Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembudidayaan Lebah Klanceng di Peternakan Azka Trigona Desa Jiwut, Kabupaten Blitar Kartikasari, Desi; Ihwanul Muslimin, Muhammad Abdul Irhas; Adina Putri, Desy Fadilah
RADIKULA: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 2 No 2 (2023): RADIKULA - Desember 2023
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70609/radikula.v2i2.3821

Abstract

Lebah klanceng (Trigona Sp.) termasuk lebah yang banyak dikembangbiakan secara tradisional di Indonesia. Namun produksi madu lebah klanceng masih tergolong rendah, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat harga madu klanceng lebih mahal dari madu lainnya. Penelitian dilakukan di Peternakan “Azka Trigona” Desa Jiwut, Kabupaten Blitar pada bulan mei-juni 2023. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi terkait budidaya lebah klanceng dan mengetahui tingkah laku lebah klanceng. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh ada 8 jenis lebah klanceng, diantaranya Tetragonula leaviceps, Tetrigona biroi, Heterotrigona itama, Tetragonula drescheri, Sundatrigona moorei, Geniotrigona thoracica, Lophotrigona caniform, dan Tetragonula Klanceng putih (Fotca). Lebah klanceng memiliki cara hidup eusosial seperti pada lebah Apis. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembudidayaan lebah klanceng, diantaranya adalah habitat, suhu yang panas, jenis vegetasi (makanan), dan hama. Jenis vegetasi (sumber makanan) dari lebah klanceng yang paling banyak ditemukan adalah bunga air mata pengantin (Antigonon leptopus), dikarenakan bunga ini mudah dibudidayakan dan tidak terpengaruh oleh musim. Peternakan Azka Trigona juga memproduksi berbagai jenis olahan madu, diantaranya madu tawon, madu klanceng, madu levis, dan madu fermentasi dengan bawang lanang.
The Relationship between Environmental Sanitation and Stunting Incidence in Toddlers Aged 24-55 Months in Desa Penyaring, Sumbawa Regency Adina Putri, Desy Fadilah; Afriani, Ayu
Journal of Fundus Vol. 1 No. 1 (2021): Journal of Fundus
Publisher : STIKES Yarsi Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57267/fundus.v1i1.126

Abstract

Stunting is a health problem because it is associated with the risk of morbidity and mortality, suboptimal brain development, and inhibited motor development and mental growth. Stunting in Sumbawa increased in 2017, decreased by 10.35% in 2018. One of the villages with a high stunting rate in North Moyo District is Penyaring Village, namely 53 children out of 229 children. The purpose of this study was to analyze the various factors that influence the high rate of stunting. In children aged 24-55 months in Penyaring Village. This research is survey research that is observational with a cross-sectional approach. This study population was all houses that had children under five and had diarrhea as many as 34 children under five. The research sample is the entire population. The sampling technique used in this study was using total sampling. Data analysis using the statistical chi-square test (χ2). Based on statistical results using the chi-square test with Asymp.sig results (0.000; p <0.05), which means that environmental sanitation has a significant relationship with the high incidence of stunting. It shows that environmental sanitation is an indirect factor that causes stunting. After all, poor sanitation will increase the incidence of illness, resulting in diarrhea incidence. For this reason, it is hoped that all related parties, especially family or the role of mothers, are important for reducing the incidence of stunting.