Agus Handoko
Perguruan TInggi Ilmu Dakwah (PTDI) Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i

Analisis Kejahatan Terorisme Berkedok Agama Agus Handoko
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v6i2.11041

Abstract

Abstract:The term Terrorism surfaced in various parts of the world, both in European countries, the Middle East and even Asia, including Indonesia. Due to the emergence of every violence and destruction in every place with the loss of not only property and even human lives. The nickname of the Terrorists has always been addressed to certain groups who echoed jihad, and the events of terrorism which were of concern to the world at the time of the occurrence of an event the United States WTC (World Trade Center) Tower was bombed and destroyed on 11 September 2001. From the tragedy that eliminated thousands of human lives, the war on global terrorism (global war on terrorism) was officially proclaimed by Western countries. So that the study of terrorism invites the attention of various groups, both academics and agencies or national and international institutions by examining various aspects, namely through aspects of theology, ideology, and movements and networks. Until now terrorism has become a threat to the security and security of the country and also frightened the public. This paper will examine the growth of terrorism both inside and outside Indonesia which will elaborate terrorism in the name of religion.Keywords: Terrorism, Religious, Crime Abstrak.Istilah Terorisme mengemuka di berbagai belahan dunia, baik di negara-negara Eropa, Timur Tengah bahkan Asia termasuk Indonesia. Dikarenakan munculnya setiap kekerasan maupun kehancuran di setiap tempat dengan adanya kerugian tidak saja harta benda bahkan nyawa manusia. Julukan Teroris selalu dialamatkan pada kelompok tertentu yang mengumandangkan jihad, dan peristiwa terorisme yang menjadi perhatian dunia pada saat terjadinya suatu peristiwa Menara Kembar WTC (World Trade Center) milik Amerika Serikat dibom dan hancur pada tanggal 11 September 2001 lalu. Dari tragedi yang menghilangkan ribuan nyawa manusia, perang melawan terorisme global (global war on terrorism) resmi dikumandangkan oleh negara-negara Barat. Sehingga kajian mengenai terorisme mengundang perhatian berbagai kalangan, baik akademisi maupun instansi atau lembaga nasional maupun internasional dengan mengkaji dari berbagai macam aspek, yaitu melalui aspek Teologi, Ideologi, maupun gerakan-gerakan dan jaringannya. Sampai saat ini terorisme menjadi ancaman terhadap ketahanan dan keamanan negara dan juga membuat ketakutan di kalangan masyarakat. Makalah ini akan mengkaji seputar tumbuhnya terorisme baik di luar maupun dalam negeri Indonesia yang akan mengelaborasi terorisme atas nama keagamaan.Kata Kunci: Terorisme, Keagamaan, Kejahatan
Kontroversi Nasikh Mansukh Dalam Alquran Agus Handoko
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 10, No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v10i4.34058

Abstract

The discipline of Nasikh wa Mansukh is an essential component of the knowledge of the Quran that the mufassir must possess in order to interpret the verses of the Quran. Nasakh is the abolition of syara' law by the proposition of syara' that descends in time, then when between the two there are messages that appear contradictory at first glimpse and cannot be compromised. This manuscript theory is used as an alternative methodology to resolve apparent contradictions (ta'arudh) between verses of the Qur'an that cannot be resolved using existing methodologies such as takhsih al-'amm, taqyd al-muthlaq, and others. Naskh only appears in shari'a law such as Amr (command) and Nahyi (prohibition), both shorih (clearly) in orders or with words khabar (news) that contain the meaning of orders and prohibitions, provided that they are not related to matters of faith such as Allah's essence and nature, the books, and the last day. In addition to referencing moral ethics and the fundamentals of worship and mu'amalah. Thus, the discussion of nasikh mansukh in the Qur'an cannot be separated from the capacity of a mufassir or mujtahid to investigate God's messages, both in the field of shari'a law and ethics, which are perennially valid.Keywords: Nasikh; Mansukh; Al-Qur'an Abstrak:Disiplin Nasikh wa Mansukh merupakan komponen penting dari pengetahuan Al-Qur'an yang harus dimiliki mufassir untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Nasakh adalah penghapusan hukum syara' oleh dalil syara' yang turun dalam waktu, kemudian di antara keduanya terdapat pesan yang sekilas tampak kontradiktif dan tidak dapat dikompromikan. Teori manuskrip ini digunakan sebagai metodologi alternatif untuk menyelesaikan kontradiksi yang tampak (ta'arudh) antara ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metodologi yang ada seperti takhsih al-'amm, taqyd al-muthlaq, dan lain-lain. Naskh hanya muncul dalam hukum syariat seperti Amr (perintah) dan Nahyi (larangan), baik shorih (jelas) dalam perintah maupun dengan kata khabar (berita) yang mengandung arti perintah dan larangan, asalkan tidak berkaitan dengan masalah iman seperti hakikat dan sifat Allah, kitab-kitab, dan hari akhir. Selain merujuk pada etika moral dan dasar-dasar ibadah dan mu'amalah. Dengan demikian, pembahasan nasikh mansukh dalam al-Qur'an tidak lepas dari kemampuan seorang mufassir atau mujtahid dalam mengkaji pesan-pesan Tuhan, baik dalam bidang hukum syariat maupun etika, yang berlaku sepanjang masa.Kata Kunci: Nasikh; Mansukh; Al-Qur'an