Naibaho, Anastasya Lisma Wilinda
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Budaya Minum Tuak Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Fenomenologi Naibaho, Anastasya Lisma Wilinda; Susilawati, Nora
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 7 No 1 (2025): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (June 2025)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v7i1.194

Abstract

Penelitian ini menganalisis fenomena minum tuak pada masyarakat Batak Toba di Desa Parbuluan IV, dengan fokus pada kebiasaan minum tuak sehari-hari dan penggunaannya dalam tradisi adat. Masyarakat Desa Perbuluan IV memiliki kebiasaan mengonsumsi tuak setiap hari, baik di rumah maupun di lapo (tempat penjualan tuak). Selain itu, tuak sebagai minuman khas Batak Toba juga digunakan dalam berbagai tradisi, salah satunya adalah tradisi parsituak natonggi. Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus intrinsic. Pemilihan informasi dilakukan menggunakan teknik purposive, melibatkan 16 informan relevan sesuai kriteria yang ditentukan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumen, serta triangulasi data untuk memastikan keabsahan data. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, mencakup tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Permasalahan penelitian ini dianalisis menggunakan teori fenomenologi Alfred Schutz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan minum tuak umumnya dilakukan oleh laki-laki dewasa. Motif utama mereka mengkonsumsi tuak memiliki dua fungsi. Pertama tuak sebagai fungsi psikologis yaitu penghilang rasa lelah, penghangat badan, dan pereda beban pikiran. Kemudian, fungsi sosial budaya dimana tuak dikonsumsi dalam upacara tradisi Batak Toba oleh laki-laki dan perempuan. Tradisi yang dimaksud meliputi parsituak natonggi, yaitu pemberian uang pembeli tuak, dan manulangi natua-tua, yaitu tradisi pemberian makan dari keturunan kepada orang tua yang sakit, disertai pemberian tuak manis sebagai simbol kasih sayang.