Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Daerah endemis malaria terus meningkat yang diiringi dengan peningkatan kasus resistensi terhadap obat anti malaria. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu daerah endemis malaria di wilayah Provinsi Sumatera selatan dengan Annual Malaria Insidence (AMI) tahun 2008 sebesar21,79 per mil. Jenis malaria yang sering berkembang menjadi malaria berat adalah malaria falsiparum dengan gejala umum yang sering dijumpai diantaranya demam, menggigil dan berkeringat. Gejala klinis ini sering tidak dijumpai pada penderita malaria vivak sehingga penderita malaria vivaks seringkali tidak ditemukan. Sesuai dengan kebijakan Depkes maka sejak tahun2004 pengobatan malaria falsiparum menggunakan obat baru kombinasi artemisinin. Sedangkan untuk pengobatan malaria vivaks baru dimulai tahun 2008. Kegiatan pengobatan malaria dengan menggunakan obat kombinasi artemisinin sering menimbulkan efek samping sehingga menimbulkan pengobatan malaria seringkali tidak sesuai dosis. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala klinis dan efek samping pemberian obat anti malaria pada penderita malaria falciparum dan malaria vivax. Jumlah penderita malaria yang ditemukan sebanyak 35 orang, yaitu 23 penderita malaria falciparum dan 12 orang penderita malaria vivax. Gejala klinis yang ditemukan pada penderita malaria berupa menggigil, sakit kepala, pusing, anoreksia dan nyeri otot. Gejala klinis awal sebelum terapi lebih banyak ditemukan pada penderita malaria falciparum (91%) dibandingkan pada penderita malaria vivax (50%). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara penderita malaria falciparum dengan penderita malaria vivax terhadap munculnya gejala klinis awal. Efek samping artesdiakuin yang ditemukan berupa gatal, pusing, mual, muntah dan nyeri lambung.