Investasi melalu pasar modal telah berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan yang pesat tersebut harus diiringi dengan pemahaman mengenai risiko investasi. Pengukuran risiko dari suatu investasi dapat dinilai melalui nilai VaR-nya. Penelitian ini membandingkan dua metode alternatif dari VaR, yaitu Mean-Conditional Value at Risk (Mean-CVaR) dan Mean-Entropic Value at Risk (Mean-EVaR), dalam konteks pembentukan portofolio optimal saham pertambangan Indonesia. Portfolio tersebut akan dibangun menggunakan data saham ADRO, ANTM, INCO, MDKA, dan PTBA. Dengan menggunakan data historis dari pasar saham, kedua metode tersebut dievaluasi dalam hal kinerja pengelolaan risiko menggunakan VaR dan pengembalian investasi. Pembentukan portofolio yang optimal dari lima saham pertambangan berdasarkan metode Mean-CVaR Optimization menghasilkan portofolio yang terdiri atas 9.8032% saham ADRO, 41.2273% saham ANTM, dan 48.9695% saham MDKA dengan nilai VaR sebesar 3.663% dan expected return sebesar 0.1318%. Pembentukan portofolio yang optimal dari lima saham pertambangan berdasarkan metode Mean-EVaR Optimization terdiri atas 42.8727% saham ANTM dan 57.1723% saham MDKA dengan nilai VaR sebesar 3.825% dan expected return sebesar 0.1367%. Metode Mean-CVaR Optimization menghasilkan portofolio yang lebih baik berdasarkan risiko yang diberikan, tetapi tidak memberikan nilai expected return yang lebih baik dibandingkan portofolio optimal yang dibentuk menggunakan Mean-EVaR Optimization.