Pada tahun 2000-an muncul peristiwa-peristiwa kekerasan yang menjurus pada aksi radikalisme dan terorisme dengan motif yang sangat beragam. Kekerasan yang bermotif ideologi agama tertentu terfokus pada isu keterkaitan pesantren dengan gerakan terorisme. Sebab pasca tragedi Bom Bali 1, fakta menunjukkan bahwa hampir semua pelaku teror tersebut adalah orang-orang yang terkait dengan pesantren. Muncul stigma negative terhadap pesantren yang bertolak belakang dengan misi awal didirikannya. Penelitian ini mencoba mengurai habituasi Islam inklusif di PP. Ma’hadutholabah dan PP. Darul Khair Babakan Tegal. Dengan menggunakan metode unstructured deep interview, dokumentasi, serta pengamatan terlibat yang moderat, dan menggunakan teori analisa data pendidikan pesantren, teori Habitus, serta Islam inklusif diperoleh hasil bahwa pengasuh kedua pesantren tersebut memiliki pandangan bahwa Islam adalah agama yang membawa misi rahmatan lil ‘a>lami>n, memberikan kedamaian, keselamatan, keamanan bagi umat Islam dan lainnya. Islam agama yang terbuka untuk menerima perbedaan dan toleran terhadap praktik keagamaan yang berbeda dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Sumber rujukannya; al-Qur’an, Hadis, kitab al-akhla>q lil bani>n, al-Asybah wa al-Naz}a>ir, Ta’li>m al-Muta’allim, Ta>rikh al-Barzanji, danWas}aya. Proses habituasi inklusifitas Islam bagi para santri dilakukan dengan berbagai aktifitas dengan metode pembiasaan, praktik langsung, keteladanan, serta reward and punishmen.Kata Kunci: pondok pesantren; habituasi; inklusif; rahmatan lil ‘a>lami>n; toleran;
Copyrights © 2019