Pendidikan akhlak yang selama ini diajarkan di sekolah belum memberikan dampak terhadap perubahan perilaku anak didik. Hal ini terjadi karena anak didik kehilangan panutan dan teladan yang dapat dijadikan model bagi dirinya. Guru menjadi figur bagi anak didik karena dilihat sebagai yang memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi, dan kekuasaan. Dengan kata lain guru diharapkan dapat dijadikan contoh dan memiliki nilai-nilai moral sebagai model keteladanan diri bagi anak didiknya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah figur guru telah menjadi model pembentukan akhlak pada siswa. Hipotesis penelitian adalah figur guru belum menjadi model pembentukan akhlak bagi siswa. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di kota Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu kelas 4 dan kelas 5. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara persentase untuk setiap aitem dari sembilan pilar karakter akhlak. Hasil persentase setiap aitem kemudian ditentukan karakter akhlak mana yang lebih kuat untuk menguji hipotesis deskriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa indikator akhlak tertinggi yaitu baik dan rendah hati sebesar 98.7 persen dan indikator akhlak terendah yaitu percaya diri, kreatif, pantang menyerah sebesar 79.6 persen. Namun secara umum dari keseluruhan indikator yaitu sembilan pilar karakter akhlak guru dapat disimpulkan bahwa 80 sampai 100 persen telah tercermin dalam figur guru.