hayati hayati
Pendidikan Jasmani Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Wahana : Tridarma Perguruan Tinggi

DAMPAK LATIHAN LARI 2400 METER PADA DAYA TAHAN AEROBIK Hayati Hayati; Ujang Rohman
WAHANA Vol 63 No 2 (2014)
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.123 KB) | DOI: 10.36456/wahana.v63i2.1123

Abstract

Olahraga dapat membantu tercapainya pembentukan manusia yang kuat fisik dan mental juga dapat memberikan sumbangan kepada perkembangan kepribadian dan perkembangan mental pembaharuan dan pembangunannya. Dengan olahraga kita dapat meningkatkan daya tahan aerobik yaitu kemampuan tubuh untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh dalam melakukan aktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan lari 2400 meter terhadap daya tahan aerobik. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PKO angkatan 2013 sebanyak 24 orang yang selanjutnya secara acak dibagi menjadi 2, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan penelitian adalah pretest -posttest control group design. Kelompok eksperimen diberi latihan lari 2400 meter 3 x seminggu dengan intensitas latihan adalah 72% -87% denyut nadi maksimal.Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis menggunakan SPSS versi 21.Dari hasil analisa statistik didapatkan pada kelompok eksperimen sig 0.00 dengan α 0,05 sementara pada kelompok kontrol sig 0.082, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh latihan 2400 meter terhadap daya tahan aerobic
PENGGUNAAN KAFEIN DALAM DUNIA OLAHRAGA DAN EFEKNYA SEBAGAI ERGOGENIK Hayati Hayati
WAHANA Vol 58 No 1 (2012)
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.458 KB) | DOI: 10.36456/wahana.v58i1.1296

Abstract

Kafein sering digunakan sebagai stimulan selama melakukan aktivitas berat karena banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kafein dapat meningkatkan Jaya tab= bila dikonsumsi sebelum olahraga jangka panjang. Kafein secara cepat diabsorpsi oleh tubuh dan mencapai puncalmya dal= 1-2 jam. Penelitian oleh Fakultas Kesehatan Olahraga di Amerika (AGSM) menunjukkan bahwa mengkonsumsi kafein 3 — 9 mg/kg berat badan (setara dengan 2 — 6 gelas kopi) 1 jam sebelum latihan akan meningkatkan kemampuan bersepeda dan berlari jarak jauh. Kafein didapat dari biji kopi, dam teh dan coklat serta banyak ditambabkan pada beberapa minuman, makanan dan obat-obatan. Kafein cepat diabsorpsi di dalam darah dan mencapai nilai maksimal di dalam 15 — 120 menit setelah dikonsumsi. Melalui darah kafein disebarkan ke jaringan tubuh termasuk otak. Enzim di hati memecah kafein dan menyisakannya sedikit untuk dikeluarkan di urine. Kafein memiliki efek sentral dan perifer di tubuh, di susunan saraf pusat kafein mempengaruhi bagian dari otak dan sumsum tulang belakang sementara di tepi kafein mempenganthi organ dan jaringan. Pada dosis rendah (2- 10 mg/kg ) kafein meningkatkan kewaspadaan, tidak mullah lelah, menurunkan kecepatan reaksi, meningkatkan ventilasi dan mengurangi penampilan pada beberapa keahlian motorik yang halus. Pada dosis tinggi ( > 15 mg/kg ) kafein dapat menyebabkan insomnia, cemas, sakit kepala dan tidak stabil. Kafein juga memiliki efek yang tidak konsisten pada system cardiovascular. Kafein dikenal sebagai zat ergogenik karena 3 hal yaitu 1. mobilisasi kalsium intraseluler dari renlculum sarkoplasma otot rangka dengan menunmkan nilai ambang eksitabilitas dan membuat kontraksi otot lebih lama dengan menghambat pengambilan kembali kalsium oleh retikulnra sarkoplasma, 2. meningkatkan Cyclic 3'S' Adenosine Monophosphate ( C AMP) dengan menghambat phosphodiesterase di otot dan sel lemak, menghambat aktivitas cyclic nucleotide phosphodiesterase yaitu enzim yang membantu pemecahan C-AMP. Hal ini menyebabkan peningkatan lipolisis dengan meningkatkan kadar C-AMP sehingga terjadi peningkatan asam lemak selama latihan dan menyebabkan efek penghematan glikogen pada latihan endurance jangka panjang, 3. Persaingan antagonis dengan receptor Adenosine type I terutama di Sum= Saraf Pusat yang bextugas menghambat lipolisis.
Analisa Nilai Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM) Mahasiswa Perokok Pasif di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Alfan Ahkami; Ridha Amalia; Hayati Hayati
WAHANA Vol 74 No 1 (2022): Wahana : Tridarma Perguruan Tinggi
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/wahana.v74i1.5676

Abstract

Rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penyempitan saluran udara, lendir berlebih di paru-paru dan gangguan pada sistem pembersihan paru-paru. Akumulasi zat beracun tersebut menyebabkan iritasi paru-paru, dan akhirnya mengurangi fungsi paru-paru. Penurunan fungsi paru-paru dikaitkan dengan penurunan nilai kapasitas pernapasan maksimum yang diukur menggunakan spirometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan nilai kapasitas pernapasan maksimum antara perokok aktif dan perokok pasif. Penelitian analisis observasional cross sectional ini melibatkan 16 mahasiswa pendidikan jasmani Universitas PGRI Adi Buana Surabaya berusia 19-25 tahun. Kebiasaan merokok diukur dengan kuesioner dan tes fungsi paru-paru dengan alat spirometri. Data dianalisis dengan uji statistik uji t independen dengan SPSS versi 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kapasitas pernapasan maksimal perokok aktif adalah 38,50 sedangkan pada perokok pasif adalah 40.875. Berdasarkan uji levene, didapatkan data homogen dengan p = 0,586, kemudian dilakukan analisis uji-t independen yang menunjukkan nilai p = 0,703. Berdasarkan uji statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan kapasitas pernapasan maksimal pada perokok aktif dan pasif menunjukkan hasil yang tidak signifikan yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai kapasitas pernapasan maksimal pada perokok aktif dan perokok pasif