Stunting masih menjadi permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh kembang anak di Indonesia. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara berkembang di Asia dan Afrika. Prevelensi balita pendek di DIY lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil riskedas yaitu sebesar 10,2%. Angka penderita stunting di Kabupaten Kulon Progo mencapai 14,31 persen atau sekitar 3.157 anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Samigaluh II Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian case control dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 46 ibu dari bayi berusia 25-59 bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Samigaluh II pada bulan Februari-Maret 2020. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariate menggunakan uji Chi Square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik. Faktor risiko yang secara bersama-sama terbukti mempunyai hubungan dengan kejadian stunting yaitu tinggi badan (p-value=0,003 dan aPOR 8,906), tingkat pendidikan (p-value 0,039 dan aPOR 4,286), status ekonomi (p-value 0,005 dan aPOR 8,667), asi eksklusif (p-value 0,002 dan aPOR 10,370), berat badan lahir rendah/BBLR (p-value 0,00 dan aPOR 28,60). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian stunting yaitu jenis kelamin (p-value 1,00 dan aPOR 0,839). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh tinggi badan, tingkat pendidikan, status ekonomi, asi eksklusif, berat badan lahir rendah (BBLR) terhadap kejadian stunting.