Perakitan varietas unggul kenaf dimulai pada tahun 1985 melalui persilangan konvensional. Hasil persilangan Hc 48 x Hc G 4 memiliki nilai daya gabung khusus dan heterosis tinggi. Dengan menggunakan metode seleksi pedigree mulai generasi F2 dan seterusnya, diperoleh galur-galur potensial dan seragam pada generasi F8. Uji multilokasi galur-galur kenaf pada lahan gambut Kalimantan Barat dan lahan Podsolik Merah Kuning Kalimantan Timur memperoleh lima galur yang adaptif dan hasilnya stabil, yaitu galur 85-9-40-1, 85-9-66-1, 85-9-75, 85-9-66-2, dan 85-9-66-1BB. Galur-galur tersebut telah dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama berturut-turut KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15. Pemanfaatan varietas unggul kenaf terus berkembang. Beberapa investor sudah mengem-bangkan kenaf untuk keperluan industri. Satu perusahaan otomotif terbesar di Jepang telah menjalin kerja sama dengan Badan Litbang Pertanian untuk dua periode (2008-2011 dan 2012-2015) untuk menghasilkan varietas unggul toleran ke-keringan dan umur genjah, dan teknik retting yang efisien, dan mengembangkannya secara luas di Indonesia. Kenaf memiliki diversifikasi produk yang luas. Daun kenaf untuk industri pakan ternak dan pupuk organik, biji kenaf untuk industri minyak goreng, kayu kenaf untuk papan partikel, dan serat kenaf untuk bahan baku industri pulp dan kertas, papan serat, geo-tekstil, tekstil, kemasan, karpet, kerajinan, bio-remediasi, dan oil-biosorb. Pulp kenaf memiliki mutu yang setara pulp dari pinus atau akasia. Varietas unggul kenaf KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15 sesuai untuk lahan suboptimal di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua, dan Maluku. Pengembangan kenaf pada lahan suboptimal di Jawa diarahkan pada lahan kering atau lahan yang tiap tahun tergenang banjir. Pemanfaatan kenaf untuk pemberdayaan lahan suboptimal perlu didukung dengan ketersediaan sumber daya genetik kenaf, sumber daya lahan, dan teknologi yang sesuai.
Copyrights © 2013