Diare merupakan kondisi buang air besar yang sering dan encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari. pada tahun 2023 kasus diare di Bangka Tengah sebanyak 5704 orang. Kehilangan cairan dan elektrolit yang tidak digantikan dengan cairan yang baru akan menjadi dehidrasi. Untuk menurunkan frekuensi diare dapat menggunakan farmakoterapi dan nonfarmakoterapi atau terapi komplementer, salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan yaitu dengan pemberian madu. Penelitian ini untuk mengetahui perubahan frekuensi BAB saat sebelum diberikan madu dan sesudah diberikan madu pada anak balita yang sedang mengalami diare Di RSUD Drs. H. Abu Hanifah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain metode kuantitatif dengan desain penelitian Pre Experimen dengan Pretest dan Postest with control group. Dengan uji wilcokxon berupa univariat dan bivariat. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diare anak di RSUD Drs. H. Abu Hanifah. Jumlah sampel ygdigunakan dalam penelitian ini ada 32 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok (16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol). Hasil penelitian ini diketahui ada pengaruh rata-rata frekuensi diare dari 4.44 menjadi 1.81 setelah pemberian perlakuan. Hasil Analisa data menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada frekuensi diare kelompok intervensi p-value yaitu 0,000 (p-value < 0,05) dan klompok kontrol p-value yaitu 0,0000 (p-value < 0,05). Saran dari peneliti ini adalah agar madu murni dapat dijadikan terapi non farmakologi untuk menurunkan diare pada anak.