Disabilitas seringkali dipandang sebagai aib menjadi tantangan besar dalam mewujudkan inklusi sosial. Pertanyaannya ialah bagaimana norma sosial dan struktur komunitas mempengaruhi proses inklusi anak disabilitas di Malang? Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana norma sosial dan struktur komunitas memengaruhi proses inklusi anak disabilitas. Peneliti menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data dari 6 orang tua dari A/OBK dan 4 anak disabilitas di Malang. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Analisis data dilakukan melalui tahap horizontaling, clustering of meanings, dan textural description. Hasilnya menunjukkan bahwa relasi sosial keluarga dengan anak disabilitas dan komunitas bersifat dinamis dapat berubah melalui pengalaman emosional dan kedekatan relasional, bukan semata ditentukan oleh stigma yang bersifat tetap. Temuan ini memperkenalkan konsep ambivalensi komunitas sebagai ruang dan sumber eksklusi maupun inklusi sosial terhadap disabilitas. Hal ini membuka perspektif baru bahwa inklusi tidak selalu hadir secara penuh atau jelas, tetapi melalui proses negosiasi sosial yang kompleks. Kontribusi artikel ini pada pengembangan gagasan tentang ambivalensi struktural komunitas terhadap disabilitas dan menawarkan perspektif baru tentang transformasi sosial berbasis relasi dan pengalaman langsung, bukan hanya berbasis intervensi institusional atau kebijakan.