Vitas Atmadi Prakoso
Institute for Freshwater Aquaculture Research and Development, Center for Fisheries Research and Development

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Akuakultur

PERTUMBUHAN IKAN UCENG (Nemacheilus fasciatus) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA DALAM LINGKUNGAN EX SITU Vitas Atmadi Prakoso; Muhamad Hunaina Fariduddin Ath-thar; Jojo Subagja; Anang Hari Kristanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.743 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.4.2016.355-362

Abstract

Ikan uceng (Nemacheilus fasciatus) tergolong ke dalam famili Balitoridae dan genus Nemacheilus. Ikan uceng memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Namun, ketersediaan ikan ini masih mengandalkan penangkapan di alam. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh informasi tentang kemampuan beradaptasi dan keragaan pertumbuhannya sebagai kegiatan awal domestikasi. Koleksi ikan uceng ditangkap dari Sungai Progo, Temanggung, Jawa Tengah dengan ukuran panjang total 4,39 ± 0,35 cm dan bobot 0,66 ± 0,13 g. Ikan diangkut menggunakan sistem transportasi tertutup selama 12 jam menuju Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT), Bogor. Ikan dipelihara dan diadaptasikan di akuarium untuk mengetahui pengaruh transportasi terhadap sintasan pasca-transportasi. Selain itu, ikan uceng juga diadaptasikan dengan pemberian pakan alami berupa cacing sampai ikan tersebut dapat beradaptasi dengan pemberian pakan buatan (pellet). Uji keragaan pertumbuhan ikan uceng dilakukan dalam akuarium berukuran 40 cm x 25 cm x 25 cm dengan tiga perlakuan kepadatan, yaitu 1; 1,5; dan 2 ekor/L dengan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelet terapung dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% dari biomassa dengan frekuensi dua kali sehari. Pengambilan data pertumbuhan dilakukan setiap 10 hari sekali selama 80 hari masa pemeliharaan. Kualitas air yang diamati meliputi: suhu air, pH, oksigen terlarut, nitrat, nitrit, CO2, dan TAN. Parameter yang diukur meliputi: pertambahan panjang, bobot, laju pertumbuhan spesifik (SGR), biomassa, dan sintasan (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar optimal untuk pertumbuhan ikan uceng adalah 1,5 ekor/L. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ikan uceng sangat mungkin didomestikasi dan selanjutnya dilakukan perbaikan mutu genetiknya.Barred loach (Nemacheillus fasciatus) from Family of Balitoridae and Genus Nemacheilus has considerable economic potential for aquaculture. However, the availability of fish is still relying on the wild stock. Further studies are required to obtain information regarding growth performance and adaptation for domestication purposes. The fish were collected from Progo River, Temanggung, Central Java withtotal lengthof4.39 ± 0.35 cm and body weightof0.66 ± 0.13 g. The fishwere transported using closed system for 12 hours to Institute for Fisheries Aquaculture Research and Development, Bogor. The fishwere kept in aquariums and adapted to determine the effect of transportation on its survival. The fish werefedby using worms untilfish able to eatcommercial feed (pellet). Growth performance test was conductedon 40 cm x 25 cm x 25 cm aquariums with three different stocking densities(1, 1.5, and 2 ind/L) with 3 replicates for each treatment. The fish were fed with floating pellet containing 30% protein at an application ratio of5% of biomass per day and fed were given twice. Data were collected every 10 days during the 80 days rearing period. Water temperature, pH, dissolved oxygen, nitrate, nitrite,CO2, and TAN were observed during the experiment. The parameters measured dincluded body length andbody weight; and based upon these data their specific growth rate (SGR), biomass gain, and survival rate (SR) were calculated. The results showed that the optimal stocking density for the growth of barred loach was 1.5 ind/L. The results also suggested that Barred loach could be domesticated and further research is necessary for genetic improvement
INDUKSI HORMONAL MATURASI GONAD IKAN GABUS (Channa striata) Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar; Rudhy Gustiano; Irin Iriana Kusmini; Vitas Atmadi Prakoso; Fera Permata Putri
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.911 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.9-20

Abstract

Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan lokal air tawar potensial untuk pengembangan budidaya di Indonesia. Sebagian besar produksi ikan gabus berasal dari tangkapan di alam yang menyebabkan menurunnya populasi ikan gabus. Domestikasi merupakan salah satu solusi dari masalah ini. Dewasa ini, ikan gabus telah dapat dipijahkan baik secara alami maupun buatan. Namun demikian produksi benih yang dihasilkan masih bergantung pada kondisi lingkungan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan dosis oodev yang optimal untuk pematangan gonad ikan gabus, pemijahan alami, dan analisis performa pertumbuhan keturunan pertama. Jumlah larva yang dihasilkan dari pemijahan alami ikan gabus pada lingkungan ex situ adalah 1.250-5.000 ekor per induk. Berdasarkan pertambahan diameter dan fase kematangan telur, induksi hormon dengan dosis 1,5 mL/kg menunjukkan hasil terbaik dibandingkan perlakuan lain (perlakuan dosis 0,5 dan 1 mL/kg). Benih ikan gabus hasil pemijahan alami di luar habitat menunjukkan populasi Bogor memberikan performa pertumbuhan mutlak bobot (1,7 ± 0,06 g); laju pertumbuhan spesifik (2,6% ± 0,10%); dan sintasan (86,43% ± 1,32%) lebih baik dibandingkan benih ikan gabus populasi Palembang.Striped snakehead (Channa striata) is a market potential of local fish in Indonesia. Up to now (to date), the majority of production comes from natural catches. This condition, if continues, can lead to the decline in natural stock. Domestication offers a promising solution to help solve this problem. So far, natural spawning for seed production has been done succcesfully. However, continuity of fish supply is still very much dependent on environmental factors. The present study aimed to investigate the optimal hormone dosage for inducing gonad maturation, natural spawning and to analyze growth performance of fry resulted from natural spawning. Striped snakehead broodstock from Palembang and Bogor were induced with three dosages of oodev (consisted of Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin and Aromatase Inhibitor) treatment for gonad maturation (0.5 mL/kg; 1 mL/kg and 1.5 mL/kg) with three replications. The reproductive parameters as oocyte diameter and development were measured. Striped snakehead were spawned naturally with male and female ratio of 1:1. Growth performance of seed were analyzed for 40 days of rearing. The result showed that oodev enabled to speed up gonad maturation process. Broodstock induced with 1.5 mL/kg oodev showed the biggest egg diameter and was significantly different from other treatments (P<0.05). Fry count resulted from natural spawning ranged from 1,250 to 5,000/broodstock. The broodstock from Bogor produced higher total weight gain (1.7±0.06 g) and better specific growth rate (2.6%±0.10%) than that of Palembang as well as survival rate (86.43%±1.32%).
LAJU RESPIRASI INDUK IKAN BLACKHEAD SEABREAM Acanthopagrus schlegelii PADA SUHU PEMELIHARAAN YANG BERBEDA Vitas Atmadi Prakoso; Young Jin Chang
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.962 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.2.2017.161-167

Abstract

Laju respirasi hewan akuatik memiliki hubungan yang erat dengan metabolisme. Tingkat metabolisme hewan merupakan variabel yang dapat dipengaruhi faktor dalam maupun luar, salah satunya adalah suhu. Pada ikan, proses metabolisme juga berkorelasi dengan suhu. Salah satu jenis ikan yang perlu dikaji laju respirasinya adalah ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii yang merupakan spesies ikan laut yang popular di Korea Selatan, sehingga diperlukan lebih banyak informasi lagi mengenai laju respirasi ikan ini untuk mengoptimalkan metabolisme ikan ini dan berdampak kepada produktivitas budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi laju respirasi induk ikan blackhead seabream pada beberapa tingkatan suhu. Ikan blackhead seabream (panjang total 29,3 ± 2,2 cm dan bobot tubuh 538,3 ± 43,0 g) diteliti menggunakan respirometer dalam sistem resirkulasi. Tiga kelompok percobaan dilakukan untuk mengukur laju respirasi berdasarkan perubahan suhu pemeliharaan (15°C, 20°C, dan 25°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan laju respirasi meningkat secara linier dengan peningkatan suhu perlakuan, dengan nilai tertinggi sebesar 164,8 ± 30,7 mg O2/kg/jam pada 25°C dan nilai terendah sebesar 72,4 ± 8,1 mg O2/kg/jam pada 15°C. Sementara itu, frekuensi pernapasan berkorelasi positif terhadap kenaikan suhu. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu dari 15°C ke 25°C menyebabkan peningkatan laju respirasi pada induk ikan blackhead seabream.It is well known that a close relationship exists between respiration rate and metabolism in aquatic animal. In fish, the metabolic rate is influenced by internal or external factors, such as temperature. This research observed the respiration rate of blackhead seabream, Acanthopagrus schlegelii, which is one of the popular marine fish species in South Korea. Despite the fish popularity, very few information are available about the fish’s respiration rate which is important in order to optimize its metabolism and increase its aquaculture productivity. This study aimed to evaluate the respiration rate of adult blackhead seabream reared in media with different temperature settings. The fish (total length of 29.3 ±2.2 cm and body weight of 538.3 ± 43.0 g) were observed using a respirometer placed inside the recirculation systems. Three groups of experiments were set up to measure the fish’s respiration rate according to different rearing temperatures (15°C, 20°C, and 25°C). The results showed that there was a tendency of respiration rate increased linearly with the increase of temperature. The highest respiration rate was 164.8 ± 30.7 mg O2/kg/hour at 25°C and the lowest value was 72.4 ± 8.1 mg O2/kg/hour at 15°C which indicated that the respiratory rate positively correlated to the change in temperature. According to this study, it can be concluded that temperature changes from 15°C to 25°C led an increase in respiration rate of adult blackhead seabream