Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Bambuti: Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok

LIVING THE TEMPLE AS EXPRESSION OF CHINESE PHILOSOPHY AND CULTURE Ardian Cangianto
Bambuti Vol 3 No 1 (2021): Bambuti : Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Darma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.038 KB) | DOI: 10.53744/bambuti.v3i1.21

Abstract

The temple is not always defined as a mere place of worship but also has multiple functions and cannot stand alone without any connection with others. This paper intends to provide an understanding of the temple as a form of expression of Chinese philosophy and culture. When gender becomes a problem in society, temples can also provide a way out, containing many social elements that are forgotten. Competition for the temple to be claimed by religious institutions makes the temple even more ambiguous and confusing. Such actions further alienated the temple from the development of the times and also lost social values ​​that were horizontal
Tionghoa Dungkek dan Pulau Sapudi (Pulau Madura) dan Makna Kubur Berbentuk Perahu Ardian Cangianto
Bambuti Vol 3 No 2 (2021): Bambuti : Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Darma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.091 KB) | DOI: 10.53744/bambuti.v3i2.33

Abstract

Kedatangan masyarakat Tionghoa ke Nusantara sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya dan hubungan antara Tiongkok dengan kerajaan-kerajaan Nusantara dicatat pertama kali dalam “Kronik Han”. Dengan adanya catatan itu menunjukkan berlangsungnya arus migrasi baik dari Nusantara maupun dari Tiongkok. Dalam perjalanan sejarah arus migrasi dari Tiongkok dan menetapnya mereka di Nusantara, tentunya terjadi asimilasi alamiah dan akulturasi orang-orang Tionghoa yang menyimpan harapan dan keinginan dari kaum imigran Tiongkok yang menetap tersebut. Hal itu dapat kita lihat dalam ornament kelenteng maupun kuburan orang Tionghoa, dalam paper ini akan diuraikan bentuk kuburan kaum Tionghoa di Dungkek dan pulau Sapudi yang amat unik dari bentuknya berupa perahu mengandung unsur pengharapan diterima secara utuh oleh masyarakat tempat mereka tinggal dengan tidak melupakan asal mereka. Dari pengamatan terlihat adanya perubahan bentuk kuburan dari yang berornamen Tionghoa menjadi bentuk perahu dan kemudian ornament dan bentuk kuburan Tionghoa yang tidak berbentuk perahu lagi. Dari bentuk kuburan itu dapat disimpulkan bahwa ada empat bentuk kuburan dan juga mewakili tiga masa walau tidak secara sepenuhnya dapat dikatakan harus seperti itu, dan bentuk perubahan dari yang bergaya Tiongkok maupun bergaya ‘modern’ atau makam bernuansa ‘Islam’, dapat menunjukkan kepercayaan mereka, tapi dari pengamatan makam berbentuk ‘perahu’ itu dapat dilihat bahwa ternyata hal itu tidak berlaku berdasarkan kepercayaan. Bentuk kuburan seperti ‘perahu’ yang merapat itu bisa melambangkan pengharapan akan ketenangan dan penerimaan, juga asal muasal mereka adalah perantau melewati lautan dan mendarat di tanah yang baru.
THE TERM OF KELENTENG IN BAHASA INDONESIA Ardian Cangianto
Bambuti Vol 4 No 1 (2022): Bambuti : Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Darma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.845 KB) | DOI: 10.53744/bambuti.v4i1.36

Abstract

This paper aims to explain the term kelenteng in Bahasa Indonesia. The temple in this paper is intended as a place of worship for the Chinese with their classification according to their respective categories. The study was conducted using literature data and observation methods. The mention of temples is a tool for referring to non-Chinese people, especially in Java, to indicate places of worship for Chinese people in general. The mention of the term temple has exceeded its limits and is generally accepted by the Chinese community as a designation for places of worship of Chinese beliefs that have various kinds.