Setiap proyek konstruksi umumnya memiliki jadwal pelaksanaan proyek. Ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya menimbulkan keterlambatan proyek. Untuk menghindari masalah itu terjadi maka diperlukan adanya pengendalian jadwal proyek. Pada awalnya metode kurva-S digunakan sebagai pengendalian jadwal yang selanjutnya dikembangkan menjadi metode Earned Value Management (EVM). Muncul metode Earned Schedule (ES) yang merupakan pengembangan dari metode EVM yang menggunakan indikator waktu sebagai ganti dari indikator biaya. Metode ES dinilai lebih baik daripada metode EVM untuk memprediksi waktu penyelesaian proyek dan mengevaluasi performa waktu proyek. Hasil analisis dengan metode ES didapat bahwa proyek mengalami keterlambatan. Hal ini ditunjukkan pada data terakhir yaitu bulan Maret 2020 didapat nilai Schedule Variance (SV(t)) yang negatif, nilai Schedule Perfomance Index (SPI(t)) yang kurang dari 1, dan nilai To complete Schedule Perfomance Index yang lebih dari 1,1. Solusi/pengendalian yang dapat dilakukan pihak proyek untuk mengatasi keterlambatan adalah dengan melakukan reschedule, menambah tenaga kerja, dan melaksanakan jam lembur.