p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Septin Widiretnani
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Sari Pediatri

Hubungan pH Feses sebagai Prediktor Disbiosis Mikrobiota Usus dengan Stunting pada Batita Irizki Tisna Setiowati; Hari Wahyu Nugroho; Septin Widiretnani
Sari Pediatri Vol 24, No 4 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.4.2022.259-67

Abstract

Latar belakang. Stunting masih menjadi permasalahan utama kesehatan anak. Intervensi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan penting untuk mencegah stunting. Stunting berkaitan dengan disbiosis mikrobiota usus yang masih menjadi hal menarik dan perlu untuk diteliti. Perubahan komposisi mikrobiota usus tergambar dari keadaan pH feses.Tujuan. Mengetahui hubungan pH feses sebagai prediktor disbiosis mikrobiota usus dengan stunting pada Batita. Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dalam uji prognostik. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling pada Batita yang mengikuti kegiatan Posyandu di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Februari 2021 – Juli 2021. Data dianalisis menggunakan koefisien kontingensi dan regresi logistik, tingkat kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.Hasil. Dari 55 subjek neonatus, didapatkan 15 subjek dengan stunting. Sembilan dari 15 subjek stunting memiliki pH feses lebih tinggi signifikan dibandingkan dengan Batita normal, yakni ?6,41 (p<0,001). Nilai cut off didapatkan untuk pH feses adalah 6,41 dengan sensitivitas 60%, spesifisitas 95%, dan odd ratio (OR) 28,50; (IK 95% 4,915-165,245).Kesimpulan. Terdapat hubungan pH feses sebagai prediktor disbiosis mikrobiota usus dengan stunting pada Batita. 
Pengaruh Toksisitas Hematologi Fase Konsolidasi Terhadap Kesintasan Pasien Leukemia Limfoblastik Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Arie Falah; Septin Widiretnani; Husnia Auliyatul Umma
Sari Pediatri Vol 24, No 5 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.5.2023.327-32

Abstract

Latar belakang. Kemoterapi pada leukemia limfoblastik akut (LLA) memiliki berbagai efek samping. Toksisitas dapat menyebabkan penundaan kemoterapi dan mempengaruhi hasil pengobatan. pada negara maju kesintasan pasien LLA cukup baik namun berbeda di negara berkembang. Tujuan. membuktikan apakah toksisitas kemoterapi hematologi fase konsolidasi mempengaruhi kesintasan pasien LLA anak. Metode. Pasien berusia 1 bulan – 18 tahun yang terdiagnosis LLA dan telah menjalani kemoterapi fase konsolidasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode bulan Januari 2017 – September 2019 diikutkan dalam penelitian. Data rekam medis tidak lengkap dan pasien down sindrom dieksklusi. Toksisitas kemoterapi hematologi fase konsolidasi dinilai pada setiap subjek berdasarkan kriteria NCI-CTCAE. Kesintasan dan Hazard rasio diperkirakan menggunakan metode Kaplan-Meier dan cox regression. Analisis multivariat regresi cox model interaksi digunakan untuk menganalisa faktor yang paling menentukan kesintasan.Hasil. Sejumlah 46 subjek diikutsertakan dalam penelitian. Toksisitas derajat ringan-sedang (derajat 1-2) sebanyak 34 (73,9%) derajat berat (derajat 3-4) sebanyak 12 (25,6%). Analisis Kaplan Meier menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara toksisitas kemoterapi hematologi fase konsolidasi derajat ringan-sedang vs derajat berat dengan kesintasan selama 3 tahun (64% vs 41% p=0,163, HR 1,941, dan IK 0,764-4.934). Melalui analisis multivariat diperoleh derajat toksisitas merupakan faktor prognostik independen yang memengaruhi terhadap kesintasan (p=0,163, HR 1,941) Kesimpulan. Toksisitas kemoterapi hematologi fase konsolidasi tidak memengaruhi kesintasan 3 tahun pada pasien LLA anak.