p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Kertha Semaya
Liza Priandhini
Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Kertha Semaya

PERAN NOTARIS DAN ANALISIS PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH AKIBAT WANPRESTASI Ninda Afifah Permatasari; Liza Priandhini
Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.851 KB) | DOI: 10.24843/KS.2021.v10.i01.p04

Abstract

Beralihnya Hak kepemilikan atas tanah dari seseorang kepada orang lain dapat terwujud dengan adanya Perjanjian Jual Beli yang dapat dibuktikan oleh adanya Akta Jual Beli yang dibuat oleh Pejabat Umum. Dalam praktiknya, terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan Perjanjian Jual Beli tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung, misalnya karena pengurusan sertifikat Tanah atau Bangunan tersebut. Demi terlaksananya Perjanjian Jual Beli tersebut para pihak dapat membuat Perjanjian Pengikatan Jual Beli terlebih dahulu, yang umumnya berisi mengenai pengaturan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Perjanjian Pengikatan Jual Beli bersifat sementara atau sebagai jaminan hukum untuk para pihak sebelum perjanjian jual beli dapat terwujud. Perjanjian jual beli ini seyogyanya dilakukan di hadapan Notaris yakni sebagai Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta Autentik. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan pendekatan kasus pada Putusan Nomor 168/PDT.G/2020/PN BPP yang membahas mengenai Wanprestasi terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka. Permasalahan pada penelitian ini timbul karena terdapat wanprestasi dalam hal Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang tentulah dapat menyebabkan kerugian bagi pihak yang tidak dipenuhi prestasinya. Adapun, Hasil dari penelitian ini memberikan saran kepada Notaris sebagai Pejabat Umum yang memiliki peran penting terkait penyuluhan hukum untuk dapat lebih aktif dalam memberikan advis hukum mengenai Perjanjian Pengikatan Jual Beli serta pada pembuatan Akta Jual Beli kepada pihak yang akan menghadap dikemudian hari. The transfer of ownership rights to land from one person to another can be realized by the existence of a Sale and Purchase Agreement which can be proven by the existence of a Sale and Purchase Deed made by a General Official. In practice, there are many things that can cause the Sale and Purchase Agreement cannot be carried out directly, for example because of the processing of the Land or Building certificate. For the sake of the implementation of the Sale and Purchase Agreement, the parties can make a Sale and Purchase Binding Agreement in advance, which generally contains the arrangement of obligations that must be fulfilled by both parties. The Sale and Purchase Binding Agreement is temporary or as a legal guarantee for the parties before the sale and purchase agreement can be realized. This sale and purchase agreement should be carried out before a Notary, namely as a General Official who is authorized to make an Authentic Deed. This normative juridical research uses a case approach in Decision Number 168/PDT.G/2020/PN BPP which discusses Default against the Land Sale and Purchase Binding Agreement. The data analysis method used is a qualitative approach and the data collection tool used in this research is the study of documents or library materials. The problem in this research arises because there is a default in the Sale and Purchase Binding Agreement which of course can cause losses for parties whose achievements are not fulfilled. Meanwhile, the results of this study provide advice to Notaries as General Officials who have an important role related to legal counseling to be more active in providing legal advice regarding the Sale and Purchase Binding Agreement and in the making of the Sale and Purchase Deed to parties who will make these kind of agreement in the future.
PERLINDUNGAN HUKUM HAK WARIS ANAK LUAR KAWIN Brigitta Melinda; Liza Priandhini
Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum Vol 9 No 11 (2021)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.68 KB) | DOI: 10.24843/KS.2021.v09.i11.p12

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguraikan dan menganalisa ketetapan Majelis Hakim dalam menetapkan permohonan perwalian anak luar kawin yang masih berstatus di bawah umur sebagai ahli waris pada penetapan tersebut di atas, yang permohonan penetapannya dilakukan untuk memberikan sebuah perlindungan hukum terhadap anak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjenis yuridis normatif. Hasil penelitian menerangkan bahwa apabila salah satu orang tua telah meninggal dan meninggalkan anak luar kawin yang telah diakui dengan sah, maka harta peninggalan mereka harus tetap diberikan melalui prosedur yang tertera pada Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan hukum terkait lainnya. Pengakuan dan perwalian terhadap anak luar kawin tersebut wajib dilaksanakan dan ditetapkan oleh pengadilan supaya memperoleh perlindungan hukum yang kuat dari negara khususnya dalam hak mewaris. This study was carried out with the aim of describing and analyzing the decisions of the Panel of Judges in determining the application for guardianship of illegitimate children who are still underage as heirs in the determination above, whose application for stipulation is carried out to provide legal protection for children. The research method used in this study is a normative juridical type. The results of the study explain that if one of the parents has died and left a child out of wedlock who has been legally recognized, then their inheritance must still be given through the procedures stated in the provisions of the Civil Code and other related laws. Recognition and guardianship of the child out of wedlock must be implemented and determined by the court in order to obtain strong legal protection from the state, especially in the right of inheritance.
PENGATURAN HUKUM PEMBERIAN NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN ORANG TUA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Harvin Harvin; Liza Priandhini
Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum Vol 9 No 12 (2021)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.794 KB) | DOI: 10.24843/KS.2021.v09.i12.p17

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji mengenai pengaturan hukum yang masih belum mengatur secara rinci mengenai kewajiban orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari anak setelah perceraian. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif dengan melakukan studi dokumen (data sekunder). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hukum Indonesia mengatur bahwa bapak yang bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan dan pendidikan anak setelah perceraian, dibantu oleh ibu apabila bapak tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Kewajiban orang tua setelah perceraian tersebut tidak mengatur mengenai parameter biaya nafkah anak setelah perceraian, tidak ada peninjauan ulang terhadap kondisi finansial orang tua, sampai kapan nafkah anak diberikan, serta tidak adanya suatu lembaga pengawas yang mengawasi pemberian nafkah anak. The purpose of this study is to examine the regulations that still do not regulate in detail the obligations of parents to meet the daily needs of their children after divorce. The research method used is juridical-normative by conducting document studies (secondary data). From the results of the study it was found that Indonesian law stipulates that the father is responsible for the maintenance and education costs of the child after the divorce, assisted by the mother if the father is unable to fulfill these obligations. The obligation of parents after the divorce does not regulate the parameters of the child's living expenses after the divorce, there is no review of the parents' financial condition, how long the child's support is given, and the absence of a supervisory agency that oversees the provision of child support