Saat ini industri farmasi Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor, dimana hampir 95% bahan baku obat (BBO) yang diperlukan masih harus diimpor. Salah satu bahan yang masih diimpor adalah garam farmasi. Dalam industri farmasi, garam farmasi merupakan bahan baku yang banyak digunakan antara lain sebagai bahan baku sediaan infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, cairan pencuci darah, minuman kesehatan dan lain- lain. Suplai kebutuhan garam farmasi di Indonesia hingga saat ini sebagian besar masih dipenuhi oleh produk impor. Pabrik garam farmasi ini memiliki kapasitas 2000 ton/tahun dengan 330 waktu kerja yang akan didirikan Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Diperlukan total investasi sebesar (TCI) Rp285.325.635.054,89; modal tetap (FCI) Rp10.929.958.517.059,70 ; biaya produksi per tahun (TPC) Rp12.954.107.538.634,00. Dengan estimasi penjualan per tahun Rp45.000.000.000,00 yang akan diperoleh IRR 23,4%; waktu pengembalian modal (POT) 5,4 tahun ; dan NPV positif sebesar Rp 46.141.825.519,23 yang menunjukkan bahwa pabrik garam farmasi ini layak didirikan.