Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Berbagai Pemeriksaan Penunjang Terkini untuk Diagnosis Intoleransi Laktosa Febyan Febyan; Sri Handawati Wijaya; Sinsanta Ho; Johannes Hudyono
Jurnal Kedokteran Meditek VOL. 22 NO.60 SEPTEMBER-DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v22i60.1444

Abstract

 AbstrakIntoleransi laktosa adalah suatu keadaan ketidakmampuan enzim laktase menghidrolisis laktosa diusus  halus,  umumnya  diderita  oleh  anak  –  anak dan  remaja.  Intoleransi  laktosa  primer  dapat disebabkan oleh berkurang atau tidak adanya aktivitas enzim laktase dan kelainan gen LCT C>T-13910. Intoleransi laktosa sekunder umumnya terjadi akibat infeksi rotavirus. Intoleransi laktosa dapatasimtomatis atau dengan gejala klinis yang bervariasi seperti mual, sakit perut, kembung dan sering flatus. Pemeriksaan penunjang yang umum, antara lain:  tes napas hidrogen, tes toleransi laktosa (TTL) dan tes Gen LCT C>T-13910. Ketiga pemeriksaan ini saling berhubungan satu sama lain. Tes genetik adalah yang paling akurat. Kata kunci: Tes napas hidrogen, intoleransi laktosa Recent Diagnostic Procedures for Lactose Intolerance AbstractLactose intolerance is a condition of lactase enzyme inability to hydrolyze lactosein small intestine, mostly in children and teenagers. Primary lactose intolerance is LCT C>T-13910 gene disorder causing reduction or absence of lactase activity, while secondary lactose intolerance is usually caused by rotavirus infection. This condition can be asymptomatic but may cause nausea, stomachache, and flatulence. Diagnositc laboratory tests such as: hydrogen breath test, lactose tolerance test and LCT C>T-13910 gene test are correlated and complementary with their different sensitivities and specificities. Gene test is the  most accurate test. Keywords: Hydrogen breath test, lactose intolerance   
Karakteristik Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Febyan Febyan; Har R Singh Dhilion; Suzanna Ndraha; Marshell Tendean
Jurnal Kedokteran Meditek VOL. 23 NO. 63 JULI-SEPTEMBER 2017
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v23i63.1565

Abstract

Kolelitiasis adalah material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung empedu. Beberapa faktor risiko yang sering ditemui pada kejadian kolelitiasis dikenal dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family history). Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan atas, nyeri epigastrium, demam, ikterus, mual, muntah. Sampel sebanyak 102 orang dipilih secara purposif dari pasien yang berkunjung di bagian Penyakit Dalam RSUD Koja pada periode 5 Oktober sampai dengan 31 Desember 2015, desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Hasil disajikan dalam tabel dan grafik. Frekuensi tertinggi berdasarkan jenis kelamin sebanyak 64 pasien (63 %) adalah perempuan, umur ( > 40 tahun) sebanyak 88 pasien (86 %), frekuensi tertinggi berdasarkan jumlah anak didapatkan bahwa responden yang mempunyai tiga anak atau lebih sebesar 52 pasien (52 %), rata-rata nilai indeks masa tubuh (IMT) sebesar 24,80, tidak ada riwayat keluarga yang menderita kolelitiasis sebanyak 83 pasien (80%), dengan warna kulit kuning langsat sebanyak 70 pasien (69 %), keluhan klinis yang tersering adalah dispepsia 61 pasien (60%), dengan nilai rata rata kolesterol total 201 mg/dl. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, pasien kolelitiasis di RSUD Koja terjadi lebih banyak pada pasien perempuan dengan warna kulit kuning langsat (fair) yang berusia lebih dari 40 tahun, dengan jumlah anak lebih dari tiga orang, memiliki nilai rata-rata indeks massa tubuh sebesar 24,80, sebanyak 83 pasien kolelitiasis tidak ditemukan adanya riwayat kolelitiasis dalam keluarga, dan ditemukan bahwa dari seluruh jumlah pasien kadar rata-rata kolesterol 201 mg/dl dengan keluhan utama dispepsia.Kata kunci: kolelitiasis, faktor risiko, RSUD Koja