Penggunaan abreviasi atau kependekan, khususnya akronim, sudahmerambah ke dalam berbagai ruang media, baik media lisan, mataupun media tertulis. Salah satu media tertulis yang banyak menggunakan akronimisasi ialah dokumen Universitas Andalas. Bentuk akronim yang digunakan sangat beragam dengan proses pembentukanyang beragam pula. Proses pembentukan akronmi yang terdapat dalam beberapa dokumen di lingkungan Universitas Andalas banyak yang baru sehingga banyak yang tidak sesuai dengan proses pembentukan akronim yang sudah ada . Atau sebaliknya, proses yang ada sekarang dipandang sudah tidak representatif lagi untuk mewadahi proses pembentukan akronim yang digunakan pada masa kini. Selain itu, beberapa bentuk akronim yang digunakan tersebut tidak lagi mengacu pada kaidah fonotaktik bahasa Indonesia.Fenomena inilah yang melatarbelakangi penulis untuk memilih akronim sebagaiobjek kajian.Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentukakronim yang digunakandalam beberapa dokumen di lingkungan Universitas Andalas dan menjelaskan proses pembentukan masing-masingnya.Teori yang digunakan adalah teori akronim dan proses pembentukannya yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2010), Chaer dan arifin (2015).). Selainitu, sebagai penunjang juga digunakan beberapa hasil penelitian Noviatri dan Reniwati mengenai abreviasi (2014 dan 2015) dan kamus abreviasi bahasa Indonesia yang juga ditulis oleh Noviatri dan Reniwati ( 2015). Kridalaksana (2010) membagi abreviasi atas lima bentuk, yaitu: 1) singkatan, 2) akronim, 3) penggalan, 4) konstrkasi, dan 5) lambang huru. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan 227 (dua ratus dua puluh tujuh) buah bentuk akronim yang digunakan dalam beberapa dokumen di lingkungan Unand. Berdasarkan proses pembentukannya, ada 21 (dua puluh satu) proses pembentukan akronim. Sebagian besar dari proses tersebut merupakan proses pembentukan akronim baru.
Copyrights © 2017