Kaum Mudo , sebagai kelompok modernis tampak inklusif terhadap nilai-nilai modern Belanda misalnya dalam hal pendidikan, namun sangat anti pada kolonialismenya. Sementara Kaum Tuo, resisten terhadap pembaharuan dan modernitas—mengharamkan pakai dasi dan jas—justru kurang resisten terhadap penjajah Belanda. Apakah sikap ambivalen tersebut, hanya sebagai respon terhadap kehadiran Belanda sebagai satu-satunya kekuatan politik, atau merupakan sebuah dialektika. Apakah sikap tersebut hanya sebagai sikap politik atau sekaligus sikap keagamaan? Artikel ini menguji dan mengelaborasi asumsi tersebut dengan menggunakan pendekatan sejarah..
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2013