Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dan K3 “Home Industry” Padukuhan Banyon, Pendowoharjo, Bantul, Yogyakarta Noho, Atikah Aulia Ramadhani; Indah, Indah; Yuliani, Yeni; Andriyanto, Arif; Mahdar, Mahdar; Mubarok, Putri Prastiti; Mait, Tesya Oktavia; Saputra, Randi Jaya; Apriyani, Dessy; Pratamawati, Diana Andriyani; Sukesi, Tri Wahyuni; Hariyono, Widodo
Jurnal Inovasi Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 4 No 1 (2024): JIPPM - Juni 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jippm.448

Abstract

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang sangat krusial di setiap perusahaan, mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap risiko pekerjaan dan kesejahteraan perusahaan secara keseluruhan. K3 tidak hanya melindungi pekerja dari potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan efisiensi operasional. Untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, pemerintah telah mengatur berbagai program K3 melalui undang-undang dan peraturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan pengetahuan dan perilaku pekerja home industri terkait K3 dan kesehatan lingkungan di Padukuhan Banyon, khususnya dalam produksi kipas yang menjadi mata pencaharian utama warga setempat. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pekerja mengenai bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja mereka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Pre-test dan Post-test untuk mengetahui perubahan pemahaman masyarakat setelah penyuluhan dilakukan. Hasil dari perencanaan dan diskusi dengan masyarakat menunjukkan bahwa penyuluhan ini berhasil mencakup berbagai aspek penting. Di antaranya adalah peningkatan kesadaran terhadap bahaya dan risiko di lingkungan kerja, pelatihan penggunaan alat pelindung diri (APD), serta praktik-praktik keselamatan kerja yang baik. Selain itu, penyuluhan juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan sekitar, yang secara langsung berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan pekerja.
Peran Literasi Digital Keberagaman Pangan dalam Pencegahan Kanker Pratamawati, Diana Andriyani
JGK: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Gizi dan Kesehatan
Publisher : Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jgk.v4i2.2393

Abstract

Latar Belakang : Kanker penyebab utama hampir 10 juta kematian di seluruh dunia. Sekitar dua pertiga pasien kanker memiliki keragaman makanan yang rendah. Seiring naiknya masalah gizi seperti obesitas, kurang gizi, dan penyakit terkait gizi salah satunya kanker, pemahaman tentang nilai gizi makanan yang dikonsumsi sangat penting. Tujuan Penelitian : membahas paparan literasi digital dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran gizi dan keberagaman pangan serta potensi dampak positifnya pada individu dan masyarakat dalam pencegahan kanker. Metode : Systematic Literatur Review (SLR) dengan database tinjauan sistematis yang digunakan yaitu Consensus App, semantic scholar,dan Pubmed. Terpilih 9 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil : Literasi pola makan dan diterapkan dapat berdampak pada terjadinya pencegahan kanker pada individu. Karena itu peran literasi keberagaman pangan sangat penting dalam upaya pencegahan kanker. Namun, di Indonesia penelitian tentang keberagaman pangan terhadap pencegahan kanker masih jarang ditemukan. Terbukti dengan hasil pencarian artikel yang relevan dengan tema ini masih sedikit ditemukan yang berasal dari Indonesia. Kesimpulan : Literasi keberagaman pangan yang diterapkan sangat berdampak pada pencegahan terjadinya kanker, kepatuhan yang lebih tinggi terhadap pola makan dengan skor keanekaragaman makanan yang lebih tinggi, terutama buah-buahan dan sayuran, serta asupan daging yang lebih rendah, dapat menurunkan risiko kanker.
Hubungan Paparan Literasi Digital Kesehatan terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pemenuhan Gizi Seimbang dalam Menu Harian (Studi pada Pegawai Kantor Poltekkes Kemenkes Yogyakarta): Relationship of Digital Health Literacy Exposure to Knowledge, Attitudes, and Practices of Fulfilling Balanced Nutrition in Daily Menus (Study on Employees of the Yogyakarta Ministry of Health Polytechnic Office) Pratamawati, Diana Andriyani; Sunarti; Dyah Suryani
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol. 17 No. 1 (2025): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v17i1.587

Abstract

Non-communicable diseases (NCDs) are the main cause of disease burden. The increase in the prevalence of non-communicable diseases in Indonesia, especially catastrophic ones, has resulted in the Special Region of Yogyakarta being among the top 10 provinces with the most NCDs in Indonesia. Sleman is one of the regions in Yogyakarta that has a high prevalence.  One of the efforts to reduce the prevalence of NCDs is community literacy towards health. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of digital literacy of the fulfillment of balanced nutrition with the level of knowledge, attitudes, and practices (PSP) of fulfilling balanced nutrition. Methods: descriptive crosssectional with survey instruments using gform questionnaires sent to respondents. The sampling technique was not randomized quota sampling based on the order of the name of the telephone number of the Yogyakarta Poltekkes Kemenkes employees and took a minimum sample size of 30 respondents. The results showed that the level of health digital literacy regarding the fulfillment of balanced nutrition of most respondents was good (83.3%), for the level of knowledge most were in the moderate category by 86.7%, while for the level of attitude most were in the supportive category by 53.3%, and for the level of practice most were in the good category by 90%. The results of the correlation test between the level of health digital literacy about fulfilling balanced nutrition with the level of knowledge, attitudes, and behavior showed no relationship because p> 0.05. This shows that   ABSTRAK Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab utama dari beban penyakit. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia khususnya katastropik di Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam 10 provinsi dengan PTM terbanyak di Indonesia. Sleman merupakan salah satu wilayah DIY yang memiliki prevalensi tinggi.  Salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi PTM  yaitu literasi masyarakat terhadap kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat literasi digital pemenuhan gizi seimbang dengan tingkat pengetahun, sikap, dan praktik (PSP) pemenuhan gizi seimbang. Metode : deskriptif crosssectional dengan instrumen survei menggunakan kuesioner gform yang dikirim ke responden. Teknik sampling tidak acak quota sampling berdasarkan  keterwakilan karakteristik pekerjaan pegawai Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan mengambil minimum jumlah sampel responden sebanyak 30 orang. Hasil menunjukkan bahwa tingkat literasi digital kesehatan tentang pemenuhan gizi seimbang sebagian besar responden baik (83,3%), untuk tingkat pengetahuan sebagian besar pada kategori sedang sebesar 86,7%, sedangkan untuk tingkat sikap sebagian besar pada kategori mendukung sebesar 53,3%, dan untuk tingkat praktik sebagian besar pada kategori baik sebesar 90%. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat literasi digital kesehatan tentang pemenuhan gizi seimbang dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku menunjukkan hasil tidak ada hubungan karena p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat literasi digital kesehatan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pemenuhan gizi seimbang pada pegawai Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia Pratamawati, Diana Andriyani
Kesmas Vol. 6, No. 6
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue (DBD) telah berlangsung sekitar 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87% pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Bahkan, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2010. Salah satu faktor belum efektifnya pencegahan DBD di Indonesia adalah masih lemahnya sistem kewaspadaan dini. Peran juru pantau jentik (jumantik) sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat perkembangan awal dari vektor penular DBD. Seiring masih tingginya angka kasus DBD di Indonesia, muncul pertanyaan bagaimana peran jumantik dalam sistem kewaspadaan dini DBD selama ini di Indonesia. Artikel ini mencoba menelaah masalah tersebut berdasarkan tinjauan pustaka. Secara umum, peran jumantik dinilai cukup berhasil dalam pencegahan DBD, namun terdapat beberapa hal yang perlu menjadi bahan evaluasi. Programs of prevention and eradication of dengue hemorrhagic fever (DHF) has been around 43 years and managed to reduce mortality from 41,3% in 1968 to 0,87% in 2010, but has not managed to reduce morbidity. Indonesia even ranked the highest of dengue cases in Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) by the year 2010. One factorthat made has not been effective dengue prevention in Indonesia is the early warning system is still weak. Jumantik role is very important in the early warning system outbreaks of dengue hemorrhagic fever because it serves to monitor the presence andinhibit the early development of vector-borne dengue fever. During the high number of dengue cases in Indonesia, question rouses how jumantik role in the dengue hemorrhagic fever early warning system so far in Indonesia. This article takes a closer look based on a literature review. In general, the role of jumantik considered quite successful in preventing dengue hemorrhagic fever early warning system but nevertheless there are things that need to be evaluated.