Industri perunggasan di Indonesia dihadapkan pada masalah penyakit infeksius patogen yang sulit ditanggulangi, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi baik dari segi populasi maupun produktivitas. Pengendalian virus patogen seperti avian influ-enza (AI), newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), dan infectious bursal disease (IBD) umumnya dilakukan melalui vaksinasi, biosekuriti, dan sanitasi, sedangkan pengendalian pe-nyakit bakterial umumnya menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik secara terus-menerus tanpa terkendali menyebabkan resistensi dan residu antibiotik dalam produk unggas. Penyakit bakterial yang sangat merugikan pada unggas antara lain chronic respiratory disease (CRD) atau penyakit pernapasan menahun (PPM), kolera unggas, salmonelosis, kolibasilosis, dan snot. PPM merusak sistem pernapasan dan reproduksi. Penyakit ini menye-bar di seluruh dunia dan sangat merugikan industri perunggasan. Kerugian ekonomi akibat PPM di Indonesia pada tahun 2001 mencapai Rp305 miliar, sementara di Amerika Serikat Rp140 juta dolar per tahun. Penanggulangan PPM dengan antibiotik dan vaksin mati atau vaksin yang dilemahkan sudah sering dilakukan, tetapi kasus PPM masih sering terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus PPM pada unggas lebih tinggi dibanding kasus penyakit bakterial patogen lainnya. Tulisan ini membahas pengembangan teknologi vaksin Mycoplasma gallisepticum temperature sensitive mutant-11 (MGTS-11) sebagai vaksin generasi ketiga dan efektivitasnya untuk mencegah kasus PPM pada unggas. Lebih dari 50 negara di dunia telah menggunakan vaksin TS-11 ini, termasuk Indonesia, untuk mencegah PPM.
Copyrights © 2013