Rantai pasok pada Industri Otomotif terdiri dari supplier tier 2 sebagai industri pendukung sekunder, supplier tier 1 sebagai Original Equipment Manufacturer (OEM), manufaktur perakit otomotif sebagai produsen produk otomotif, dan customer. PT XYZ merupakan perusahaan manufaktur komponen otomotif yang mengambil peran sebagai supplier tier 1. Eratnya persaingan global terhadap produk otomotif membuat produsen otomotif memberikan tekanan kepada suppliernya agar dapat memenuhi permintaan komponen otomotifnya. Berlaku pula kepada PT XYZ yang terkena dampak tekanan dari manufaktur perakit otomotif. Namun, permasalahan muncul saat PT XYZ mengalami masalah pemborosan yang menyebabkan seringnya ketidakcapaian target produksi. Hal ini menyebabkan PT XYZ rutin melakukan overtime yang mengakibatkan biaya produksi meningkat. Sehingga PT XYZ memerlukan suatu metode untuk dapat mengidentifikasi waste dan mereduksi lead time produksi untuk dapat mengurangi waktu overtime dan memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu. Metode tersebut adalah Lean Manufacturing yang berfokus pada eliminasi pemborosan dan melakukan continous improvement. Dalam implementasinya, metode Value Stream Mapping (VSM) adalah metode paling cocok karena dapat memetakan keseluruhan proses dan dapat meninjau interaksi antar proses. Dengan bantuan metode process acitivity mapping, kondisi Current State map dapat diidentifikasi aktivitas yang menimbulkan waste-nya. Waste ini kemudian diidentifikasi akar permasalahannya menggunakan metode 5 whys analysis dan root cause analysis. Hasil analisis tersebut kemudian menjadi landasan untuk dilakukan perbaikan dan mengimplementasikannya ke dalam Future State map. Dalam proses perbaikannya, kondisi masa depan dapat mereduksi lead time produksi dari 5,05 hari menjadi 4,66 hari. Nilai reduksi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan target produksi yang tidak tercapai sehingga tidak dilakukan overtime.