Perubahan iklim menjadi tantangan global yang tak terelakkan, terutama terkait fluktuasi suhu di seluruh dunia. Analisis historis menunjukkan peningkatan suhu rata-rata dunia sebesar 1°C setiap tahun sejak tahun 1850, fenomena yang turut dirasakan di Indonesia dengan kenaikan suhu sebesar 0,05°C pada tahun 2023. Dampak perubahan suhu terhadap produktivitas kopi, sebagaimana diindikasikan oleh penelitian sebelumnya, mencakup gugur bunga dan buah muda kopi, menyebabkan hasil panen yang rendah. Kabupaten Jember, sebagai salah satu produsen kopi utama di Provinsi Jawa Timur, menghadapi stagnasi produksi kopi dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini memerlukan perhatian serius, mengingat kopi merupakan komoditas unggulan di wilayah tersebut. Dalam menghadapi tantangan ini, konsep Pertanian Cerdas Berwawasan Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA) muncul sebagai pendekatan inovatif. CSA, dengan mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau serta sosial budaya, bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan dan mendukung pelestarian alam.Penelitian ini bermaksud (1) menganalisis karakteristik sistem pertanian kopi rakyat berbasis CSA di Kabupaten Jember dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem ini. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas petani menerapkan CSA dengan tingkat penerapan sedang hingga tinggi, menandakan adopsi yang baik di wilayah ini. Faktor-faktor kunci yang memengaruhi keberlanjutan, seperti jarak lahan, harga kopi gelondong, dan ketinggian lahan..