Abstract. Poverty is a complex issue that reflects not only income deficiency but also limited access to basic services. Traditional poverty measurement using only monetary approaches fails to comprehensively capture poverty conditions, particularly in urban areas with complex socio-economic dynamics. A more comprehensive poverty measurement approach is needed. This study analyzes multidimensional poverty in Bandung City during 2020–2024 using the Alkire-Foster method, specifically the Multidimensional Poverty Index (MPI). The research utilizes secondary data from BPS Susenas with samples of 1,016-1,130 households annually. Analysis covers three dimensions: health, education, and living standards, each comprising specific indicators. Results show MPI fluctuated from 0.1036 (2020) to 0.0486 (2023), then increased to 0.0984 (2024). The Headcount Ratio (H) ranged 12.02%-24.10%, significantly higher than BPS monetary poverty (3.96%-4.37%). Poverty intensity (A) consistently exceeded 40%, indicating poor households experienced deprivation across 4-5 indicators. Highest deprivations occurred in sanitation (>50%), asset ownership (42-56%), and schooling duration (12-31%). The research emphasizes the importance of multidimensional approaches complementing monetary measurements to comprehensively capture poverty conditions and serve as foundation for formulating more inclusive and targeted poverty alleviation policies. Abstrak. Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang tidak hanya mencerminkan kekurangan pendapatan, tetapi juga keterbatasan dalam mengakses layanan dasar. Selama ini, pengukuran kemiskinan hanya berdasarkan pendekatan moneter dan belum mampu menggambarkan kondisi kemiskinan secara menyeluruh, terutama di wilayah perkotaan yang memiliki dinamika sosial-ekonomi yang kompleks. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pendekatan pengukuran kemiskinan yang lebih komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemiskinan multidimensi di Kota Bandung pada periode 2020–2024 dengan metode Alkire-Foster yaitu Multidimensional Poverty Index (MPI). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Susenas BPS dengan sampel 1.016-1.130 rumah tangga per tahun. Analisis dilakukan berdasarkan tiga dimensi: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup, yang masing-masing terdiri dari beberapa indikator spesifik. Hasil menunjukkan MPI berfluktuasi dari 0,1036 (2020) turun menjadi 0,0486 (2023) dan naik kembali ke 0,0984 (2024). Headcount Ratio (H) berkisar 12,02%-24,10%, jauh lebih tinggi dari kemiskinan moneter BPS (3,96%-4,37%). Intensitas kemiskinan (A) konsisten di atas 40%, menunjukkan rumah tangga miskin mengalami deprivasi pada 4-5 indikator. Deprivasi tertinggi pada sanitasi (>50%), kepemilikan aset (42-56%), dan lama sekolah (12-31%). Penelitian menegaskan pentingnya pendekatan multidimensi sebagai pelengkap pengukuran moneter untuk menangkap kondisi kemiskinan secara lebih menyeluruh, serta sebagai dasar perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan yang lebih inklusif dan tepat sasaran.