI KAW ASAN DUA PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU Sona Suhartana; Maman Mansyur Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 4 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.4.129-137

Abstract

Log  skidding  activities  using  tractors  usually  caused  high  residual stand  damages.  To reduce the residual stand damages, the factors  influencing them must be identified. A study was carried out at two forest  concessions in Riau in  1995. The aims of the study are :  1) to find  the level  of  residual  stand  damages  caused  by felling  ang skidding,  2) to  identifY   the  factors influancing the  residual  stand  damages  and  3) to find  the way of  reducing  residual stand damages.Data collected  were the number  of  felled  tress,  trees with diameter  20 cm and  up and damaged trees.  The data was analysed by using the multiple regression.The results of the study show : 1)  The average of residual stand damages caused by fellingis 11.5 %; 2) The average of residual stand damages caused by skidding  is 15.4  %; and 3) The influence of the number of felled  tress, stand density and the slope were highly  significant to residual stand damages.Knowing the factors  influencing  the residual stand damages, ones should be easy to find the way of reducing  that damages.Key words :   felling, skidding, felled trees, residual  stand damage