Miastenia gravis (MG) adalah kelainan autoimun kronis langka yang mengganggu transmisi neuromuskular dan ditandai dengan kelemahan otot rangka yang berfluktuasi. Penatalaksanaan anestesi pada pasien dengan MG menghadirkan tantangan yang signifikan, terutama karena sensitivitas mereka yang berubah terhadap agen anestesi dan peningkatan risiko komplikasi pernapasan pascaoperasi. Seorang pria berusia 54 tahun yang didiagnosis dengan MG dijadwalkan menjalani operasi torakoskopi berbantuan video (VATS) untuk membuat jendela perikardial dan mendapatkan biopsi, yang dipicu oleh adanya efusi perikardial melingkar sedang hingga berat. Riwayat medisnya meliputi kesulitan pernapasan dan penyakit paru restriktif, yang memerlukan pendekatan anestesi yang cermat yang menghindari penggunaan agen penghambat neuromuskular untuk mencegah risiko kelumpuhan yang berkepanjangan. Anestesi dipertahankan dengan aman menggunakan kombinasi remifentanil dan propofol, dan isolasi paru-paru dicapai secara efektif dengan pemasangan tabung endotrakeal lumen ganda. Pendekatan ini memungkinkan upaya pernapasan spontan dan kondisi intraoperatif yang stabil. Kasus ini menggambarkan pentingnya perencanaan anestesi individual pada pasien MG, dengan menekankan perlunya menghindari relaksan otot dan mempertahankan fungsi pernapasan, terutama dalam prosedur bedah toraks. Dengan menyesuaikan strategi anestesi dengan pertimbangan patofisiologi spesifik MG, hasil perioperatif yang optimal dapat dicapai pada populasi berisiko tinggi ini.