Traditional snacks are an ancestral heritage that is an important component in the Indonesian culinary field. In Bali, traditional snacks have a special meaning and become an important part of offerings in religious ceremonies. One of the well-known kinds of snacks, namely jaja samuhan, the producers of which are quite often found in Tunjuk Village, Tabanan Regency, Bali. In the process of making jaja samuhan, there are still many producers who use synthetic dyes which are considered more practical by the community. The use of synthetic dyes aims to increase consumer attractiveness, uniform color, and prevent discoloration during storage. The use of synthetic dyes in food can have a negative impact on health if consumed long term. In an effort to avoid these harmful effects, synthetic dyes can be replaced with natural dyes made from plants which are much safer to consume and are easily found from nature. This research was conducted by comparing the colors of jaja samuhan which were given synthetic dyes and given natural dyes from dracaena marginata leaves, marigold flower, butterfly pea and bougainvillea. The research was conducted in Tunjuk Village, Tabanan Regency. The results of this study stated that the values of brightness (L), redness (a) and yellowness (b) of jaja samuhan with synthetic dyes were (55.4 ± 0.1; 32.4 ± 0.2 and 41.9 ± 0.2). L, a and b in jaja samuhan with natural dyes were (53.6 ± 0.3; 31.2 ± 0.1 and 40.5 ± 0.2). Based on these results, it can be concluded that the color with natural ingredients in jaja samuhan is close to the color with synthetic dyes. Keywords : jaja samuhan, natural dyes and synthetic dyes Jajanan tradisional merupakan warisan leluhur yang menjadi komponen penting dalam bidang kuliner Indonesia. Di Bali jajanan tradisional memiliki arti khusus dan menjadi salah satu bagian penting dari sesajen dalam upacara keagamaan. Salah satu jenis jajanan yang dikenal yaitu jaja samuhan, produsennya cukup banyak ditemukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan, Bali. Pada proses pembuatan jaja samuhan masih banyak ditemukan produsen yang menggunakan pewarna sintetis yang dianggap lebih praktis oleh masyarakat. Penggunaan pewarna sintetis bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen, warna yang seragam, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Penggunaan pewarna sintetiss pada makanan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi jangka panjang. Upaya dalam menghindari efek berbahaya tersebut, pewarna sintetis dapat digantikan dengan pewarna alamiah yang terbuat dari tumbuhan yang jauh lebih aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa nilai kecerahan (L), kemerahan (a) dan kekuningan (b) dari jaja samuhan dengan pewarna sintetis adalah (55,4± 0.1; 32,4± 0,2 dan 41.9± 0,2) nilai L, a dan b pada jaja samuhan dengan pewarna alamiah adalah (53,6± 0,3 ; 31,2± 0,1 dan 40,5± 0,2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dengan bahan alamiah pada jaja samuhan mendekati warna dengan pewarna sintetis. Kata kunci : jaja samuhan, pewarna alamiah dan pewarna sintetis