Penelitian ini mengeksplorasi praktik akuntansi dalam tradisi belis perkawinan masyarakat Sikka Krowe, dengan tujuan untuk menggali bagaimana kearifan lokal dapat diintegrasikan ke dalam konsep akuntansi modern. Belis, sebagai bentuk pemberian yang mencakup barang-barang seperti kuda, sapi, ayam, perhiasan, dan uang, memiliki nilai sosial dan budaya yang dalam. Metode penelitian kualitatif digunakan, dengan pendekatan studi kasus untuk memahami pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian belis dalam konteks akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengidentifikasian barang-barang belis dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak, di mana nilai-nilai budaya berperan penting. Pengukuran nilai belis dilakukan dengan menilai komponen-komponen tersebut dalam satuan uang, menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi. Pengkomunikasian belis tercermin dalam laporan keuangan yang disusun oleh pihak-pihak terkait, yang tidak hanya mencatat nilai ekonomis tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi kearifan lokal dalam praktik akuntansi memberikan wawasan baru mengenai hubungan antara tradisi dan ekonomi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pengembangan pendidikan akuntansi yang relevan, serta mendukung pelestarian nilai-nilai budaya dalam masyarakat.