Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia

PEMANFAATAN LIMBAH JELANTAH SEBAGAI PROGRAM PENGEMBANGAN PRODUK UMKM DI WILAYAH KAMPUNG KOTA Samsu Hendra Siwi; Fermanto Lianto; Joni Chin
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 4, No 2 (2021): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v4i2.13186

Abstract

“Jelantah” as household waste produced from kitchen activities is used frying oil that has been used several times. This used cooking oil is harmful to health because it already contains carcinogens. Carcinogens are substances that can trigger cancer. Body cells will be triggered to become cancer cells. Then, how to handle this used cooking oil? Many residents throw used cooking oil into waterways or sewers. This disposal will undoubtedly have an impact. The impact of environmental pollution, especially on water and soil, is being concentrated by environmentalists. The `` jelantahization” movement is one answer to the solution to this problem. Jelantahization is a RW 11 program so that residents are aware of the health and environmental hazards of used cooking oil. The cooking program is carried out from upstream to downstream, meaning from campaigns, mapping the distribution of residents who have collected used cooking oil, deposited used cooking oil, and made products from used cooking oil. , the use of soap produced from used cooking oil to the packaging of soap from used cooking oil and its marketing. The partner's problem is making a planned, structured, and measurable program whose outcome can be seen for its success. Partners also want assistance on the progress of the implementation of waste cooking oil utilization. This program is carried out together in RW 11, Pekayon Jaya Village, South Bekasi. Partner locations are residential areas that can be classified as urban villages. This PKM is carried out for program development and implementation assistance to obtain measurable results in quantity and quality. The stages were carried out from socialization to residents about the dangers of used cooking oil, both health and environmental hazards, awareness socialization of used cooking waste collection, training on the soap making process, packingABSTRAK:Minyak jelantah sebagai limbah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas dapur yaitu bekas minyak penggorengan yang sudah beberapa kali dipakai. Minyak jelantah ini berbahaya bagi kesehatan karena sudah mengandung karsinogen. Karsinogen adalah zat yang dapat memicu kanker. Sel-sel tubuh akan dipicu menjadi sel-sel kanker. Kemudian, bagaimana penanganan minyak jelantah ini? Banyak warga yang membuang minyak jelantah ke saluran air ataupun ke selokan. Pembuangan ini tentu akan menjadikan dampak. Dampak pencemaran lingkungan terutama pada air dan tanah menjadi konsentrasi oleh pemerhati lingkungan. Gerakan jelantahisasi merupakan satu jawaban untuk solusi permasalahan ini. Jelantahisasi merupakan program RW 11 agar warga sadar akan bahaya kesehatan dan bahaya lingkungan pada minyak jelantah ini. Program Jelantahisasi dilakukan dari hulu ke hilir, artinya dari kampanye, pemetaan sebaran warga yang sudah melakukan pengumpulan minyak jelantah, setor minyak jelantah, pembuatan produk dari minyak jelantah, pemakaian sabun hasil dari minyak jelantah, hingga pengemasan sabun dari minyak jelantah serta pemasarannya. Permasalahan mitra adalah pada pembuatan program yang terencana, terstruktur dan terukur yang outcomenya dapat terlihat jelas untuk keberhasilannya. Mitra juga menginginkan pendampingan progres pelaksanaan Pemanfaatan limbah minyak jelantah. Program ini dilakukan bersama-sama se wilayah RW 11, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan. Lokasi mitra merupakan wilayah perumahan yang dapat digolongkan sebagai kampung kota. PKM ini dilakukan untuk pembuatan program dan pendampingan pelaksanaan hingga mendapatkan hasil yang terukur secara kuantitas dan kualitas. Tahapan-tahapan dilakukan dari   sosialisasi ke warga tentang bahaya jelantah baik bahaya kesehatan dan lingkungan, sosialisasi kesadaran pengumpulan limbah jelantah, pelatihan proses pembuatan sabun, packing
PERTIMBANGAN PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PERENCANAAN MIHRAB MASJID DARUL IHSAN PONDOK PEKAYON INDAH BEKASI SELATAN Diah Anggraini; Samsu Hendra Siwi; Meike Choandi; Joni Chin
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1264.323 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7260

Abstract

Mihrab masjid merupakan tempat imam memimpin shalat. Mihrab terletak tepat di tengah-depan ruang masjid. Beberapa pertimbangan desain Mihrab dilakukan berdasarkan hukum Islam dan  teori tentang kenyamanan audio visual. Pemakaian LCD dan sound system sebagai salah satu solusi teknologi tepat guna  demi tercapainya kebutuhan kenyamanan audio-visual ini. Namum, desain, perletakan serta biaya menjadi sangat penting sebagai dasar pertimbangan terwujudnya mihrab yang diinginkan. Kegiatan PKM Jurusan Arsitektur Untar di Masjid Darul Ihsan, Pekayon Jaya, Bekasi dilakukan secara berkelanjutan. Kali ini, PKM berupa desain mihrab dengan pertimbangan estetika dan  fungsional (berdasarkan perhitungan teori audio visual). Sebuah tantangan desain yaitu desain dengan eksisting, hukum Islam dan fungsional secara audio visual. Perletakan LCD dan layar yang menyatu dengan mihrab merupakan tantangan desain tersendiri  sehingga desain mihrab dan desain perletakan LCD dan layar memenuhi kebutuhan secara fungsional dan estetika.  Metoda yang dilakukan adalah melakukan pengamatan, pengukuran dan wawancara pada pengurus, kemudian melaksanakan proses desain serta feedback pada pengurus sekaligus sebagai pemakai, kemudian merevisi desain sesuai dengan feedback tersebut.  Tujuan dari desain mihrab diharapkan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Desain mihrab yang dilakukan oleh Tim PKM ini diharapkan bisa sebagai pedoman dalam pembangunan mihrab masjid.
PETA KARTUN UNTUK PETA KAMPUNG WISATA EDUKASI LINGKUNGAN STUDI KASUS RW 11 PEKAYON JAYA BEKASI SELATAN KOTA BEKASI Samsu Hendra Siwi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i1.23887

Abstract

The success of RW 11 in the ProKlim and KBA programs as an environment with the Main category towards the Sustainable category in the ProKlim program, immediately demands improvements in various sectors. The Proklim program is a program related to climate change. RW 11 is an example of an urban village area in the form of housing with various environmental care activities by residents. RW 11 made a road map to become an environmental education tourism village. Various instruments are needed to support this success, one of which is a guide for guests/visitors when visiting the RW 11 area for study, comparative studies, or other activities related to the environment. Maps are very important as guides for educational tour routes in this region. RW 11 submitted a request to make a tourist map for this purpose with an attractive, funny, informative, and communicative appearance. The method used is data collection on areas with potential and tourist destination points, interviewing community leaders, and then making a draft map in consultation with partners until the map is printed on board media which is installed at the location points. Maps are posted at points that are easy to see as information as tour guides when visiting RW 11. Cartoons are images that contain information that is humorously communicated to readers. Cartoons can also be used as images on maps that inform about points of interest at tourist sites which are made interesting, funny but informative and communicative. Therefore, as an educational tourism destination, RW 11 needs to make a tourist map like this. The result of this PKM is the creation of a tourist map with cartoon images posted at two location points at the RW 11 intersection. ABSTRAK Keberhasilan RW 11 dalam program ProKlim dan KBA sebagai lingkungan dengan kategori Utama menuju kategori Lestari pada program ProKlim, serta merta menuntut pembenahan berbagai sektor. Program Proklim merupakan program terkait dengan perubahan iklim. RW 11 menjadi contoh sebuah wilayah perkampungan kota yang berupa perumahan dengan berbagai aktivitas peduli lingkungan oleh warga. RW 11 membuat road map menjadi kampung wisata edukasi lingkungan. Perlu berbagai instrumen yang menunjang keberhasilan tersebut salah satunya adalah pengarah bagi tamu/pengunjung bila berkunjung di wilayah RW 11 untuk belajar, studi banding atau kegiatan lainnya yang terkait dengan lingkungan. Peta menjadi hal sangat penting sebagai pengarah rute tour edukasi di wilayah ini. RW 11 mengajukan permohonan pembuatan peta wisata untuk keperluan  tersebut dengan tampilan menarik, lucu, informatif dan komunikatif. Metoda yang pakai adalah pendataan wilayah dengan potensi dan titik-titik lokasi tujuan wisata, wawancara tokoh masyarakat kemudian pembuatan draft peta yang dikonsultasikan dengan mitra hingga dibuatkan pencetakan peta pada media papan yang dipasang di titik-titik lokasi.  Peta dipasang di titik-titik yang mudah dilihat sebagai informasi sebagai panduan tour bila berkunjung di RW 11. Kartun merupakan gambar yang berkonten informasi yang dikomunikasikan kepada pembaca dengan cara humor. Kartun juga dapat dipakai sebagai gambar pada peta yang menginformasikan tentang titik-titik tujuan pada lokasi wisata yang dibuat menarik, lucu namun informatif dan komunikatif. Oleh karena itu, sebagai tujuan wisata edukatif, RW 11 perlu membuat peta wisata seperti ini. Hasil dari PKM ini adalah pembuatan peta wisata dengan gambar kartun yang dipasang di dua titik lokasi di perempatan RW 11.